"Bang beli makan yuk" ajak Falva pas baru aja menginjakkan kaki dirumah tantenya.
Adri menoleh, "mager!" ujar lelaki itu kembali melanjutkan acara tidurnya.
Falva menghela nafas sabar, salah sih kalau ngajak makhluk bernama Adrian Prasetya itu buat keluar di malam minggu yang kelabu ini.
Karena bagi Adri, malam minggu itu waktu yang pas buat males-malesan. Besok minggu mana bisa dia ngelakuin hal itu? Jadi lelaki itu memilih untuk makin menenggelamkan kepalanya dibawah bantal.
Dan disaat yang lain keluar jalan sama orang-orang yang mereka anggap spesial, Falva cuma bisa rebahan sambil nonton upin-upin.
Kasian sekali kamu nak:(
"Bang ayok lah, Kan kapan lagi kita bisa makan bareng?"
"Besok aja"
"Lo besok ada dirumah aja nggak ada yang jamin. Buruan elah, gue pengen makan bareng sama lo bang" kata Falva ngotot membuat Adri mendengus kesal.
"Pacar punya? Ajak aja sana!" ledek Adri.
Falva dengan kurang ajarnya nendang paha Adri yang lagi rebahan dikarpet itu dengan keras. Adri mengerang kesakitan, lelaki itu bangun lalu menatap tajam pada Falva yang malah bersikap bodoamat.
"Pacar dari jepang! Lo kalau mau ngatain gue jomblo tinggal ngomong aja bangsat."
"Anjing kasar" umpat Adri.
"Goblog lo juga kasar yet!" kata Falva ikut menggumpat.
"Balik sana" seru Rakin.
"Iya gue balik, asal lo temenin gue cari makan ya, ya?" bujuk Falva.
"Ogah, go-food aja sana"
"Abang ku yang ganteng jodohnya Lucinta luna, temenin adek lo yang jomblo ini cari makan yuk?" sumpah rasanya pengen banget Adri nabok muka Falva yang menurut dia ewh gitu.
"Iya, iya, siap-siap sana, bawa duit! Jangan minta traktir apapun sama gue ya yet!"
"Iya anjing!"
"Bangsat kasar"
Emang benar ya, adik kakak beda ibu ini tuh nggak pernah akur. Sekalinya akur paling cuma berapa detik, sisanya berantem terus.
Tapi tetep aja kalau Adri pergi rasanya nggak rela aja gitu, soalnya nggak ada yang bisa dia nistain dengan seenak udel :)
〰️〰️〰️
"Pak mie tek-teknya dua, yang satu pedes banget, yang satu sedeng aja"
Nah sekarang ini Falva sama Adri lagi duduk manis sambil nungguin pesanan mereka jadi, Adri udah stay sama hape kesayanganya buat maen game sedangkan Falva cuma menatap penuh minat pada orang-orang yang berlalu lalang kesana kemari dengan tawa merekah yang menghias wajah muda-mudi itu.
Falva mengalihkan pandanganya kearah Adri, jujur aja sih kalau bukan sodara mungkin Falva udah suka sama Adri. Tapi untungnya itu nggak terjadi, nggak kebayang kan kalau mereka beneran pacaran. Huh, yang ada dia kena KDHP (kekerasan dalam hubungan pacaran).
Falva cuma pakai kaos pendek yang dia lapis sama blazer warna hitam, jeans navy dengan rambut yang dia ikat asal udah bikin cewek itu kelihatan manis andai aja sikapnya anggun dan elegan.
"Bang lo lagi chattingan sama cewek ya?"
Adri mengalihkan pandanganya menatap Falva dengan tatapan nggak nyantai, "Sok tau banget sih ini kaleng sarden" kata Adri malas.
"Bang liat deh itu cewek ngeliatin lo nggak kedip-kedip, suka kali sama lo bang" kata Falva.
"Bodoamat, mau tu cewek ngeliatin gue sambil salto juga gue mah nggak ngurusin"
Emang dasarnya, Adri itu udah kelewat cuek sama cewek. Mau cewek itu secantik dan sebohay apapun Adri tetep nggak bakalan peduli.
Ngeselin emang, tapi mau gimana lagi?
Lagian Adri ganteng kok, cowok itu punya muka imut yang kontras sama sifatnya yang amit-amit apalagi dengan balutan kaos hitam yang dibalut sama kemaja merah kotak-kotak yang nggak dikancingin itu bikin Adri nambah ganteng.
"Nih neng pesananya"
"Ah, makasih bapak!" kata Falva girang.
Adri yang disebelahnya cuma mendengus. "Pelan-pelan, liat tuh makanan lo masih ngebul gitu juga!" kata Adri yang ngeri sendiri liat Falva yang makan makananya dengan rakus padahal mienya masih panas, emang nggak melepuh itu lidah?
"Oh iya gue lupa, lo kan keturunan bison"
"Sembarangan!"
Adri juga anteng aja makan mienya, tapi arah pandangnya jadi terkunci sama satu orang yang lagi jongkok, kayaknya sih lagi ngiketin sepatu ceweknya.
"Fal" panggil Adri.
"Apa? Mau nambah? Sama!"
"Ck, bukan elah!"
"Terus paan?"
"Liat ke arah jam dua belas"
Falva nurut cewek itu memincing kan matanya buat bisa ngeliat objek yang Adeo tunjukin. Entah kenapa dadanya kerasa sesak, rasanya selera makanya jadi hilang begitu saja.
"Bang, pulang yuk?"
"Kenapa?"
"Ck, buruan nggak usah banyak tanya!"
Adri mengedikkan bahunya acuh, lelaki itu merogoh sakunya untuk mengambil dompet.
"Nih pak, makasih ya" kata Adri sembari menyerahkan uang lima puluh ribu pada si penjual.
"Sama-sama den"
"Falva?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] i love you 3000 ; mark lee, kang mina
Ficção Adolescente"Yes, how do i not fall in love? Your smile and outlook look like dusk." ─ hftrdyni, 2019.