11. Ajakan

203 11 0
                                    


SELAMAT MEMBACA-, -

Evlyn sedang berjalan dengan mata yang menunduk mengamati kertas ditangannya. Ditemani dengan Fani, dan satu cowo dengan setumpuk buku ditangannya. Si ketua kelas, Rafi.

"Lo yang nomer dua belas apa,Lyn?ko gua salah si? "tanya Fani.

"Jawabannya -68,"jawab Evlyn.

Mereka bertiga tidak sengaja bertemu, Evlyn dan Fani yang baru saja kembali mengambil kertas tes pembinaan, dan Rafi yang mengambil buku tugas Pak Rayhan,untuk dibawa kekelas.
Jadi mereka, berInisiatif untuk kekelas bersama.

"Kalian sibuk banget ya? "tanya Rafi tiba-tiba.

"Ya gitu deh, "ucap Evlyn.

"Ouh iya,Fan. Uang yang buat bikin mading kelas, lo udah tagihin kan? " tanya cowo itu.

Setiap bulannya, LHS mengadakan lomba mading perkelas. Dengan tema berbeda disetiap bulannya. Dan kebetulan, Fani adalah bendahara kelas yang baru, menggantikan Sonya karena pindah sekolah.

"Udah, Kok. Cuma dua orang lagi belum. Besok deh kayanya, "jawab Fani. Cowo itu mengangguk.

Mereka kembali lagi berjalan. Saat ini, koridor sekolah sedikit ramai. Kemungkinan, beberapa kelas sedang free.

"Itu kok, Bima dilapangan sih? Bukannya XI IPA'D olahraga hari Rabu ya? " ujar Fani.

Kedua gadis itu lantas menoleh kearah lapang. Dimana anak-anak basket, yang didominasi oleh kelas XI IPA'D.

"Kata, Bima. Team basket mau ada turnamen, dua mingguan lagi, "kata Evlyn. "Gue kesana, kalian duluan aja, "ujar Evlyn.

"Loh,Lyn. Kita kan, masih ada kelas. Masa lo mau bolos demi nemuin Bima, "ucap Fani.

"Masih ada? "tanya Evlyn lesu.

"Kalo mau samperin aja, Lyn. Lagian pak Rayhan gaada tanda-tanda mau kekelas. Cuma suruh bagiin ini aja, "ungkap Rafi.

"Beneran?"

Rafi mengangguk. "Tapi, jangan lama-lama juga sih, "kata Rafi.

"Oke. Gue kesana ya, bye, "ujar Evlyn sambil berlari kecil menuju lapangan.

"Ehh!! Evlyn!"teriak Fani, "kok lo malah ngebolehin dia pergi sih? Kalo pak Rayhan tau gimana? "cetus Fani.

"Gaakan, kalo lo gabilang. Udah ayo," kata Rafi sambil sedikit menarik lengan Fani.  Gadis itu dengan wajah sedikit kesal mengikuti Rafi.

Sedangkan Evlyn. Gadis itu melangkah maju kearah lapangan. Ia berniat menghampiri, Bima. Cowo itu sedang duduk dipinggir lapangan.

"Hallo, Bim, "sapa gadis itu langsung mengambil duduk disamping cowo itu.
"Oh, hai, "balas cowo itu lalu menenggak minuman miliknya. "Ga belajar? "

"Belum sih, pak Rayhan nya belum dateng, "ucap Evlyn.

"Mau belajar bolos? "

"Enggak, "pungkas gadis itu.

Lalu datang lah dua sejoli dengan keringat bercucuran.

"Cape banget, anjir,"ujar cowo dengan rambut sedikit biru diujungnya.

"Gua biasa aja tuh, "kata cowo sedikit botak, karena kemarin  cowo itu terkenan razia.

"Kalian ikut basket? "tanya Evlyn.

"Eh ada neng cantik. Nara kemana, Lyn?" Tanya Zyan si cowo berambut biru tadi.

