Selamat membaca❤*****
Cheryl membelokkan setir mobilnya kearah gerbang sekolah milik papihnya. Hari ini, entah ada rencana apa, papihnya menyuruh kedua anak gadisnya untuk menemuinya disekolah milik papihnya. Cheryl turun dari dalam mobilnya, lalu diikuti oleh Evlyn.
Mereka memandang luasnya sekolahan milik papihnya itu. Jika dibandingkan dengan sekolahan mereka berdua, masih lebih megah sekolahan ini. Namun, bukan itu yang papihnya cari. Papihnya itu, sudah mempunyai prinsip dari dulu untuk tidak menyekolahkan anak-anaknya disekolah milik keluarganya.
Kedua gadis itu berjalan beriringan dengan anggunnya. Saat ini, memang sudah bukan lagi waktunya kegiatan belajar mengajar, jadi wajar saja sekolah ini sepi. Hanya ada beberapa orang yang masih disekolah, mungkin mempunyai urusan atau ekskul.
"Kak, "sahut Evlyn.
Cheryl menoleh, "apa?"
"Kakak duluan aja, aku mau beli minum dulu. Mau nitip?"tanya Evlyn.
"Gak,"kata Cheryl lalu langsung pergi begitu saja meninggalkan Evlyn tanpa berkata lagi.
***
Evlyn berjalan menyusuri koridor sekolah milik papihnya. Sebenarnya, gadis itu tak tahu betul sudut bangunan ini. Namun, sembari mencari kantin, ia juga ingin berkeliling terlebih dahulu.
Entah keberuntungan atau apa. Tapi, arah kakinya melangkah tepat menuju kantin. Gadis itu masuk kedalam kantin yang hanya dipenuhi oleh beberapa murid saja.
"Ada air mineral, bu? "tanya Evlyn kepada perempuan tua penjaga kantin.
"Ada neng. Mau berapa? Yang dingin atau enggak?"
"Satu aja bu. Yang gak dingin, "ucapnya.
Ibu itu menganggukkan kepalanya, lalu berbalik untuk mengambil pesanan gadis itu. Beberapa detik kemudian, ibu itu kembali kehadapan Evlyn sambil menyodorkan satu botol air mineral.
Gadis itu menerimanya, lalu mengambil uang yang ada didalam sakunya untuk membayar air yang ia beli.
"Ini bu,"ucap Evlyn kepada pedagang itu sembari menyodorkan uang yang pas nominalnya untuk satu botol air mineral. Setelah membayar, ia memutuskan untuk duduk terlebih dahulu disalah satu kursi kantin.
Sedang asik-asiknya, ia langsung kaget. Saat ada seorang cowok yang tiba-tiba saja duduk didepannya.
"Hallo, Evlyn, "sapa cowo didepannya.
Gadis itu menautkan kedua alisnya, "Erick? "
"Apa kabar?"
"Baik, "ucap Evlyn ceria.
Cowo itu adalah Erick. Cowo yang ia temui beberapa waktu lalu. Ini adalah pertemuan ketiga mereka. Jujur saja, keduanya memang sering berchatingan disalah satu akun sosmed.
"Beneran baik?"tanya Erick sambil menaikan sebelah alisnya.
Gadis itu mengerutkan bibirnya. Ternyata, kandasnya hubungan dirinya dengan Bima memang tersebar luas. "Gak boleh gitu, "gerutu Evlyn.
"Iya percaya,"ucap Erick sambil terkekeh.
"Gue baru tau lo sekolah disini,"kata Evlyn.
Erick melirik gadis dihadapannya, "gue gak seterkenal lo."
"Siapa yang terkenal coba?"
"Agatha Evlyn Xeevara. Anak kedua dari pengusaha ternama sekaligus pemilik sekolah ini. Cantik secara fisik, hati, maupun cara kerja otaknya,"kata cowo itu, "asal lo tau aja. Tiap hari yang jadi bahan gosipan kelas gue tuh, ya elo. Apalagi kakak lo, "lanjutnya.
Evlyn sempat mengerjap matanya berkali-kali, "gak sampe segitunya, "ucapnya.
"Yaah.... Orang dibilangin. Lo gak percaya sama gue?"tanya Erick.
"Enggak. Soalnya, ijin mau ke ruangan ambil bola. Tapi malah mentok kesini."
Evlyn dan Erick sontak menoleh kearah sumber suara. Lelaki bertubuh besar tinggi sudah berdiri disamping Erick dengan kedua tangan diatas pinggang.
"Eh, bapak, "sahut cowo itu sembari cengengesan.
"Kamu ngapain disini? Mau godain keponakan saya?" tanya Bara-guru olahraga sekaligus om—nya Evlyn.
Erick menatap Evlyn, disorot matanya bagaikan bertanya, 'beneran?'. Lalu beralih lagi ke lelaki disampingnya.
"Enggak pak. Saya tadi mau beli minum terus-"
"Udahlah. Kamu emang ahlinya tukang ngibul," ucap guru olahraga itu memotong ucapan Erick. "Kamu ngapain, Lyn disini? Enggak keruangan papih aja?" tanya pak Bara kepada keponakannya— Evlyn.
"Beli minum dulu,"jawab Evlyn seraya mengangkatkan botol yang tadi ia beli.
"Ouh. Yaudah sana, temuin papih mu," perintah omnya.
Gadis itu mengangguk lalu berdiri dari duduknya bersiap untuk pergi keruangan papihnya. Tapi sebelum itu, Erick menahannya.
"Biar gue anter, "ucap cowok itu.
"Erick," sahut pak Bara kepada remaja cowok itu.
"Evlyn kan bukan asli sekolahan sini, pak. Kalo ada yang ganggu dia ditengah jalan gimana? Apalagi ini Evlyn," ujar Erick.
"Gak usah, Rick, "tolak Evlyn dengan nada lembut.
"Enggak bisa, Lyn," ucapnnya. "Plis ya Pak. Gak akan lama kok, cuma nganterin sampe depan pintu aja, "kata Erick memohon ijin.
"Ya udah sana. Tapi awas, jangan macem-macem sama keponakan saya. Apalagi ini Evlyn," kata Pak Bara.
Erick sedikit memutarkan bola matanya. Merasa diledek oleh perkataan gurunya dikalimat terakhir.
"Siap Pak, " kata cowo itu semangat. "Ayok, tuan putri, "ucap Erick berjalan disamping Evlyn. Tangannya sudah akan bertautan dengan gadis itu, hanya tinggal beberapa cm lagi. Namun, semuanya sirna oleh suara guru kesayangannya itu.
"Gausah pegang-pegang. Mau nilai kamu saya kurangi?"
*****
Setelah sekian lama absen dari cerita ini; (((
Terimakasih telah membaca;w
Vote and comment;)Follow ig;
@sel_salsabila
Subang, 13 Oktober 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
STS[1]: LIBRA (End)
Ficção Adolescente* Ini kisah dari seorang Agatha Evlyn Xeevara kekasih dari seorang ketua basket Bima Jazztin Bramasta, yang dikhianati oleh anak baru yang menjadi teman barunya. Seiring berjalannya waktu kehidupannya berubah. Ia sering kali dituduh melakukan Kesa...