KADO TERINDAH

7.9K 295 3
                                    


POV ADELIA.

*
Hari-hari yang ku lalui sebagai seorang istri begitu aku nikmati. Memasak, mengepel,mencuci,menyetrika, mengurusnya saat akan pergi ke kantor dan saat ia pulang. Capek ? Tentu saja tidak, aku sangat menikmati peran baruku, menjadi seorang istri.

Tiga bulan kebersamaan kami, terasa begitu indah. Sayangnya, kehadiran malaikat kecil di tengah-tengah kami belum jua tiba.

*
Saat baru saja suamiku berangkat ke kantor, aku bergegas menuju ke dapur untuk mencuci piring. Tiba-tiba perasaanku tidak enak. Kepalaku pusing, pandanganku buram, dan mual-mual.

Aku berjalan menuju kamar mandi. Meskipun agak berat, aku harus sampai disana.

Pusingku masih terasa, mualku makin menjadi-jadi.

Ya Allah, apakah aku salah makan ? Perasaan semua makanan aman-aman saja.

Ku basuh mukaku, dan menatap ke cermin. Wajahku pucat. Ah, mungkin karena kecapaian saja.

Dengan langkah gontai, segera ku menuju kamar untuk mengecek tekanan darahku.

Allahu, delapan puluh per tujuh puluh, rendah sekali. Baru kali ini, tensiku benar-benar rendah, biasanya paling rendah itu di angka sembilan puluh.

Lebih baik aku istirahat dahulu, pekerjaan rumah, biar nanti siang saja dikerjakan.

Langkahku kembali ke dapur, berinisiatif untuk membuat susu, agar tensiku bertambah. Setelah itu, barulah aku tidur.

Pukul dua belas siang, saat aku terbangun, perasaan mual itu kembali menghampiri. Aku kenapa ?

Dengan langkah cepat, segera aku menuju wastafel di dalam kamar mandi. Mual-mual itu masih berasa.

Apa yang salah denganku ? Aku jarang begadang, nutrisiku baik selama ini. Jika hanya kecapaian, mana mungkin tensiku serendah ini.

Ya Allah, aku lupa akan sesuatu. Sudah dua bulan, haidku tak kunjung datang. Bergegas aku kembali ke kamar untuk mengambil alat test pack. Kebetulan, sejak tadi aku belum buang air kecil. Segera ku melakukan test urine.

Semenit, dua menit, tiga menit, aku menunggu hasilnya dengan degupan jantung yang bertalu. Hingga saat waktunya telah selesai, segera aku mengecek hasilnya.

Allahu akbar, dua garis merah tempampang nyata di depanku.

Apakah aku sedang bermimpi ? Semoga hasilnya benar akurat, ada kehidupan di dalam rahimku.

Baru saja aku ingin mengabarkan kepada Mas Ian, langsung aku tunda. Lebih baik, suamiku melihatnya langsung.

Ku lanjutkan pekerjaanku yang sedari tadi bertumpuk, mumpung perasaanku sedikit lebih baik.

**
Sore hari, saat aku tengah asyik menonton sambil menunggu suamiku pulang, tiba-tiba perasaan mual itu muncul lagi.

Segera ku berlari ke wastafel. Perutku seolah terkocok di dalamnya. Bau pengharum kamar mandi, menambah rasa mualku. Benar-benar bau, padahal itu adalah pilihanku sendiri.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Pasti suamiku, karena pintu depan sengaja tidak aku kunci.

"Sayang, kamu kenapa ?"tanyanya khawatir sambil memijit tengkukku karena aku tidak berhenti mual-mual.

Aku hanya menggelengkan kepala.

"Sayang, kita harus ke dokter ya sayang."ajaknya sambil membersihkan mulutku.

"Adek ga pa-pa, Mas. Mungkin karena kecapean."jawabku bohong.

Suamiku menuntunku ke ranjang, membaringkanku dan menutup tubuh ini dengan selimut.

Perawat HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang