🌼; Fajar

661 131 15
                                    

HAPPY READING!

Budayakan vote sebelum membaca, dan berkomentar setelah membaca.

OKE, MAKASIH👌

"Don't hurt my heart, because you are inside it

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Don't hurt my heart, because you
are inside it."

***

"Larva, cepet dong!" teriak Yena di ujung koridor.

Falva mendengus melihat tingkah laku temannya itu. Ia dengan susah payah membawa tumpukan buku besar yang lumayan berat, sedangkan gadis itu hanya membawa beberapa buku, itupun buku yang bisa dibilang ringan.

"Buru, buru weh, teu ninggali ieu urang mawa buku nu barerat kieu hah?!" sahut Falva sarkas.

Yena yang mendengarnya hanya terkekeh manis, matanya tenggelam ditelan pipi bulatnya itu.

Keduanya berbelok untuk menaiki tangga menuju perpus, di sekolah PBHS ini memang memiliki tiga perpus, satu dilantai bawah dekat ruang guru, satu diujung kelas XI RPL 3 dan satu lagi berada di lantai dua didekat kelas XI TKR 1.

"Buset jauh amat ni perpus" keluhnya yang mulai merasa sakit akibat tangannya yang harus membawa beberapa buku eksklopedia yang lumayan berat.

"Jangan ngeluh, ayo semangat!" seru Yena menyemangati.

Falva mendengus, "Bacot kamu cimol!"

Keduanya masuk kedalam perpus, keadaannya sedikit gelap dan agak berdebu. Perpus ini memang jarang dikunjungi dan sialnya Falva kebagian piket di perpus ini.

Brak!

Falva menaruh buku laknat itu setengah dibanting, ia memijat lengannya sebentar karena merasa kebas.

"Lebay kamu larva"

"Bacot siah cimol!"

Yena memeletkan lidahnya lalu pergi beranjak menggambil sapu. Falva menatap ruangan itu dengan seksama, ia melangkah mendekat pada jendela lalu ia buka tirai hijau yang menghalang cahaya masuk.

Jendela ia biarkan terbuka agar angin dan cahaya bisa masuk keruangan yang jarang dikunjungi oleh para siswa, ya kecuali kalau ada tugas atau ada siswa yang ingin mabal pelajaran pasti sembunyi disini atau tidak di UKS.

"Fal, gue ke kelas dulu ya. Mau ngambil lap pel sama kemoceng" teriak Yena dengan suara cemprengnya.

"Iya gih sono, tapi balik lagi ya mol."

"Iya larva bawel"

Falva menghela nafas, menatap sekeliling sebelum ia menarik malas tangga diujung ruangan. Tubuhnya tidak cukup tinggi untuk menggapai rak atas jadi ia memerlukan tangga untuk mempermudah pekerjaannya.

Naik turun tangga ia lakukan berulang kali untuk meletakkan buku eksklopedia itu di rak atas. Cukup melelahkan, kakinya mulai terasa sakit.

"Masih banyak..." keluhnya tak semangat kala melihat masih begitu banyak buku yang harus ia letakkan di rak atas.

"Hadeuh cewek pendek itu lucu, orang lucu gak boleh ngeluh. Ayo Falva semangat!" kata Falva menyemangati dirinya sendiri.

Ia melirik buku dan rak atas itu berulang kali, "udah biar gampang gue bawa ajalah tu kardus, semoga gue kuat ngangkat itu kardus."

Falva membawa kardus itu dengan hati-hati, lalu dengan perlahan ia menaiki tangga. Agak sedikit kewalahan karena harus menahan keseimbangan dan menahan bobot kardus yang cukup berat.

Tinggal beberapa buku lagi, ia tersenyum semangat sebelum kakinya terpeleset jatuh. Ia kehilangan keseimbangan, tangga itu bergoyang akibat Falva yang tak mau diam.

Falva memejamkan matanya kala ia tahu ending seperti apa yang akan terjadi pada dirinya, suara debuman kardus dan beberapa buku yang ia tarik sebagai tumpuan jatuh begitu saja ke lantai.

Falva meringis kesakitan karena kepalanya terkena buku itu, tapi ia mengeryitkan keningnya bingung kala ada yang aneh, harusnya ia merasakan sakit yang benar-benar sakit.


"Shhh.."


Falva membuka matanya tertegun melihat Fajar berdiri dihadapannya dengan tangan kanan yang melingkar dipinggang ya dan tangan kiri diatas kepalanya. Pemuda itu menutup matanya meringis kesakitan.

"Lo...lo ngapain?" tanya Falva panik.

"Menurut lo gue lagi ngapain?" tanyanya seraya melepaskan rangkulannya pada Falva.

Falva mendengus, ia melirik kepala dan telapak pemuda itu nampak memerah. "Lo, lo kenapa harus berdiri disitu? Harusnya gue yang ketimpa buku sama tangga, bukan lo" ringis Falva meremas rompi almamaternya gemas, "dan seharusnya juga gue yang dapet luka itu, bukan lo. Lo kenapa terus ada disamping gue disaat kayak gini sih jar?"

Fajar diam menatap tepat kearah mata Falva, pemuda itu diam tak merespon. Keheningan terjadi diantara keduanya, Falva dengan hatinya yang merasa bersalah dan Fajar dengan hatinya yang beradu dengan pikirannya.
















"How can I let my loved one get hurt?"

[✓] i love you 3000 ; mark lee, kang minaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang