10. Pulang bareng

211 15 0
                                    

SELAMAT MEMBACA -,-

Semenjak kejadian dimana Evlyn dituduh mencontek itu. Tak sedikit murid yang berceloteh tentang dirinya.
Jaman sekarang, informasi cepat sekali menyebarnya.

"Gua masih gak nyangka. Evlyn itu kan juara umum, masa nyontek?"

Banyak. Bukan hanya satu dua orang yang berbicara seperti itu. Namun,  gadis itu hanya membiarkannya saja.

"Gue boleh duduk disini gak?"

Evlyn tersentak. Gadis itu sedang berada dikantin bersama Nara, namun yang dirinya lalukan hanya melamun.

"Duduk aja, Fan. Masing kosong kok,"ucap Evlyn. Nara tidak berkomentar, semenjak perubahan dari Fani, cewe itu bisa menerima keberadaan Fani. Meskipun hanya sedikit, secuil.

"Kenapa sih, Lyn? Dari tadi gue liat ngelamun terus?" tanya Fani.

Evlyn hanya menggeleng.

"Iya gitu. Katanya dia nyimpen kertasnya dilaci meja. Parah banget kan? " Suara berasal dari belakang meja mereka. Tiga gadis yang sedang memakan baso sambil menggosipin Evlyn.

BRAK

"BISA GAK SIH KALIAN GAUSAH NGOMONGIN EVLYN?! CUMA KARENA DIA KETAUAN NYONTEK AJA, DIA DIJADIIN BULAN-BULAN KALIAN? TERUS APA KABAR SAMA KALIAN YANG PERNAH NGEBOBOL RUANG GURU BUAT DAPET JAWABAN UJIAN?!"

Suara Nara yang menggelar, menarik perhatian semua pengunjung kantin. Semuanya. Tak terkecuali. Tiga gadis tadi, hanya diam sembari menunduk. Nara tahu, orang dihadapannya ini kaka kelasnya. Tapi yah bodo amat lah.
Evlyn menghampiri sahabatnya. Memegang kedua pundak gadis itu, mencoba membantu meredakan emosinya.

"Udah, Nara. Gapapa. Kita kekelas aja, "ujar Evlyn.

Nara menyingkirkan lengan Evlyn dengan kasar. "Mereka udah kelewatan,Lyn!" tegas Nara.

Dengan sekali tarikan dan juga bantuan dari Fani. Evlyn mampu membawa Nara pergi. Mereka berjalan ditengah kerumunan manusia kepo.

Sampai dirinya dan Fani membawa jauh Nara dari kantin. Barulah mereka melepaskan cekalannya dari lengan Nara.

"Ck," Nara berdecak kesal.

"Udah, Nar. Untung tadi guru gak keburu datang. Coba kalo kita telat bawa, bisa masuk bk lo, "ujar Fani.

Nara menghentakkan kakinya. Lalu duduk dikursi kayu dekat mereka. "Lagian, Lyn. Siapa sih pemilik kertas laknat itu?! Gara-gara tuh orang nama lo kecoreng, Lyn!" ungkap Nara.

"Gapapa. "

"Gue bakal bantu lo, buat nyari siapa pemilik kertas itu, Lyn. Lo gimana, Nar? "tanya Fani.

Nara berdehem malas. "Pokoknya kalo sampe ketemu tuh orang. Gua patahin lehernya,"kesal Nara. 
Evlyn dan Fani berusaha menahan tawa mereka saat melihat kekesalan Nara.

-*-*-*-*-*-


Hari hampir larut. Namun kedua gadis cantik itu masih berada disekolah. Karena sekarang hujan sedang mengguyur kawasan. Mereka duduk dikoridor utama, sambil memasukan kedua tangannya kedalam hoodie. Menunggu hujan reda.

Olimpiade Sains Nasional hanya tinggal menghitung beberapa minggu lagi. Sampai mereka rela pulang lebih telat dari biasanya.

"Udah mau jam lima, tapi belum ada tanda-tanda hujan reda juga, "ujar Fani frustrasi sambil melirik arlojinya.

"Tunggu aja, Fan," balas Evlyn.

Fani menghela nafasnya. Ia berjalan kearah sisi koridor. Mengadahkan tangannya, menampung  setiap butiran air yang turun melalui atap sekolah.

STS[1]: LIBRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang