🌼; Best Friend

431 73 11
                                    

HAPPY READING!

Budayakan vote sebelum membaca, dan berkomentar setelah membaca.

OKE👌

"Ada yang mendengarkan ceritad

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada yang mendengarkan cerita
d

ibalik cerca. Yang menyelamatkan senyum ditengah gundah, saat yang lain umpat, gelarnya adalah seorang sahabat."


***

"Larva cepetan!"

"Cepet-cepet emang mau kemana sih ah?"tanya Falva dengan wajah masam.

"Ke lapangan lah!" jawab Yena semangat.

"Mau ngapain ke sana?" seru Falva kembali bertanya.

"Garuk aspal" jawab Yena sekenanya.

"Dih, ogah lo aja sana. Garuk tuh aspal" seru Falva sarkas.

Yena merolingkan kedua bola matanya, menatap sinis pada Falva membuat gadis itu balik menatapnya tajam. Tangan kananya terus ditarik dengan tidak berperasaan, Falva berulang kali menahan dirinya untuk tidak mengumpat.

Lapangan sekolah tampak sudah ramai, para siswi sudah duduk di tribun dengan karton ditangan, Falva sendiri nggak tau apa kata-kata yang mereka tulis di karton itu, cih, persetanan untuk peduli.

"Yena gue disini!" seru Qilla berteriak nyaring membuat Yena menghampiri dirinya diikuti Falva yang mengekor pasrah.

"Udah mulai belom?" tanya Yena dengan mata berbinar.

"Belom, tadi sih baru pemanasan bentar lagi juga mulai kok" jawab Qilla dengan botol tupperware kuning ditangannya.

Falva menatap tak minat, "bentar, ini apa yang main sih?" tanya gadis itu linglung sendiri.

Qilla dan Yena menatap tak percaya kearah Falva. Falva yang ditatap seperti itu langsung beringsut mundur, "apa sih lo pada ngeliatinnya biasa aja kali!" ujar Falva kesal.

"Iya, habis lo sih."

"Loh, kok jadi gue sih?"

"Lo tuh lupa apa gimana, hari ini sekolah kita final sama sekolah depan."

"Oh, terus?"

"Terus? Terus terserah lo ajalah !"

Falva mengedikan bahunya acuh, niat ingin menghindar dulu eh malah ketemu disini. Falva mengalihkan pandangnya kearah lain, sedangkan disana lelaki itu menatapnya dengan tatapan yang tak bisa dia artikan.

Lelaki itu terdiam sebentar untuk menatap gadis yang semakin gencar merapatkan tubuhnya kearah Yena, sebelum akhirnya mengehala nafas dan kembali bergabung bersama timnya.

"Qi, Na, balik ke kelas yuk" rengek Falva.

"Gak, lo harus disini. Lo pergi dari sini berarti lo pecundang" ujar Qilla dengan smirk ya.

"Ah, lo semua pada guguk!"

"Bomat."

Falva mengumpat tertahan melihat dua sahabatnya itu malah tertawa melihat dirinya yang ingin menghindar.

Iya, kedua sahabatnya itu sudah tau perihal Alan dan Kejadian haru tak terduga di taman itu, sepertinya Falva akan menyesali keputusannya untuk memberitahukan perihal itu kepada dua dugong ini.




〰️〰️〰️







Lucas mendribble bola orange itu dengan smirk diwajahnya, ia menatap sinis pada lawannya itu. Ia dengan lihai mendribble bola itu lalu dengan tanpa aba-aba, Lucas melempar bola itu kearah Fajar membuat lawan dihadapannya ini mengumpat tertahan.

Fajar menangkap bola orange itu, ia dengan segera melakukan tembakan three points. Dua menit lagi dan pertandingan final ini akan berakhir, Fajar menatap bola orange itu penuh harap.

Panas dingin ia rasakan, kala bola itu masih terus berputar mengelilingi pinggiran ring. Bahkan Nug sudah menggigit kukunya ikut cemas, waktu terus bergulir menipis.

5

4

3

2

"YESSSSSSSS!" teriak Fajar lantang begitu si bola memilih berada dipihaknya.

Para pelatih dan teman-teman satu timnya ikut memporak-porandakan lapangan basket tempat mereka bertanding dengan teriakan dan pelukan saling memberi semangat.

Lucas, Nug dan Ilham menghampiri Fajar, keempat kawan itu membentuk lingkaran saling memeluk haru, "KITA JUARA AJIK!" seru Lucas lantang dengan tawa bahagia.

Perjuangan mereka selama ini tak sia-sia, mereka berempat bisa menunjukan pada sekolah lain bahwa sekolah mereka juga memiliki kompetensi dasar yang sebanding dengan mereka, Yezra selaku pelatih dan pembina ekskul basket pun menghampiri tim yang sedang tertawa haru.

"Selamat kalian berhasil, bapak bangga sama kalian!" seru Pak Yezra dengan senyum haru berbaur bangga pada anak didiknya.

"Makasih pak," seru ke empat manusia itu dengan kompak.

Persahabatan mereka itu sederhana, saling menguatkan saat salah satu tengah rapuh dan saling mentertawakan kala salah satu dari mereka terjatuh, karena prinsip mereka ketawa dulu baru ditolongin.

Mereka berempat tertawa, kebahagian akan kemenangan ini memang memberikan efek euphoria yang luar biasa.

[✓] i love you 3000 ; mark lee, kang minaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang