IJAB QOBUL

8.1K 396 7
                                    


🍁 🍁
POV. ADRIAN

H-1

Esok adalah harinya. Semua persiapan sudah lengkap. Gedung, MUA, undangan telah disebar, catering, dan lain-lainnya. Alhamdulillah.

Aku berjalan mondar-mandir di kamar. Menghafal terus-menerus tentang kalimat sakral yang akan aku ucapkan kelak di depan penghulu, para saksi, wali dan undangan.

Belum juga ijab, malah deg-degan gini, gimana nanti ya ? Aku takut, nanti aku salah sebut nama atau apapun itu karena grogi.

Sudah puluhan kali aku latihan mengucapkan kata-kata sakral itu. Jantungpun tidak bisa diajak kompromi.

Tok. Tok. Tok.

Terdengar pintu kamar di ketuk. Segera aju berjalan menuju pintu. Rupanya Papah dan Mamah.

Mereka terseyum, seperti mengerti kegundahan hatiku.

"Papah dan Mamah udah berapa kali manggil kamu, waktunya makan malam,Nak."ajak Papah.

"Ian belum bisa Pah, Ian takut."keluhku.

"Bismillah Nak, dulu Papah juga gitu,"terang Papah.

"Sekarang kita turun dulu buat makan ya, Nak. Keluarga yang lain sudah menunggu. Gak enak."ajak Mamah.

Kami pun menuruni anak tangga. Ku lihat ada Paman, Bibi, dan sepupu yang lainnya. Mereka sudah berkumpul di ruang makan.

Kami pun bergabung dengan mereka.

*
Ku lihat di sekeliling rumah, tak ada penampakan wujud Bella. Dimana dia sekarang ? Bagaimana keadaannya ? Ah, semoga dia selalu dalam Lindungan-Nya.

Jam menunjukkan pukul 23.15. Mata ini sulit untuk terpejam. Mengingat besok adalah hari H. Tapi, kalau aku begadang ? Wajahku akan kusut, pucet dan mata panda. Bisa-bisa Adelia lari karena tampangku bakal mirip zombie.

Segera ku pejamkan mataku, lalu terlelap.

*
Jam tujuh pagi, kami sekeluarga sudah bersiap-siap menuju Masjid tempat kami akan melangsungkan pernikahan.

Hari jum'at di bulan syawal, bukankah itu hari baik ? Hehe. Semoga Allah Ridho' pula.

Mobil melaju pelan menuju lokasi. Degupan jantung ini masih kuat. Segrogi ini kah yang mereka rasakan juga ?. Aku terus melafadzkan asma' Allah. Semoga dipermudah.

*
Suasana mesjid sudah ramai oleh tamu undangan. Kami kemudian berbaris. Papah dan Mamah berada di sampingku, mendampingiku.

Kami berjalan pelan beriringan menuju pintu mesjid. Suara lantunan shalawatan mengiringi langkah kami.

Disana Om Hermawan dan Tante Ayu menyambut kami, mengalungkanku bunga melati. Aku lalu takzim kepada beliau.

Ketika sudah berada di dalam ruangan mesjid, semua mata tertuju padaku. Disana, sudah ada Reno yang menunggu.

Aku pun duduk di tempat yang telah disediakan. Rasa deg-degan lebih parah dari yang sebelumnya.

Satu persatu rangkaian acara dibacakan oleh MC. Tiba saatnya acara ijab.

"Apa acaranya sudah bisa dimulai ?"tanya Pak Penghulu.

"Bisa, Pak."jasab mereka serentak.

Lalu kami pun berjabat tangan.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saudara Adrian Brawijaya. Saya nikahkan dan kawinkan engkau, saudara Adrian Brawijaya Bin Antoni Brawijaya dengan seorang wanita yang di walikan kepada saya, Putri Adelia Hermawan binti Hermawan Adiatma dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan emas 500gram dibayar tunai." Ucap Pak Penghulu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Putri Adelia Hermawan binti Hermawan Adiatma dengan mas kawin tersebut, tunai !"ucapku lantang dengan satu kali tarikan nafas.