"Dia dikelas—"

"Apaan sih lo, nanyain Nara. Nara tuh calon gua, "ujar Rian menoyor kepala Zyan.

Zyan berdiri sambil berkaca pinggang, "pertarungan belum selesai, sobat, "katanya lalu menunjuk temannya, tepat didepan hidung bangir Rian.

Cowo itu langsung menepisnya, "serah lu."

Evlyn sampai tertawa melihat tingkah konyol kedua cowo itu, saat memperebutkan sahabatnya. Banyak yang mengira jika kedua remaja itu kembar, atau mempunyai ikatan saudara. Karena selain nama mereka hampir mirip, kelakuan mereka juga sama, sama gilanya. Tapi nyatanya tidak sama sekali.

"Bim, aku kekelas duluan ya. Takut pak Rayhan dateng, "ujar Evlyn menengok kearah Bima.

"Yaudah sana. "

"Zyan, Rian, gua duluan ya. "

"Siap tuan putri, "sahut mereka berdua kompak.

Gadis itu berdiri, namun tangan Bima lebih dulu menahannya.

"Semangat ya, jangan dengarin apa kata orang," kata Bima.

"Ahhh...  Meleleh hati abangg, "celutak Zyan sambil memeluk Rian. "Apaan sih lo, jyjy tau gak?! " tandas Rian.

"Iya. Aku kekelas. "

Cowo itu mengangguk, lalu melepaskan genggamannya. Gadis itu langsung melangkah pergi menuju kelas.

*****

"Agatha, "panggilan itu dari seseorang membuat gadis itu membalikan badannya. Irshan, kaka kelasnya itu sedang berjalan menuju kearahnya.

Merasa beda dengan sahutan Irshan? Cowo itu bukan hanya kali ini saja menyebut namanya dengan nama depan gadis itu. Ketimbang Evlyn, katanya Irshan lebih senang menyebutnya Agatha.

"Name tag, lo, jatuh, "ujar cowo itu sambil mengulurkan benda kecil persegi panjang bertuliskan namanya.

"Makasih ka."

"Sama-sama. Btw, gak biasanya lo berkeliaran dijam pelajaran."

"Ouh, tadi abis dari ruangan bu Mayra. " Irshan mengangguk paham.

"Weekend lo ada acara?" tanya Irshan.

"Rencana sih pagi,mau belajar bareng sama Fani. "

"Sampai sore gak? "

"Kayanya enggak deh. Kenapa? "

"Mamah sama ade gua, lusa ultah. Temenin gue beli kado mau? Gue bingung mau beli apa buat ultah perempuan, "kata Irshan.

Gadis itu terkekeh mendengar ucapan frustasi Irshan, "Ko bisa barengan gitu sih? "

"Gak tau," kata cowo itu sambil menggeleng.

"Taun kemarin ka Irshan ngasih apa? "

Cowo itu nampak berpikir sejenak, "gua cuma ngucapin 'selamat'aja. Taun sebelumnya juga sama. Taun sebelumnya, sebelumnya, sebelumnya,  juga sama. Dan taun ini gua bakalan kasih kado untuk yang pertama kalinya. "

Gadis itu langsung tertawa. Sumpah? Cowo dihadapannya ini sangat lucu atau aneh.

"Jadi intinya, bisa gak?

Evlyn langsung menghentikan tawanya, menarik nafas"mm... Aku usahain, " ucap Evlyn.

"Sip. Kalo gitu gua duluan ya."

Gadis itu mengangguk.

"Bye."

*****

a/n; garing banget gak sih, chapter ini? Btw, hari ini pertama masuk sekolah guys. Taun pembelajaran baru, seragam baru. Mau kasih tau aja, aku masuk SMA loh guys hahaha, ga penting.

TERIMAKASIH TELAH MEMBACA;W
VOTE AND COMMENT;)

FOLLOW IG
.
@sel_salsabila

SUBANG, 15 JULI 2019


STS[1]: LIBRA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang