29. Berkunjung

172 10 0
                                    


Selamat membaca;)

Malam ini keluar Marcell sedang berkumpul di ruang televisi. Sudah lama mereka tak berkumpul seperti ini dengan alasan mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Namun hari ini, mereka sempatkan untuk berkumpul bersama keluarga.

Papih dan Mamihnya duduk berdua disofa, Cheryl duduk disofa satu sambil mengecat kukunya, sedangkan Evlyn dan Sargas duduk dibawah sambil memakan cemilan.

"Papih dengar, kamu lagi deket sama cowok lagi ya Lyn? "tanya Marcell kepada anak keduanya.

Orangtuanya memang sudah tahu perihal hubungan Evlyn dengan Bima, bahkan dengan Nara saat ini.

"Enggak Pih, "ucap Evlyn.

"Masa sih? Kata Mamih kamu lagi deket sama cowok yang sering ikut Olimpiade itu loh."

"Ya itu mah Sargas Pih. Kan Agas sering ikut Olimpiade,"ucap Sargas— sianak terakhir dari Marcell dan Kania.

"Kamu ini, Pr aja gak pernah dikerjain gimana bisa kepilih Olimpiade," sanggah Mamihnya.

Marcell yang semula duduk diatas, kini turun duduk dibawah—disamping Sargas. "Kamu itu, satu-satunya anak lelaki dikeluarga ini. Yang pasti bakal jadi penerus perusahaan Papih. Walaupun kamu anak terakhir, tapi Papih bakal ngasih alih perusahaan pertama ke kamu. Bukan ke Cheryl, bukan juga ke Evlyn.

Karena kenapa? Ya karena itu, kamu adalah satu-satunya anak lelaki disini. Lelaki itu harus menjadi pemimpin.Dan Papih mau, kamu sebagai lelaki harus lebih bertanggung jawab. Apalagi Papih sama Mamih udah lansia, " kata Papih Marcell sambil menepuk-nepuk bahu Sargas.

Sargas mengangguk paham.

"Ngerti kan maksud Papih?" tanya Kania—Mamihnya.

"Ngerti Mamih. "

"Bagus, "ucap Papinya. "Cheryl? Kamu masih sering bully anak orang?"lanjutnya.

Gadis yang sedang mempercantik kukunya, berhenti sejenak mendengar ucapan Papihnya.

"Enggak, "jawab gadis itu singkat lalu kembali lagi kepada aktivitasnya.

"Yakin?"tanya Papih—nya meyakinkan.

"He'em. "

Marcell tersenyum. Melihat sifat anak pertamanya membuatnya tergelitik lucu, entah turunan dari siapa Cheryl menjadi orang yang cuek.

Lelaki paruh baya itu menghela nafasnya lega, mengaikatkan kedua tangannya dibelakang kepala lalu bersender pada sofa. Cukup tenang  rasanya, mendengar perkembangan baik dari anak-anak. Walaupun dirinya beserta istrinya jarang berada dirumah karena masalah pekerjaan, mereka tak membiarkan begitu saja anak-anaknya. Bahkan, pria itu rela menyewa beberapa orang untuk mengawasi dan menjaga anak-anaknya.

Mereka melanjutkan komunikasi, dengan dipenuhi canda tawa. Hangatnya suasana dirumah memang menjadi salah satu alasan untuk selalu berada dirumah.

"Maaf mengganggu, diluar ada yang nyari non Evlyn, "ujar ART yang tiba-tiba datang. Sontak semua pandangan tertuju kearah Evlyn.

"Hayo... Siapa tuh yang nyari malem-malem, "selidik Sargas.

"Aku?"tanya Evlyn kepada pembantunya itu.

"Iya non, katanya temen sekolah non."

Evlyn mengangguk lalu berdiri dari duduknya, dan bergegas keluar rumah untuk menemui orang yang katanya 'mencarinya'. 

Saat berada didepan pintu, ia melihat seseorang cowok yang sedang memunggunginya. Ia menggaruk kepala balakangnya, heran, karena selain Bima, tak ada cowok yang sering berkunjung kerumahnya.

"Nyari gue?"

Cowok itu langsung membalikkan badannya saat mendengar suara Evlyn.
"Ka Irshan?"ucap gadis itu tak menyangka. Cowok itu tak sendirian ternyata, disampingnya ada seorang anak kecil perempuan.

"Hai, "sapa Irshan. Cowok itu sedikit berdecak saat melihat wajah kaget Evlyn. "Gue abis beli makanan didepan kompleks ini, terus gue inget rumah lo deket sini. Jadi gue beli selain buat lo," terang Irshan sembari menyodorkan makanan berbungkus plastik putih.

Tersadar dari lamunannnya, gadis itu langsung menerima pemberi dari Irshan. "Makasih kak, "ucap Evlyn. "Ouh, masuk dulu kak, "lanjut gadis itu mempersilakan Irshan untuk masuk.

"Gak usah, gak bakal lama kok, "kata cowok itu.

Evlyn mengangguk.

"Ini adik—ka Irshan?" tanya Evlyn, gadis itu mencondongkan sedikit badannya agar bisa mengelus puncak kepala gadis kecil itu.

"Iya,"jawab Irshan, cowok itu berjongkok untuk menyamai tinggi adiknya. "Kenalan dong sama kakaknya, "ucap Irshan kepada adiknya.

Gadis itu menuruti perkataan kakaknya, ia langsung menyodorkan tangan kanannya ke Evlyn. "Namaku Lyra," ucapnya.

Evlyn tersenyum gemas melihatnya, ia membalas jabat tangan anak itu. "Nama kakak, Evlyn," balas Evlyn. 

Lyra menganggukkan kepalanya lalu menarik tangannya kembali. Gadis berbando merah muda itu terlihat sangat pemalu.

"Dia cantik banget kak, "puji Evlyn kepada Lyra.

Irshan hanya mengangguk untuk menanggapi ucapan Evlyn. Cowok itu menghela nafasnya lalu berdiri."Gue dulu pulang ya, "ucap Irshan.

"Ouh iya. Sekali lagi, makasih ya buat ini, "kata Evlyn sambil mengangkat makanan yang diberikan cowok itu tadi.

Irshan mengangguk, lalu berjalan sebari menuntun adiknya kearah motornya yang berada diluar gerbang rumah Evlyn.

"Hati-hati kak, "ujar Evlyn melihat Irshan yang sudah melajukan motornya.

Setelah kepergian cowok itu, Evlyn menutup pintunya dan kembali lagi kedalam rumah. Ia berjalan kearah ruang tamu, rupanya keluarganya masih setia mengobrol didepan televisi.

Evlyn menyimpan makanan itu dimeja. Dan ia kembali duduk disebelah Sargas.

"Wah... Apaan tuh? "tanya Sargas girang saat mencium aroma-aroma makanan.

"Dari siapa Lyn?"tanya Mamihnya.

"Dari Ka Irshan,"jawab Evlyn.

"Ka Irshan itu siapa?"

"Tem—"

"Gebetan barunya, "potong Sargas sembari membuka bungkus makanan itu.

"Enggak. Apaan sih, "sergah Evlyn.

Sargas menjulurkan lidahnya.

Malam ini semua tertawa, hanya kebahagiaan yang mereka rasakan saat bersama. Membangun momen yang indah, yang tak akan pernah mereka lupakan. Berbagi kisah, kasih, bahagia, duka bersama seseorang yang mereka sayangi.

*****

Terimakasih telah membaca; w
Vote and comment;)

Subang, 11 Desember 2019



STS[1]: LIBRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang