HAPPY READING!
Budayakan vote sebelum membaca, dan berkomentar setelah membaca.
OKE👌
Cemburu :
(adj) katanya tanda cinta.
Tapi kadang absurditas alasannya bikin muak. Terlebih lagi, jika ternyata tidak punya hak.***
Sudahi cemburu pada yang bukan haknya.
Atau jika kau memaksa, silahkan dinikmati sesaknya.Huh, cemburu pada bukan haknya? Ya, mungkin seperti itulah keadaan Falva sekarang. Cemburu pada orang yang statusnya saja hanya sebagai teman atau entah apa yang jelas status mereka benar-benar tidak jelas. Ia menghela nafas mengenyahkan rasa yang semakin memanas dengan memakan Mcflurry oreo.
"Kenapa?" tanya Nug yang duduk disampingnya.
"Gapapa Nug" jawab Falva sekenanya.
"Nyakin lo?" Nug menatap ragu pada Falva, tidak biasanya gadis itu diam dengan muka tertekuk masam seperti itu.
"Iya panjeol," sahut Falva mendorong jidat Nug untuk menjauh darinya.
"Ya udah, gue gabung sama yang lain ya," seru Nug yang hanya dibalas anggukan oleh Falva.
Nug menggedikkan bahunya tak ingin bertanya lebih, ia beranjak pergi untuk bergabung dengan yang lainnya. Kini Falva hanya sendirian, duduk ditepi kolam dengan Mcflurry oreo yang mulai mencair.
hari ini rumah Yena terlalu ramai, ia menjauh dan duduk disini hanya untuk sekedar menenangkan hati yang terasa memanas. Falva menepuk-nepuk pipi gembulnya, "sadar fal sadar, lo bukan siapa-siapa!" seru Falva menyemangati dirinya sendiri.
Ia menatap ikan hias yang berenang kesana-kemari, mata mereka menatap dirinya seolah tatapan itu mengandung arti mengejek. Falva mendengus, memakan Mcflurrynya dengan tak semangat.
"Oii!"
Tanpa membalikkan tubuh pun Falva tau itu siapa, "ngapain diluar? Yang lain pada didalem?" itu Jeffri, alumni yang pernah dekat dengannya.
Dekat dalam artian hanya sedekat kakak adik tidak lebih, mungkin.
Falva tak menghiraukan Jeffri, gadis itu malah asik menatap kolam ikan yang terawat. Jeffri mendudukan dirinya disebelah Falva.
"Adek gue ini kenapa sih?" tanya Jeffri dengan intonasi pelan.
"Gapapa"
"Lo bisa bohongin Nug, tapi lo gak bisa bohongin gue dek"
"Kadang gue nyesel, kenapa gue harus sedeket ini sama lo sampai-sampai gue bohong aja lo tau," sahut Falva merunduk memeluk lututnya sendiri.
"Cerita," pinta Jeffri hangat.
Jeffri dan Falva, dua orang yang saling mengerti. Kadang kala keduanya lebih paham pada rasa yang salah satu dari mereka tengah rasakan, tidak jauh-jauh mungkin sekarang pun Jeffri mengerti akan perasaan Falva lebih baik dari pada si empu.
"Salah ya bang kalau gue cemburu sama yang bukan hak gue?" tanya Falva frustasi.
"Iya nggak salah selama itu bener, bener dalam artian lo nggak nuntut dia buat ngertiin lo. Iya karena disini kalian nggak punya hak untuk itu, kenapa lo cemburu sama Fajar kan? Hayo ngaku?" tanya Jeffri dengan seringai jenaka.
"Percuma, kalaupun gue bohong pun abang gue yang satu ini pasti tau," seru Falva sarkas.
Jeffri terkekeh, "lo tuh masih sama kayak dulu ya? Selalu gengsi buat menyatakan," kata Jeffri tenang.
"Iya masa gue yang harus ngegas sih? Gue kan cewek bang!"
"Zaman sekarang banyak tuh cewek yang ngegas duluan, nyatain duluan. Kenapa? Itu karena mereka nggak mau kehilangan, lebih baik dinyatakan dari pada ditahan-tahan kek gitu," begitu petuah Bang Jeffri dipanas yang terik ini.
"Ah pusing dedek," seru Falva mendesah lelah.
Lalu hening, tak ada lagi percakapan diantara keduanya. Falva sibuk dengan ikan hias yang ada dikolam, dan Jeffri dengan ponselnya.
"Perihal Alan, gimana udah selesai kah?"
Falva melirik malas kala topik itu kembali diangkat, "belum, malah makin runyam. Alan ngechat gue katanya kangen terus dia ngajak gue ketemu," jawab Falva sekenanya terkesan malas.
"Kenapa lo nggak temuin dia buat nyelesain semuanya, kan enak kalau udah beres, lo juga jadi gampang buat netapin hati lo disatu hati aja" ujar Jeffri sembari memasukkan ponselnya ke saku jaket.
"Takut,"
"Gue temenin lo"
Falva menatap sayang pada Jeffri, "ahh abang makasih banyak, gue malah tambah sayang sama lo bang," kata Falva menatap binar.
"Udah kewajiban seorang abang buat bantu adeknya, lo meskipun bukan adek kandung gue tapi gue udah sayang sama lo dan udah gue anggap lo kayak adek gue sendiri, bahkan Jihan aja ikut sayang sama lo"
Keduanya berpelukan, Falva sebenarnya ingin memiliki seorang kakak kandung seperti Jeffri. Dia perhatian, baik, ya walaupun kadang ngeselin tapi Falva sayang.
Jihan yang tak lain adalah kekasih Jeffri pun ikut senang melihat keakraban keduanya.
Cemburu? Dulu sih iya, tapi sekarang nggak. Kenapa gitu, karena Jihan paham dan ngerti kalau perasaan Jeffri ke Falva itu nggak lebih dari sebatas kakak keadiknya, dan adik ke kakaknya.
Mungkin...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] i love you 3000 ; mark lee, kang mina
Teen Fiction"Yes, how do i not fall in love? Your smile and outlook look like dusk." ─ hftrdyni, 2019.