*
Mobil melaju menuju ke hotel, tempat acara resepsi kami diselenggarakan.Tamu undangan sudah hadir, entah dari teman bisnis Ayah , Reno, juga dari Papah. Teman kerja,teman sekolah, teman kuliah kami. Semua turut meramaikan.
Aku lalu menggenggam jemari istriku, lalu menatapnya.
"Terimakasih istriku, kamu adalah jawaban atas do'a-do'aku. Aku sangat mencintaimu."
Dia tersipu malu, desiran hebat itu semakin membuncah di hatiku.
Aku mengaitkan tangannya di lenganku.
Kaki kami begitu sakit, berdiri tegak menyalami satu persatu tamu.
Tiba di penguhujung acara, semua tampak sudah membubarkan diri.
Ku lihat istriku terduduk, sudah tidak kuat lagi untuk berdiri. Aku pun menghampirinya.
"Kenapa sayang ? Kakinya sakit ?"tanyaku khawatir.
"Iya Mas."ucapnya sambil memijit kaki.
"Kita ke kamar ajah ya, istirahat. Kasihan kamu kecapekan. Mas gak mau kamu kenapa-kenapa."
Dia ingin berdiri dengan susah payah, aku berinisiatif untuk menggendongnya. Melewati kerumunan.
"Buru-buru amat masuk kamar."goda Reno.
"Sang Ratu kecapean."jawabku ngasal.
Berbagai godaan dari keluarga terucap. Aku lihat dia menyembunyikan wajahnya di dada bidangku.
Tiba di dalam kamar, aku lalu membaringkannya. Kemudian memijit kakinya. Awalnya dia menolak, namum aku bersikeras. Dialah ratuku, aku harus menyayanginya. Tak ku biarkan ia terluka.
Setelah agak baikan, dia memintanya keluar, karena dia ingin membersihkan diri. Aku pun pamit menuju Kamar mandi luar.
Aku memutar knop pintu, rupaya terkunci. Pintu terbuka pelan, dibalik pintu ada bidadariku.
Dia buru-buru menuju tepi ranjang. Gugup seketika.
Lama kami terdiam, akhirnya aku beranikan diri buka suara.
"Kita bobo yuk, Dek. Udah larut."ajakku ragu.
Dia hanya mengangguk, lalu bersiap berbaring. Namun, aku segera menahannya.
"Baca do'a dulu sayang."
Kami berdua duduk berhadapan, merapalkan do'a. Setelah itu, kami merebahkan tubuh.
Ada rasa kaku yang terjadi. Namun, perlahan, kami pun bisa memejamkan mata. Mungkin karena kecapean.
*
Jam dua dini hari, aku terbangun untuk melaksanakan shalat tahajjud.Ku lirik disampingku istriku masih terlelap. Ku pandangi wajah damainya, begitu sangat cantik.
Tampa sadar aku mendaratkan sebuah kecupan hangat di keningnya, begitu lama. Membelai helai rambut yang menutupi wajah cantiknya.
Dialah istriku, bidadari syurgaku, ratu dalam istana kecilku, ibu dari anak-anakku.
Ku bisikkan kata-kata manis di telinganya.
"Aku sangat mencintaimu sayang. Mas janji, akan selalu berusaha membahagiakanmu, karena menemukan dan memilikimu tidak mudah. Ana uhibbuki fillah ya Zaujati. "
Aku pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk berwudhu.
Ingin rasanya aku membangunkan istriku, tapi dia tampak kelelahan.
Langkah kaki-ku terhenti saat ku lihat, baidadariku duduk di tepi ranjang menatapku.
Dia sangat cantik, saat bangun tidur. Jantungpun berdetak kuat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perawat Hatiku
RomancePerawat adalah pekerjaan yang mulia. Menjadi seorang perawat, adalah suatu kebanggaan bagi Adelia. Ia sangat menikmati pekerjaannya itu. Melakoni pekerjaan yang menghabiskan waktu dengan pasien. Keluar masuk kamar pasien, hanya untuk memastikan mere...