PENYATUAN DUA HATI

8.4K 367 4
                                    

🍁 🍁
POV. ADELIA

Hari-hari ku lalui seperti biasa. Rutinitas sebagai seorang perawat. Setelah kejadian menghebohkan waktu itu, semua berjalan seperti sedia kala. Meskipun masih saja ada yang membahasnya.

Dokter Farhan yang beberapa hari ini mendiamiku, kini mulai mengajakku lagi untuk berbicara. Aku tak tahu salahku dimana, menurutku dialah yang salah. Menyembunyikan hubungannya demi mendapatkanku.

Dan tentang Bella, tak ku tahu lagi kabar darinya. Semenjak kejadian itu, dia sudah tidak menampakkan diri lagi. Kata Kak Reno, dia pergi ke London mengejar karirnya sebagai seorang modelling.

Lalu tentang Mas Ian. Jangan tanyakan lagi tentang dia. Semenjak dia resmi mengikatku, dia semakin rajin mendekatiku, menarik perhatianku dan melindungiku. Ah, laki-laki itu, sungguh menggemaskan.

*
Hari H telah tiba. Seperti orang pada umumnya, akan merasakan hal-hal yang membuat jantung semakin berdetak cepat.

Hari ini, seorang laki-laki asing bagiku, akan mengucapkan janjinya. Aku menyebutnya laki-laki asing, karena aku baru mengenalny beberap hari, dan dia dengan mantap meminangku.

Acara akad kami akan di langsungkan di mesjid dalam perumahanku. Hanya berjarak sepuluh meter dari rumah.

Wajahku sudah di rias, pakaian pengantin sudah ku kenakan. Baju kebaya muslimah warna putih berenda, dengan mahkota cantik di kepala.

Polesan make up yang minimalis seperti yang ku mau, dan sentuhan warna bibir yang lembut.

Aku masih duduk di depan cermin, menatap pantulan gambar diriku.

Ada rasa haru dan bahagia. Sebentar lagi aku akan sah menjadi istri Mas Ian.

"Duh.. pengantin baru dari tadi senyum-senyum."goda Bunda.

Dari cermin, aku melihat dengan jelas, siapa disana. Bunda dan sepupuku, Dinda.

"Tau tuh Tante, senyum-senyum sendiri, awas loh nanti kesambet."timpal Dinda.

Mereka mendekatiku, memelukku bersamaan.

"Sayang, kita siap-siap menuju mesjid yuk. Sebelum rombongan pengantin pria tiba." Ucap Bunda.

Kami segera menuju mobil yang sudah siap menjemput.

Di mesjid orang-orang sudah ramai, namun aku langsung menuju lantai dua. Disanalah tempatku untuk sementara sambil menunggu pengantin pria.

Mesjid ini berlantai dua, memiliki gedung serba guna. Di lantai dua memang disiapkan untuk jama'ah akhwat. Di sebelah kanan juga disiapkan sebuah ruangan yang  digunakan calon pengantin wanita sepertiku.

Di dalam hanya ada aku dan Kak Dinda. Kami mengobrol sebentar. Kemudian Bunda keluar dari ruangan melihat keadaan di lantai satu tempat acara akad dilaksanakan.

"Sayang, rombongan pengatin sudah datang. Bersiaplah. "ucap Bunda.

Hatiku berdesir, jantung berdetak cepat, pipiku memerah bak tomat.

"Tante, Dinda intip dulu ya. Kalau udah selesai, Dinda kabarin."ujar Dinda.

Bunda mengangguk, lalu ia pun berlalu.

Ku pandangi wajah malaikatku. Ada rona bahagia yang terpancar.

"Bunda, adek nanti tinggal disini ya ?"pintaku.

Bunda lalu tersenyum, "Tidak sayang, ikutlah kemana suamimu pergi."

Aku menunduk sedih, berarti sebentar lagi, aku akan pisah dari Bunda.

Bunda mengangkat wajahku.

"Jangan sedih sayang, Adek masih bisa kok berkunjung kesini."

Aku mengangguk lalu memeluk tubuhnya.

Perawat HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang