🌼; Martabak

761 153 18
                                    

HAPPY READING!

Budayakan vote sebelum membaca, dan berkomentar setelah membaca.

OKE👌

OKE👌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Falva menghela nafas gusar, ia menatap bosan pada beberapa orang yang tengah mengantri. Saling berebut dan menyerobot masuk kedalam antrian membuat ia kembali mendapatkan antrian paling belakang.

Badannya yang kecil hanya bisa pasrah menyingkir ketika tubuh besar itu mendorong dirinya untuk menyingkir. Ingin mengumpat tapi takut kualat, jadi dia cuma bisa diem sambil maki-maki dalem hati.

Falva lagi ngantri buat beli martabak bangka kesukaannya, di jam-jam kayak gini pasti selalu ramai. Untung-untung kalau masih kebagian.

Falva mengantri diantrian paling jauh dari gerobak martabak. Martabak bangka ini selalu ramai, bisa Falva katakan martabak ini enak walaupun jualannya masih pake gerobak.

"Misi mas ngantri dong!" tegur Falva sinis.

Cowok itu berbalik menghadap kearah Falva, "oh sorry, gue pikir gak ada orang" Gitu katanya, kok ngeselin ya?

Tanpa banyak bicara Fajar langsung pindah ke belakang, sekarang posisinya jadi Falva didepan dan Fajar dibelakang.

"Kok jadi sering ketemu kayak gini sih?" cicit Falva dengan intonasi kecil.

"Jodoh kali" sahut Fajar asal.

Falva balik badan jadi menghadap kearah Fajar, "hah?"

"Nggak" ujar Fajar seraya membuka tudung jaket, rambutnya masih sedikit basah. Ia mengacak pelan rambutnya. Beberapa tetesan air itu tak sengaja menyiprat ke wajah Falva membuat gadis itu berdecak.

"Ihh, basah!" Protes Falva merasa terganggu dengan air yang berasal dari rambut Fajar.

"Tinggal keringin aja lebay amat sih buk"

"Ya gak kayak gini juga!" protes Falva tak terima wajahnya diusap kasar kayak gini.

"Bodo, emang gue pikirin elap aja sendiri ribet amat!"

Falva tak menanggapi lagi, ia melangkah maju, kini ia mendapat giliran memesan.

"Bang, pesen yang kayak biasanya." seru Falva.

"Sip neng, makan disini atau dibawa pulang?"

"Bawa pulang aja deh"

"Oke siap, bentar ya neng!"

Falva mengangguk antusias, senyumnya mengembang melihat bagaimana mang Agus membuat martabak.

Fajar yang sedari tadi diam pun ikut tersenyum tipis, ia mengangkat alisnya melihat gadis itu berulang kali menggusap tangannya.

"Masnya mau pesan apa?"

Fajar agak tersentak, ia berdehem menguasai, "martabak pandan keju kayak biasa pak" seru Fajar.

"Aduh maaf mas Fajar, tapi martabak rasa itu udah abis apa mau pesen rasa yang lain aja mas?"

"Ini buat bunda pak"

"Maaf, ya mas Fajar"

"Ah, gapapa pak mungkin besok saya kesini lagi aja"

Falva melirik kresek putih berisi martabak dan Fajar berulang kali, ia menghela nafas tanpa diminta ia menyodorkan kresek itu pada Fajar.

Fajar mengangkat alisnya, "apa?"

"Ini ambil"

"Itu punya lo"

Falva menghela nafas, ia menarik tangan Fajar dan menyodorkan kresek miliknya pada Fajar. "Bunda lo udah nungguin martabak ini, lagian kalaupun lo beli ditempat lain rasanya bakalan beda. Jadi ambil dan jangan nolak"

Sekarang giliran Fajar yang menghela nafas, "iya udah makasih..." seru Fajar menyerahkan uang lima puluh ribu pada Falva.

"Nih, gue ganti uang lo"

"Gue kasih itu buat bunda lo, bukan buat lo. Lagian gue ikhlas jadi gak perlu diganti"

Falva tersentak kala tangannya dicekal. Ia menoleh, "apa lagi?" tanya Falva.

Fajar tak menjawab ia malah melepaskan jaket abu-abu yang ia kenakan lalu ia sampirkan ke bahu Falva.

"Lo ngapain?"

"Masang genteng"

"Ck, serius kenapa!"

"Yaudah ayo kita serius" ujar Fajar sembari tertawa kecil.

[✓] i love you 3000 ; mark lee, kang minaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang