SERA POV
Saat aku berbalik kebelakang aku terkejut melihat sehun yang limbung dan memegang tembok di sebelahnya.
Aku berlari ke arahnya dan memegang tubuhnya.
" ya! Gwenchana?"
Sehun mengangkat kepalanya dan melihat kearahku namun matanya sangat tidak fokus. Aku menggoyangkan tubuhnya beberapa kali.
" ya oh sehun!!"
" jangan buat aku takut, kamu kenapa?"
Sehun tetapi tidak menjawab, akhirnya aku memutuskan memegang dahinya.
Panas sangat panas itu yang aku rasakan.
" ya ampun ini sangat panas, kamu sakit sehuna"
Namun setelah mengatakan itu tubuh sehun melemas ke arahnya.
"om...ma"
Karena sehun yang berat membuat kita jatuh bersamaan. Namun aku masih memegang sehun agar tidak jatuh ke arah belakang. Kami jatuh terduduk dengan sehun dipelukanku. Karena akan bahaya bila sehun jatuh kebelakang dan melukai kepalanya.
" sehun!!.... sehun!!" sambil menampar kecil pipi sehun
Namun sehun tetap tidak kembali sadar. Walau dalam keadaan tidak sadar sehun sepertinya sangat kesakitan terlihat dari raut wajahnya itu.
Aku berusaha meraih handphone di saku celanaku, setelah mendapatkannya aku langsung menghubungi ambulance untuk datang.
Setelah selesai menghubungi ambulance aku mengusap rambut sehun yang basah oleh keringat itu secara perlahan.
" bertahanlah sehuna"
SEHUN POV
Silau, itu yang aku rasakan saat ini. Sinar matahari kamar benar benar langsung ke arahhku. Aku mencoba menghalangi sinar yang mengarah ke mataku dengan tanganku.
Namun tiba tiba rasa pusing kembali datang.Aku memegang kepalaku dan mencoba untuk membuka mata sepenuhnya.
Tembok putih yang pertama aku lihat, aku lihat kanan ada jendela besar yang berada di ruangan itu.
' sejak kapan jendela jadi sebesar itu?'
Aku melihat ke kiri dan aku melihat seseorang sedang tertidur dengan tangan yang bertumpu ke Kasur tempat aku tertidur.
' oh siapa ini?'
Saat aku mencoba memegangnya aku melihat tanganku yang tersambung dengan infus.
' apa aku di rumah sakit?'
' tapi kenapa aku bisa disini?' ucap sehun dalam hati sambil memikirkan apa yang terjadi kemarin.
" oh sehuna kamu sudah sadar?"
Tiba tiba terdengar suara di sebelah kiriku. Aku melihat ke arah suara itu dan cukup terkejut dengan apa yang aku lihat didepanku.
" noona?"
" iya ini noona, apa ada yang sakit? Tunggu noona akan panggil dokter dulu"
Aku menahan tangan noona yang akan pergi dan dia kembali melihat ke arahku.
" ada apa sehuna?"
" kenapa noona bisa disini? Apa yang terjadi?"
" apa kamu tidak ingat kemarin?"
Aku menjawab dengan gelengan kepala tanpa membalas dengan ucapan.
" setelah membuat aku ketakutan kamu bisa bisa lupa dengan kejadin kemarin"
Aku terdiam mendengar ucapan noona yang sedikit mengeluarkan emosinya. Namun tiba tiba noona memegang rambutku dan mengelusnya secara pelahan.
' omma ' ucapku dalam hati
" kemarin kamu tiba tiba pingsan sehuna, aku benar benar ketakutan setengah mati, aku engga tau harus melakukan apa jadi aku bawa kamu ke sini"
" maafkan aku noona, udah buat noona khawatir"
" kenapa kamu engga bilang sih kalo kamu sakit, yang sehat itu bukan artisnya aja tapi juga managernya"
" jadwal noona sangat padat dan aku tau noona juga lelah, aku tidak mau merepotkan noona"
" aku juga minta maaf aku tidak peka dengan keadaanmu sedangkan kamu yang paling tau dengan keadaanku"
" aniyo, aku kan manager noona ini memang udah pekerjaan aku"
" kamu tunggu disini dulu, noona akan panggil dokter dulu"
Noona berhenti mengelus rambutku dan pergi dari ruang rawat kamar itu untuk memanggil dokter.
Selama noona pergi aku hanya bisa terdiam dan terus memikirkan perilaku noona tadi. Benar benar hangat seperti saat saat omma yang sedang merawatku sakit.
Mungkin karena noona juga seorang wanita. Aku yang sudah lama tidak merasakan usapan hangat itu merasa seperti ada ikatan batin terhadap noona.
Tidak lama kemudia noona datang dengan dokter dibelakangnya. Mereka menghampirik. Dokter itu memeriksaku dengan diam dengan noona yang melihat dari jauh untuk memberi luang dokter itu memeriksaku.
" apa masih terasa pusing?"
" masih tapi tidak seperti kemarin"
Setelah dokter itu memeriksa aku, noona mendekat ke ranjang untuk mendengar ucapan dokter itu.
" bagaiman dok?"
" sepertinya tidak ada yang harus dikhawatirkan, tapi sehun sepertinya harus lebih banyak istirahat lagi. Suhu tubuhnya masih cukup tinggi, dia juga kelelahan ekstrim dan tidak makan dengan baik"
Noona dan aku benar benar mendengar ucapan dokter itu dengan baik.
" saya harap kamu bisa istirahat yang baik dan mulai kembali beraktivitas saat sudah benar benar fit. Jangan paksakan diri lagi oke"
" baiklah dokter"
Bukan aku yang menjawab dokter itu tapi noona yang menjawabnya.
Dokter itu pergi dan meninggalkan aku dan noona didalam ruangan itu. Kami hanya terdiam sampai suara noona kembali terdengar.
" lebih baik kamu istirahat dulu saat sudah sehat kamu mulai lagi bekerja"
" tapi noona bagaimana dengan jadwal yang ada?"
" aku akan bilang ke perusahaan dan meminta manager pengganti sementara, lagipula jadwal tidak akan sepadat kemarin"
" mianhae noona"
" gwenchana sehun, sakit itu wajar tubuh kita sudah minta istirahat kita bisa apa"
" oh iya sehuna besok kamu sudah bisa pulang" ucap noona lagi
" ah terima kasih noona aku jadi sangat merepotkan"
" kalau boleh tau kamu tinggal dengan siapa?"
" wae? Aku tinggal sendiri?"
" sendiri? Tapi keadaan kamu lagi seperti ini? Apa tidak apa apa ?"
" ah itu tenang saja noona aku sudah biasa kok, ini bukan yang pertama kalinya"
" tapi tetap aja aku tidak tenang"
" gwenchana noona"
" lebih baik begini sampai kamu sembuh kamu menginap aja dirumahku, masih banyak kamar yang kosong kok"
" apa? Ah tidak tidak terima kasih noona"
" tidak ada bantahan ini perintah!"
Aku hanya terdiam dengan ucapan noona itu. Kalau noona sudah memakasa aku bisa apa lagi.
TBC
makasih makasih banyak banget yang udah like story ini. itu bener bener bikin semangat banget buat terusin cerita ini.
jangan lupa like dan komen yang story ini!!!!
happy reading :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Why You? !
FanfictionHidup sendiri di ibukota seoul ini bukan hal mudah menjadi anak yang terlantarkan dan di tinggalkan di panti asuhan dan bertahan hidup tanpa ada tempat berlindung. # Family # Sehun # Sad