Di kediaman Mustafa dan Rina, gadis semester 6 itu masih terlelap di balik selimutnya. Gadis itu bernama Adiba Maharani, putri semata wayang Mustafa yang tinggal bersama mereka. Kedua kakak Adiba laki-laki semua dan sudah berkeluarga. Kakak tertua bernama Abid Mustafa tinggal di Malaysia karena menjadi dosen di sana dan mendapatkan jodoh gadis Malaysia. Sedangkan kakak keduanya, Aiman, pengusaha jati di Jawa Timur meneruskan usaha mertuanya di sana.
"Adiba, bangun nak. Kamu nggak kuliah apa?" ketuk Rani membangunkan putrinya.
"Eung ... hmmm" Adiba menggeliat menyambar jam weker di sampingnya.
"Astaghfirullah. Jam 7...huaaaa!!! Aku terlambat" teriak Adiba langsung mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi.
"Umi. Kok, nggak bangunin Diba, sih" gerutu Adiba duduk di meja makan, jam 8 dia ada mata kuliah. Adiba hanya sarapan roti dan meminum susu coklatnya.
"Salah siapa coba? Udah subuh, kok tidur lagi" ujar uminya cuek.
"Adiba berangkat dulu Umi, Abi. Assalamualaikum" pamit Adiba.
Gadis berjilbab panjang itu menenteng tas ranselnya dan mengambil kunci motor.
"Waalaikumsalam. Lho, kok sarapan roti aja" Mustafa heran dengan tingkah putrinya hari ini.
"Kalau begitu, tandanya dia buru-buru, Abi" sela Rina uminya.
"Mi, gimana usul Abi kemarin?" tanya Mustafa.
"Usul yang mana, Bi? Umi lupa" Rina tampak berpikir mengingat-ingat.
"Itu lho, mau menjodohkan Adiba dengan anak teman Abi" jawab Mustafa coba mengingatkan istrinya.
"Oh, dengan Ghifari Ar Rasyid, anak Mas Taufik, ya" ingat Rina.
"Iya. Ghifari sedang menyusun skripsi Mi. Dia juga udah punya usaha di Bandung. Abi yakin, dia pemuda yang bertanggung jawab. Dan yang penting kesholehannya itu, Mi yang lebih utama" ucap Mustafa.
"Iya, Bi. Umi setuju aja, tapi gimana dengan Adiba. Apa dia mau nikah masih kuliah?" ujar Rina ragu dengan keputusan mereka.
"Itu tugas Umi memberikan pengertian kepada Adiba. Abi berangkat kerja dulu, ya. Assalamualaikum" pamit Mustafa.
"Waalaikumsalam" balas Rina sambil mencium punggung tangan suaminya.
Rina menarik nafas panjang bagaimana caranya dia menjelaskan agar Adiba mau menerima keputusan mereka.
---------
"Lagi musim nikah muda, nih. Siapa yang mau menyusul ?" celetuk Dini sambil melihat facebooknya.
"Kita mah masih jomblo aja menanti pemuda Kahfi datang melamar" sela Laras.
"Ih pada baper semua, nih. Udah Din, FB-mu ditutup aja" sambung Adiba.
"Aku mau sih nikah muda tapi belum ada yang melamar" ujar Dini dengan raut wajah sedih.
"Kita berdoa aja dan terus memperbaiki diri. Insya Allah, jodoh kita pun di sana akan melakukan hal yang sama" nasihat Adiba.
"Ciee, kayaknya Adiba nih bakalan menikah duluan" sindir Laras tersenyum geli.
"Iya. Kayaknya udah ada tanda-tanda bau melati, nih" sambung Dini.
"Apaan sih, kalian. Calon aja belum ada" ujar Adiba jujur. Padahal tanpa dia ketahui, dia akan dijodohkan oleh orang tuanya.
"Bilangnya belum ada, tapi nanti tau-tau ngasih undangan" ledek Laras melirik Adiba.
"Mau dong dilamar" sela Dini.
"Ya, Allah kalian ini" Adiba hanya geleng-geleng kepala.
"Diba, kamu nggak kepikiran mau nikah muda?" tanya Laras.
"Aku mau menyelesaikan kuliah dulu, Ras. Tapi kalau jodoh ku udah datang, kenapa tidak. Apalagi yang datang laki-laki Sholeh, sayang kan kalau ditolak" jawab Adiba tersenyum.
"Iya dong, yang kita harapkan si laki-laki yang bisa menjadi imam kita dunia akhirat. Ya, nggak?" sambung Dini.
"Setuju!!" ucap Adiba dan Laras serempak. Ketiga gadis itu lalu tertawa kecil sambil berjalan menyusuri koridor kampus.
Continue

KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku LDR-an (END)
قصص عامةMenikah tapi masih kuliah?? Why not?? Adiba Maharani menerima tawaran menikah dari orang tuanya meskipun dia dan calon suaminya masih kuliah. Jarak yang terpisah antara Palembang-Bandung setelah menikah tidak membuat salah satunya mengalah untuk mem...