"Bagaimana para saksi, sah ?"

"Saaaahhh..."ucap seluruh tamu undangan.

Pak penghulu lalu membacakan do'a. Aku mengucap syukur yang tiada terkira. Alhamdulillah, akhirnya semua dipermudah.

Acara selanjutnya adalah pertemuan kedua mempelai.

Aku menunggunya dengan penuh rasa haru. Sebentar lagi, dia yang sudah sah menjadi istriku akan datang menemuiku.

Ku lihat ada dua orang yang berdiri di depan.

Tante Ayu dan seorang wanita lagi, mungkin sepupunya. Di belakang ada istriku. Aku sangat tidak sabar bertemu dengannya.

Satu persatu anak tangga ia turuni. Tiba di depanku, mereka lalu memisahkan diri dan menampakkan sosok istriku. Dengan balutan hijabnya, ia tampak begitu cantik.

Diapun mendekat, menyalami dan mencium tanganku. Ku pegang ubun-ubun istriku, seraya mengucapkan bismillah, mendo'akan keberkahan untuk rumah tangga kemudian berdo'a untuk istriku.

"Allahumma inni as'aluka min khairiha wa khairi ma jabaltaha 'alaihi. Wa a'udzubika min syarriha wa syarri ma jabaltaha 'alaihi."

Air mataku meleleh seketika. Kemudian perlahan ku kecup keningnya.

*
Setalah semua proses selesai, kini saatnya acara sungkeman.

Disana sudah ada Papah dan Mamah, serta Ayah dan Bunda.

Kami berjalan beriringan menuju tempat mereka. Aku langsung menghambur Papa dan Mamah. Air mata haru dan bahagia mengalir begitu derasnya.

"Kini, statusmu sudah berubah, Nak. Istrimu kini adalah tanggung jawabmu setelah kamu mengucapkan Ijab Qobul tadi. Kamu telah berjanji di hadapan Allah secara langsung. Ingat baik-baik."pesan Papah.

Kini aku beralih ke mertuaku. Memeluk mereka seperti Papah dan Mamah.

"Ayah serahkan puteri kami. Tolong, sayangi dia, jagalah dia, bimbinglah dia. Jika ia salah, jangan sekali-sekali membentaknya. Tegurlah ia, Ayah yakin, kamu pasti bisa, Nak."pesan Ayah mertuaku.

"Insya Allah Ayah, Ian janji."ucapku.

Di samping kedua mertuaku, juga ada Reno. Sahabat baikku, sekaligus kakak iparku. Kami saling merangkul satu sama lain.

"Hey adik ipar, aku titipkan adek sematawayangku ya, jangan sekali-sekali buat dia menitikkan air mata."ancamnya.

"Insya Allah, Ren. Makasih ya, udah percaya sama saya."ucapku.

Selesai sudah acara akad kami. Alhamdulillah kami sudah resmi menjadi sepasang suami istri di hadapan Allah, di mata Agama dan Hukum.

Ku gandeng tangan istriku ke kerumunan tamu undangan. Menyapa mereka satu persatu.

*
Hari sudah sore, sebentar lagi acara resepsi. Aku dan istri menuju kamar pengantin untuk mengganti pakaian kami.

Disana sudah ada keluarga kami. Kami istirahat sebentar sambil mengobrol. Sementara istriku selesai membersihkan diri, mereka pun keluar sebentar membiarkan kami berdua.

"Tahan ajah dulu ya Nak, nanti malam ajah, fokus ganti pakaiannya ajah dulu hihi."pesan ibu mertua.

Aku dan istri hanya bisa saling mandang dan menunduk malu-malu.

Ku raih tangannya lalu ku kecup punggung tangannya.

Jantungku berdetak kuat, tanganku gemetaran.

"Terimakasih istriku. Terimakasih sayang."ucapku lalu mengecup keningnya dan berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Bersambung...

Perawat HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang