KEHEBOHAN DI RUMAH SAKIT

7.3K 405 5
                                    


🍁 🍁
PoV. ADELIA

H-7

Hari ini aku dapat jaga pagi, ku lakukan rutinitas seperti biasanya. Melakukan operan, ronde, cek pasien, mengisi laporan, antar jemput pasien yang operasi, lakukan visit dengan dokter Antoni. Calon mertuaku.

Tiba-tiba, saat jam istirahat berlangsung, kami dikejutkan dengan kehadiran seseorang. Seseorang yang sangat disegani oleh seluruh staf di Rumah Sakit ini. Siapa lagi kalau bukan dokter Antoni.

Beliau datang ke ruangan kami. Awalnya kami hanya mengira beliau ada visit atau memeriksa laporan-laporan kami, ternyata beliau membawa sebuah kertas tebal berwarna maroon dengan tinta emasnya.

Aku memincingkan mata menatap dengan jelas ke arah benda tersebut.

Semua perawat, dokter muda, dan dokter residen, diam menunggu dokter mengeluarkan suara. Kami ditatapnya satu persatu. Tiba-tiba tatapannya berhenti tepat di hadapanku. Aku lalu menunduk dalam.

Tiba-tiba dokter Antoni mengeluarkan suara, "Apa semua sudah berkumpul ?"tanyanya.

"Sudah dok."jawab Kepala Ruangan.

Dia lalu meletakkan kertas tebal itu diatas meja perawat. Semua mata tertuju pada benda tersebut. Yang tak lain adalah sebuah undangan.

Jantungku berdegub keras dan dengan ritme yang cepat.

"Sengaja kalian saya kumpulkan semua disini karena saya ada kabar bahagia."ucapnya sambil tersenyum.

"Kabar bahagia apa itu, Dok ?"tanya Kepala Tim.

"Minggu depan, putra saya satu-satunya akan melepas masa lajangnya dengan wanita pilihannya."

Jantungku makin berdegup kencang. Ku lihat semua saling memandang. Kecuali diriku yang masih tertunduk dalam.

"Masya Allah, selamat ya dok, kira-kira siapa wanitanya ?"tanya dokter Residen.

"Bukalah !"perintah dokter Antoni sambil menyerahkan undangan itu kepada Kepala Ruangan.

Perlahan Kepala Ruangan membuka undangan tersebut, diikuti oleh yang lain, karena pada dasarnya mereka ingin tahu.

"Adrian Brawijaya dengan Putri Adelia Her...mawan ?"sontak mereka menoleh ke arahku.

"A...del ?"tanya Kepala Ruangan kepada dokter Antoni lalu beralih menatapku.

Aku semakin tertunduk dalam, sedangkan dokter Antoni mendekatiku.

"Ya, Adelia. Dialah calon menantuku."ucapnya bangga.

"He ?" Ucapnya berbarengan.

Mereka menatapku.

Dokter Antoni pun berlalu dari hadapan kami.

Kepala Ruangan lalu mendekatiku, "Selamat ya Suster Adel, ibu gak nyangka loh, kamu yang berhasil meluluhkan hati Adrian."ucapnya lalu memelukku.

"Selamat ya, semoga lancar sampai hari H ya."ucap Ketua Tim memelukku disusul teman perawat yang lain dan dokter Residen maupun dokter muda.

Ku dengan suara-suara dari dokter muda

"Yah, padahal aku sangat berharap bisa menjadi menantunya."lirihnya.

Disusul kalimat-kalimat yang lain, dilontarkan oleh para dokter muda.

"Kok bisa ya Del, kamu jadi mantunya dokter Antoni ? Kalian dijodohkan ?" Tanya perawat Ana kepo.

"Lah, Adel kan perawat pribadinya selama dia dirawat disini."ucap yang lain.

"Gue juga mau kali."timpal yang lain.

"Itu perintah langsung dokter Antoni kepada saya."ujar Kepala Ruangan.

"Yah, gagal deh deketin suster Adelia, padahal baru mau PDKT."ucap dokter Residen yang ku ketahui bernama dokter Willy.

Aku hanya bisa diam mendengar ocehan mereka.

*
Waktu isturahat bukan lagi untuk makan, tapi untuk membahas tentang paras Adrian.

Aku bersyukur, tidak ada yang mencibir. Yang ada mereka malah terus menggodaku.

Aku lebih baik fokus ke kerjaanku.

"Permisi, Sus." Suara itu, sepertinya aku kenal.

Aku memdongakkan kepala untuk memastikan.

Allahu, mataku membulat seketika. Mas Adrian datang ke Rumah Sakit. Ngapain ?

"I..iya..Mas."jawabku gugup.

"Pulang kerja kita barengan ya, Dek."ucapnya diselingi senyumannya.

"Adek bawa mobil, Mas."jawabku.

"Nanti aku suruh seseorang menjemputmu."

Aku gak bisa bilang apa-apa lagi.

"Baiklah, Mas."

Ku lihat, dokter Farhan menuju ke ruangan kerjaku.

Untuk apalagi ? Dia sudah tidak ditugaskan disini.

Dia membuang muka dam berjalan begitu saja. Ah, biarlah.

"Mas ke ruangan kerja Papah dulu ya, kabarin mas kalau udah pulang."

Aku hanya mengangguk.

Baru saja berbalik, Kepala Ruangan menghentikannya.

"Pak Adrian ? Jengukin calon istri ya ?"godanya.

"Hehe. Saya mengajaknya pulang bareng, Bu."jawab Mas Adrian.

Ciyyyeee.. suara heboh rekan kerja. Aku hanya bisa menutup wajahku dengan kedua tanganku.

"Aku ke ruangan Papah dulu ya, Bu. Adelia rupanya malu-malu hehe."lalu ia pun berlalu.

*
Jam pulang, aku mengabarinya lewat pesan WhatsApp. Dia menyuruhku menunggu di Ruangan.

Saat ia datang, rekan kerja mulai menggoda lagi. Aku benar-benar malu hari ini.

Sepanjang jalan menuju parkiran, siapapun melihat kami akan berhenti lalu menggoda. Seheboh itu kah ?

Kamipun tiba di parkiran, tidak menunggu waktu lama, mobil melaju meninggalkan Rumah Sakit. Syukurlah.

Bersambung..

____________________

Terimakaasih sudah membaca

Kritik dan saran sangat diperlukan.

Maaf kalau kurang panjang dan feelnya gak dapet hehe

Perawat HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang