SERA POV
Aku berlari sangat kencang saat taksi telah sampai mengantarkanku ke rumah sakit. Hanya sehun yang ada di pikiranku, bahkan aku lupa menyamar dan menggunakan baju hangat di musim dingin ini.
Aku sadar orang-orang mulai sadar aku siapa dan apa yang aku lakukan di rumah sakit ini. Tapi saat ini aku tidak peduli lagi itu, yang aku pedulikan hanyalah anakku sehun.
Sesampainya di depan pintu UGD aku menghentikan seorang suster yang akan masuk kedalam.
"Dimana korban kecelakaan yang dibawa ke sini?" ucapku terburu-buru dengan khawatir
"AHH...sera-ssi!" jawab suster itu yang kaget dengan kehadiranku yang tiba-tiba menghentikannya.
"DIM...dimana korban kecelakaan yang dibawa ke rumah sakit ini? bisakah suster menjawab dengan cepat" tanya dengan emosi yang berusaha kutahan agar tidak menarik perhatian orang lain.
"Oh..korban kecelakaan baru saja dibawa ke ICU."
"ICU? kenapa...?" ucap ku bingung tidak bisa diteruskan.
"Korban terluka di kepala sangat parah, kemungkinan korban sudah mati otak tapi kami masih menunggu keluarganya dulu." jawabnya
mendengar jawaban suster itu, tiba-tiba kakiku seperti kehilangan fungsinya. Aku terjatuh dengan lemas di hadapan suster itu.
"Sera-ssi anda tidak apa-apa?" tanya suster itu yang kaget melihatku tiba-tiba terjatuh
"Tidaaak...tidak mungkin....anakkku...tidakk."
semua di sekitarku seperti berjalan dengan pelan. Dunia ini seperti berubah menjadi abu-abu yang suram. Menggambarkan hatiku dan otakku saat ini. Tanpa bisa berpikir jernih dan sebuah penyesalan yang menghantuiku.
"Bagaimana kalau anda masuk ke dalam UGD dan menerima pemeriksaan?" tanya suster itu yang bingung dengan perilakuku.
"Dimana ICU itu?" ucapku tanpa menjawab pertanyaan suster itu
"Ikut saya, Saya antar ke ICU."
"Terima Kasih." ucapku sambil berdiri dengan bantuan suster itu.
Suster itu mengantarkanku ke ICU itu. Namun selama di jalan nyawaku seperti sudah menghilang dengan raga yang dipaksa berjalan. Aku berharap ini cuman mampi, sebuah mimpi yang akan hilang saat aku terbangun.
Namun kenyataan tetap lah kenyataan ini bukan mimpi yang aku harapkan. Ini seperti kenyataan yang harus aku terima dari dosa ku yang telah aku lakukan terhadap sehun.
Sesampainya di depan Pintu ICU, suster yang mengantarkanku itu memanggil seorang dokter didepan kita saat akan masuk kedalam ruangan itu.
"Dokter tunggu." ucap suster itu
Dokter itu berhenti dan melihat ke arah kita. Aku dan suster itu mendekat ke arah dokter itu berdiri.
"Ibu ini mau bertemu dengan korban kecelakaan tapi, dok." ucap suster itu.
"Bagaimana keadaannya?" ucapku menyela suster itu kepada dokter
"Luka di kepalanya sangat parah, maaf sayang harus mengatakan ini. Namun sudah tidak ada kemungkinan pasien dapat bertahan. Saat ini mungkin keadaanya terlihat baik-baik saja namun itu hanya karena bantuan alat-alat yang kami pasang.
"Tidak....apa tidak bisa di operasi dok?" ucapku sambil menangis
"Maafkan kami, pasien sudah tidak memiliki peluang sedikitpun. Maaf mungkin saya tidak berhak mengatakan ini, namun lebih baik mengikhlaskannya agar pasien tidak kesakitan karena terlalu kita tanah seperti saat ini."
Kakiku kembali kehilangan fungsinya dan akupun duduk terjatuh.
"Bagaimana bisa aku mengikhlaskannya, bahkan dia belum tau aku ini ibunya. Kenapa ini terjadi, kenapa saat aku ingin bilang kenyataan yang aku dapat dia malah pergi. Apa ini hukuman untukku?" ucapku sambil menangis dan memukul dadaku untuk menghilangkan sesak ini.
Suster dan Dokter itu bingung harus melakukan apa. Mereka jongkok dan berusaha menahan badan sera yang sepertinya sangat lemas dan seperti akan pingsan.
"Apa anda baik-baik saja? Bagaimana kalau anda keruangan saya dulu dan kita bicarakan baik-baik?" ucap dokter itu yang kasihan melihatku dan suasana disana, dimana orang-orang mulai melihat dan sadar akan diriku.
"Ottoke? Sehun-aaaa, maafkan omma, maafkan omma." tangisanku malah makin kencang dengan penyesalan yang aku dapat.
"Maafkan omma telah meninggalkanmu,maafkan omma......." ucapku tanpa memikirkan lagi didengar orang apa tidak.
Banyak orang-orang disana yang melihat kejadian itu mulai saling berbisik.
"Apa maksud noona?"
Tiba-tiba sebuah suara yang aku rindukan itu terdengar.
Aku langsung melihat ke arah suara itu berasal dan aku melihat dia. Anakku.
"SEhuuun-a." ucapku kaget dan langsung membuat aku berdiri.
"APA MAKSUD NOONA? OMMA?" ucap sehun berteriak.
"Sehun-a." ucapku tanpa menjawab pertanyaannya.
Aku berjalan secara perlahan ke arahnya dan berharap bahwa ini memang bukan mimpi. Mimpi dimana Sehun kembali berdiri didepanku.
TBC
Malam semuanya, maaf aku baru meneruskan cerita ini. Jujur kadang aku bingung mau di bawa gimana cerita ini. Tapi kayanya engga akan lama lagi sih Cerita ini bakal End.
Makasih banget yang udah Like cerita ini.
Aku akan selalu membuat cerita yang bagus.
Dengan Vote, Like bahkan Komen dari kalian itu sangat membantu aku untuk semangat meneruskan cerita ini.
Selamat Membaca :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Why You? !
Fiksi PenggemarHidup sendiri di ibukota seoul ini bukan hal mudah menjadi anak yang terlantarkan dan di tinggalkan di panti asuhan dan bertahan hidup tanpa ada tempat berlindung. # Family # Sehun # Sad