Bagian 17

71 18 4
                                    

SEHUN POV

Kita berpelukan cukup lama. Kita juga sama sama menangis seperti saling melepas rindu berat yang sudah lama tidak bertemu.

Noona tiba tiba melepaskan pelukannya dan dia tersenyum sambil menghapus air matakku.

" kamu seperti anak kecil" ucap noona sambil tersenyum

Aku hanya bisa membalas senyumnya tanpa membalas ucapannya.

" lebih baik kita masuk, badanmu kembali menghangat"

Aku hanya menganggup menjawab ucapannya seperti anak kecil yang manja ke ibunya.

Kami berdua masuk ke rumah itu dengan saling beegandeng. Noona mengantarku ke sebuah kamar dan menaruh semua barang di atas kursi di ruangan itu.

Setelahnya dia menghampiriku dan memegang dahiku. Dia menyuruhku berbaring di tempat tidur itu dan menutupi dengan selimut dan sudah ada di Kasur itu.

Dia mengambil bangku dan menaruhnya menghadap ke Kasur. Noona duduk dan mengusap kepalaku dengan lembut. Tanpa sadar akupun tertidur dengan usapannya.

SERA POV

Didepanku ada sehun yang sedang tertidur lelap. Mungkin karena masih belum sehat sehun sangat cepat tertidur. Walau dia sudah lelap tapi aku masih nyaman mengelus rambuntnya itu.

Tidak tau kenapa melihat sehun seperti ini membuatku sakit melihatnya. Hidup sendirian dan juga bekerja bating tulang mencari uang diumur yang masih muda. Walaupun kehidupan mudaku juga tidak jauh dari kehidupan sehun tapi aku tidak bisa melihat diriku dalam sehun. Malah sebaliknya au seperti melihat anakku yang saat ini akupun tidak tau dia berada di mana.

" kamu tau melihat matamu menangis tadi seperti melihat anakku yang menangis saat aku tinggal di tempat itu"

Ucapku secara perlahan karena takut membangunkan sehun yang sedang beristrahat.

' pasti dia bukan? Pasti dia kamu sengaja bilang dia manajermu? Pasti dia aku yakin, dia sangat mirip dengaku dan dengamu pasti dia?'

Tiba tiba ingatanku saat bertemu dengan yun ho kembali teringat. Bahkan saat yun ho mengatankan itu aku juga hamper berpikir yang sama. Kalau dipikir pikir sehun memiliki banyak kesamaan di antara kita berdua. Matanya, kulitnya, wajahnya, hidungnya hingga tingginya seperti perpaduan kita berdua.

Tanpa sadar aku berdiri setelah memikirkan itu semua.

' apa ini? Kenapa aku baru terpikir sekarang? Cerita sehun yang ditinggalkan dan aku yang meninggalkan anak itu sangat bersangkutan. Tapi aku tidak mengirim anakku ke panti asuhan aku mengirimnya ke rumah itu?'

Ucapku dalam batin masih berdiri sambil melihat kearah sehun yang tertidur di depanku tanpa terganggu dengan kegiatanku.

Aku terus berpikir kesamaan cerita aku dan sehun, aku terus berpikir dengan kemiripan kita hingga tiba tiba aku terkejut dengan sebuah fakta. Aku menutup mulutku dengan tangan dan mundur satu langkah karena tekerjut.

' anaku dan sehun berada di umur yang sama'

' apa sehun adalah anakku? Ini bukan hanya kebetulan belaka' ucapku dalam batin

Tanpa pikir panjang aku pergi berlari kearah mobiku. Aku harus mencari kebenarannya. Aku harus ketempat itu.

-----------------

Setelah perjalanan hampir satu jam aku sampai di tempat itu lagi. Tempat aku meninggalkan dia. Meninggalkan anakku dirumah itu.

Aku keluar dari mobil dan masih memandangi rumah itu. Namun rumah itu sangat kotor dan tidak terawatt seperti sudah lama tidak ditinggali.

" apa mereka sudah pindah?"

Aku mendekat kearah pagar pendek rumah tersebut. Aku mencoba mendorong pagar itu namun sepetinya pagar berkarat itu udah mulai rusak dan berat untuk di buka. Tidak seperti saat pertama kali aku datang kesini pagar itu sangat ringan.

Akhirnya aku tidak memutuskan masuk dan hanya berdiri di depan pagar itu. Lalu tiba tiba ada seseorang yang menyentuk pundakku dari belakang. Aku kaget dan langsung berbalik ke belakang. Aku melihat seorang perempuan tua yang tersenyum kearahku. Dilihat dari mataku seperti ibu ini bahkan lebih tua dari ibuku sendiri.

" kenapa disini nak?" ucapnya hangat

" ah aku mencari seseorang yang tinggal disini?"

" ahh apa kamu anaknya?"

" anaknya?" ucapku bingung

" iya anaknya, tahun lalu rumah ini ditinggal oleh teman nene"

" hah? Seorang nene?"

" iya dia tinggal sebatang kara karena anaknya tiba tiba tidak pernah menghubunginya lagi, apa kamu anaknya?"

" ohh bukan bukan, tapi bukannya rumah ini ditinggali oleh pasangan suami istri?"

" suami istri? Ahh pasangan dulu. Iya benar dulu sebelum teman nene ada pasangan yang tinggal disini"

" apa nene tau mereka dimana"

" ah mereka sudah pindah sangat lama, mungkin 22 tahun yang lalu. Mereka pindah keluar negeri"

Aku hanya bisa menghelakan nafas mendengar itu.

' apa anakku di bawa keluar negeri juga?' ucapku dalam batin

" apa nak adalah temannya? Beberapa bulan yang lalu mereka bertamu ke rumah nene. Itu rumah nene Cuma beda dua rumah"

" ahh hanya sekedar kenal aja"

" mereka pasangan yang romantis bukan? Sayangnya sampai sekarang belum dikaruniai anak" ucap nene itu tiba tiba

Namun mendengar ucapan nene itu. Aku benar benar kaget mendengarnya apa maksudnya belum punya anak? Apa mungkin mereka tidak memiliki anak kandung.

" bukanya mereka punya anak angkat?" ucapku tiba tiba tanpa dipikir

" anak angkat? Setau nene mereka masih tinggal berdua"

Aku benar benar dibuat terkejut dengan fakta itu.

" bukannya mereka pernah menemukan anak bayi didepan rumah mereka?"

Aku benar benar terkejut dengan ucapanku. Aku tidak berniat bertanya tapi semua seperti berputar diotaku, dimana anakku? Sampai tanpa sadar aku bertanya ke nene itu.

" ahh kamu juga tau hal itu juga" ucapnya

Aku hanya diam karena bingung maksud dari ucapannya itu.

" iya sebelum mereka pindah mereka menemukan anak bayi dihalaman mereka. Tapi karena mereka sudah mengurusi kepindahan jadi mereka tidak bisa mengangkat anak itu. Jadi anak itu dia antarkan ke panti asuhan"

' aku hidup dan besar di panti asuhan'

Tiba tiba saja ucapan sehun yang tadi kembali berputar di kepalaku.

TBC

karena aku update lama jadi aku update 2 cerita sekaligus.

jangan lupa like dan comment yah

happy reading :)

Why You? !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang