UNTUKMU IMAMKU

7.6K 302 2
                                    

🍁 🍁

*
Pagi ini, hari yang baru bagi kami. Awal untuk petualangan cinta kami berdua.

Hari pertama resmi sebagai sepasang suami istri, menyatukan dua sifat yang berbeda.

Kalau di fikir-fikir, aku masih belum percaya tentang ini semua.

Perkenalan singkat, lamaran, nikah. Semudah itu ? Tentu saja tidak.

Meyakinkan hati untuk menerima seseorang yang baru dalam hidupku. Ini bukan tentang satu hari, namun ribuan hari aku akan bersamanya.

Mengenalnya, tentu bukan suatu kesengajaan. Memilikinya, mungkin inilah takdirku, takdir terindahku.

Bahagia ? Tentu saja aku sangat bahagia.

Siapa yang menyangka, aku ditakdirkan dengan dia, pasienku, yang di mataku dulu sangat tengil, suka menggodaku.

Kalau mengingat kejadian kemarin saat menjadi perawat pribadinya, aku sering senyum-senyum sendiri.

Pagi ini, akan ada acara sarapan pagi kecil-kecilan bersama keluarga kami.

Dia, yang kini jadi suamiku, sedari tadi menatapku tak bosan-bosannya. Aku jadi risih ditatapnya seperti itu.

Setelah selesai merapikan jilbabki, aku menoleh kepadanya, lalu memberikan senyumanku untuknya.

Dia masih menatapku lalu tertunduk malu saat mata kami bertemu.

"Sudah siap, Istriku ?"tanyanya.

"Iya, Mas."

Mas Ian lalu berdiri di hadapanku, membantuku untuk berdiri, lalu menatap wajahku. Kecupan mesra berhasil mendarat di keningku, lalu memelukku begitu  erat. Aku pun membalas pelukannya. Pelukan yang tiap hari akan ku rindukan, lalu bersandar di sada bidangnya, menghadirkan kenyamanan. Ya, aku nyaman dengan semua perlakuannya.

Mas Ian membisikkan kata indah di telingaku, "Ana uhibbuki fillah ya Zaujati."

Kata-kata itu berhasil membuat pipiku merona, jantungku berdetak cepat, desiran itu menghangat dalam tubuhku. Ah, untung aku bersembunyi di dada bidangnya.

Aku kembali mengeratkan pelukanku, lalu memberanikan diri menatap wajahnya. Wajah yang selama ini memikat hatiku.

"Ana uhibbuka fillah ya Zauji."balasku malu lalu menunduk.

Gugup ? Tentu saja. Ini adalah kali pertama bagiku mengutarakan kepada lawan jenisku.

Ternyata, jatuh cinta itu seperti ini rasanya.

Aku memang mengakui, aku jatuh cinta padanya sejak ia keluar dari kamar operasi itu, namun berhasil aku tepis. Aku takut, jika dia bukan jodohku bagaimana ? Dan jatuh cinta itu kembali muncul, saat hari akad kami, saat untuk pertama kalinya, aku mentapnya langsung dan dia menyambutku dengan senyumnya.

Rasa ini kian membuncah, saat kami sudah bersatu di malam itu.

Kembali kami saling mengeratkan pelukan, pelukan hangat.

Kami melepaskan pelukan, lalu menuju ruang makan lantai satu. Saling bergandeng tangan, menautkan jemari masing-masing dan saling mencuri pandang satu sama lain.

*
Tiba di lantai satu, orang sudah ramai. Rata-rata yang memenuhi ruangan adalah keluarga besar kami berdua.

Di ujung depan sana, ku lihat ada kedua orang tua kami dan Kak Reno. Mereka lalu menyambut kedatangan kami.

"Waaaah, pengantin barunya telat bangun haha, seger kayaknya ya,"goda Kak Reno.

Semua melihat kami dengan senyum-senyum. Aku hanya menunduk malu, dan Mas Ian tambah mengeratkan tangannya.

Perawat HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang