Selamat membaca ❤️
*****
Saat bel istirahat berbunyi para murid keluar dari kelas dengan satu tujuan yaitu untuk mengisi perut lapar mereka. Namun ada juga yang mampir perpustakaan, taman, atau kelas doi baru mereka ke kantin.
Rasanya sangat senang bukan? Hampir tiga jam didalam kelas berkutat dengan buku pelajaran akhirnya kalian bisa keluar menghirup udara segar saat bel itu berbunyi.
Tapi sepertinya kesenangan itu tidak berlaku untuk semua, disaat orang-orang dengan semangatnya berburu keluar kelas Evlyn malah berdiam diri dikelas dengan buku catatannya. Kedua sahabatnya sudah memaksa Evlyn untuk pergi ikut ke kantin namun gadis itu dengan bersikeras tak mau. Bahkan Evlyn sempat berpikir bahwa hari ini tak ada.
Ia tak begitu semangat dengan hari ini, dikarenakan usahanya gagal untuk mencegah Fani dikeluarkan dari sekolah ini. Sudah beberapa kali ia berbicara dengan Papihnya bahkan kepala sekolah namun tak ada satu orang pun yang mengabulkan permintaan itu.
Hari ini adalah hari terakhir Fani bersekolah disini dan mulai Minggu depan gadis itu sudah tak ada lagi disini. Apa mereka tak berpikir bahwa yang mereka keluarkan itu adalah siswi berprestasi yang bisa membantu mengangkat nama sekolah, walaupun LHS memang sudah terkenal dengan segala prestasinya tapi untuk menambah prestasi apa salahnya.
"Lyn," sahutan dari seseorang itu mampu mengalihkan pandangannya dari buku.
Nara dan Fani datang menghampiri Evlyn, ia mengerutkan dahinya tak biasanya mereka akan ke kelas sebelum bel mepet masuk.
"Nih kita beliin makanan buat lo," ucap Fani sambil menyodorkan dua bungkus roti dan air mineral lalu duduk dikursi depan meja Evlyn dan Nara disampingnya.
"Makasih," ucap Evlyn lesu. "Fan maaf ya...." Gadis itu kembali berucap.
"Lyn gue harus bilang berapa kali sih ini bukan salah lo, jangan ucapin maaf terus," geram Fani pasalnya sejak tiga hari yang lalu Evlyn selalu saja meminta maaf karena tak bisa membujuk papahnya untuk tidak mengeluarkan Fani.
"Tapi Fan—"
"Lyn gue gapapa, gue udah nerima semuanya. Lo gausah khawatir gua bakal apa-apa, gak sekolah lagi disini gue bisa cari sekolah lain kan? Iya gak Nar?" Ucap Fani sambil meminta persetujuan dari Nara agar Evlyn mengerti ini bukan salahnya
"Iya Lyn, lo ga usah ngerasa bersalah gitu dong. Mungkin ini udah jalannya, siapa tahu Tuhan bakal kasih kita sesuatu yang indah setelah ini," kata Nara.
Evlyn mengangguk paham, betul juga yang dikatakan mereka. Oke mulai hari ini ia akan berusaha mengikhlaskan, Fani pindah sekolah bukan berarti mereka tak bisa berteman lagi kan?
"Udah ah, gausah sedih-sedihan lagi. Mending lo makan dulu ini," ujar Fani lalu menyobekan bungkus roti dan disodorkan ke Evlyn.
Evlyn mau tak mau memakannya, sambil menemani gadis itu memakan rotinya Fani dan Nara saling bertukar cerita tentang cogan-cogan di LHS. Cogan LHS yang terkenal kebanyakan kelas 12, untuk kelas 10 dan 11 tentu saja ada namun yang terkenal hanya beberapa selebihnya belum.
Setelah beberapa menit Evlyn menghabiskan makanannya, entah suara dari mana namun yang pasti menyuruh Evlyn keluar dari kelasnya. Fani dan Nara yang sudah tahu itu apa hanya bertukar pandang dan senyum-senyum.
"Agatha Evlyn Xeevara gue mohon keluar kelas sebentar aja. Gue mau ngomong Lyn. "
Kurang lebih seperti itulah suara yang terdengar ke telinga Evlyn.
"Siapa sih Nar, Fan?"tanya Evlyn bingung. Bukannya menjawab kedua gadis itu malah menarik lengan Evlyn keluar dari kelas.
"A-ada apaan sih?"tanya Evlyn lagi. Namun seperti tak memperdulikan ucapannya kedua sahabatnya itu terus saja menarik Evlyn turun dari tangga hingga sampainya mereka ke lapangan basket, asal suara itu muncul.
Evlyn tak percaya ini, ditengah lapang ada seorang lelaki yang sedang memegang bunga di tangan kanannya dan toa yang mungkin tadi digunakan untuk memanggil Evlyn ditangan kirinya.
"Gue mau kalian yang lihat ini jadi saksi," ucap cowok itu kepada seluruh orang yang melihat kejadian ini. "Lyn, aku minta maaf. Selama ini aku udah ngelanggar janji kita untuk saling percaya."
"Samperin Lyn," titah Fani.
Evlyn mengangguk lalu melangkahkan kakinya menuju ketengah lapangan dan berdiri dihadapan cowok tersebut. Sebenarnya ia malu berada disini, lihat saja bahkan orang-orang telah memenuhi koridor dari lantai dasar hingga paling atas untuk melihat ini, apalagi ini jam istirahat.
Setelah Evlyn ada dihadapannya toa yang tadinya ada ditangan ia simpan dibawah, jadi hanyalah setangkai bunga yang berada ditangannya.
"Lyn..." Ujar cowok dihadapannya dan menggenggam sebelah tangan Evlyn. "Jujur aku nyesel banget udah salah nilai kamu, aku bahkan pergi disaat kamu butuh seseorang buat bersandar. Aku minta maaf Lyn."
Teriakan dari beberapa orang dan juga sahabatnya kian terdengar.
"Kalo gue yang diposisi Evlyn langsung lumpuh ditempat gue."
"Waktu nembakvdidepan semua orang pas MOS , lah sekarang ngajak balikan gitu lagi. Ntar kalo ngajak nikah dimana tuh?"
"Yang cantik mah bebas."
Evlyn sebenernya tak pernah menaruh dendam apapun atas perlakuan Bima terhadapnya waktu itu, "Gue udah maafin lo, Bim."
Bima tersenyum mendapatkan maaf dari Evlyn, sangat beruntung memang siapapun yang mendapat hati gadis ini. Namun dengan bodohnya ia membuang gadis dengan hati malaikat hanya karena tak mau mendengarkan sebuah alasan.
"Coba aja dulu aku mau dengerin alasan kamu, kita gak akan pisah ke gini kan?"
Nah ini, alasan memang bisa dibuat tapi apa salahnya mendengarkan? Jika itu bisa menjadi sebuah jalan keluar.
Bima menatap lembut Evlyn, "Apakah egois kalo aku minta kamu balik jadi kekasih aku lagi Lyn?"
Evlyn tak begitu terkejut dengan kejujuran Bima, karena dasarnya ia memang tahu apa tujuan cowok itu dengan semua ini. Namun Evlyn bingung harus menjawab apa.
"Lyn kamu mau kan jadi pacar aku lagi?" Ucap Bima seraya menyerahkan setangkai bunga kepada Evlyn
Gadis itu belum menjawab apapun, ia terlalu ragu untuk mengatakan sepatah kata pun, apalagi disaat orang-orang mendesak untuk menerima tawaran Bima.
"Udah balikan aja!"
"Terima Bima lagi Lyn!"
"Sayang loh cogan disian-siain."
"Balikan!"
"Balikan!"
Agatha Evlyn Xeevara tak pernah seragu ini untuk menjawab, soal paling rumit saja ia bisa pecahkan tapi dengan pertanyaan yang hanya bisa dijawab 'ya' atau 'tidak' saja rasanya susah. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar, rupanya orang-orang begitu senang melihat dirinya dan Bima bahkan mereka senyum-senyum sendiri melihat romantis nya tingkah Bima kepada Evlyn.
Namun matanya terfokus pada seseorang yang tengah duduk dibawah pohon bersama teman-temannya, yang pasti orang itu juga melihat adegan Bima mengajak Evlyn balikan. Dan entah mengapa ia merasa sesak saat orang itu tiba-tiba pergi.
Kenapa? Kenapa cowok itu tak menghentikannya? Kenapa malah pergi? Kenapa tidak datang ketengah lapang lalu memisahkan Evlyn dan Bima?
Evlyn menghela nafasnya lalu matanya beralih lagi kearah Bima, cowok itu menatap Evlyn dengan tatapan memohon. 'Tuhan semoga ini pilihan yang tepat' batinnya berkata.
"Bim..."
*****
Terimakasih telah membaca;w
Vote and Comment;)Follow ig ku
sel_salsabilaSubang 20 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
STS[1]: LIBRA (End)
Teen Fiction* Ini kisah dari seorang Agatha Evlyn Xeevara kekasih dari seorang ketua basket Bima Jazztin Bramasta, yang dikhianati oleh anak baru yang menjadi teman barunya. Seiring berjalannya waktu kehidupannya berubah. Ia sering kali dituduh melakukan Kesa...