HAPPY READING!
Budayakan vote sebelum membaca, dan berkomentar setelah membaca.
OKE👌
"it seems like since I met you, I smile more often"
***"Masuk dulu gih"
Fajar menggelengkan kepalanya pelan, "nggak deh Fal, gue pulang aja. Nanti keburu kemaleman, bunda gue bisa ngamuk."
"Lo boleh pulang kalau hujannya udah reda!"
"Dih siapa elu?"
"Gue? Gue temen lo" seru Falva refleks.
Fajar diam, ia seperti mencerna sesuatu dan setelah itu ia justru tersenyum kecut. "Gue ogah punya temen kayak lo" seru Fajar sarkas.
Falva tertawa pelan, ia lantas menarik paksa Fajar untuk masuk kedalam rumahnya yang sederhana. Meski diawal ada banyak penolakan, tapi akhirnya Fajar mau atau mungkin pasrah ditarik gadis itu.
Ia menjejakkan kakinya diatas anak tangga yang menghubungkan antara lantai satu dengan lantai dua, rumah minimalis yang di dominasi dengan warna putih ini terasa memiliki kesan yang terasa hangat walaupun tak ada banyak orang disana. Diam-diam Fajar terenyuh, ia menatap binar pada kedua bola mata gadis itu.
Entah kenapa setiap Falva tersenyum, ia akan ikut tersenyum tanpa diminta. Benar-benar bukan dirinya.
"Nih, pake. Kalau lo pake baju itu yang ada lo masuk angin lagi" ujar Falva sembari memberikan satu kaos berwarna merah maroon dan celana training.
"Baju punya siapa?"
"Punya gue, itu ukurannya gede kok. Kalau celana itu punya si Ian " kata Falva kembali menutup pintu lemari yang ada dihadapannya.
"Ian siapa?"
"Siapa nya dia nggak ada urusan sama lo kan?"
"Emang gak ada, tapi salah kalau gue tanya?" balas Fajar membalikan pertanyaan itu pada Falva.
Falva tertawa tanpa diminta membuat Fajar mengeryitkan keningnya bingung, "kenapa?" tanya Fajar bingung.
"Gue baru tau kalau lo punya gengsi yang tinggi juga ternyata" gumam Falva berjalan menjauh dari Fajar.
Fajar yang tak mendengar dengan jelas hanya mengerutkan keningnya tak peduli banyak. Pemuda itu mengikuti langkah Falva dengan diam, menurut patuh seperti anak ayam yang mengikuti induknya.
"Ian itu abang gue Jar, bukan abang kandung sih. Lebih kayak kakak sepupu, tapi kita udah terlalu deket buat jadi itu" jelas Falva.
"Abang? Emang lo punya abang Fal?"
Falva berhenti mendadak membuat Fajar refleks menabrak tubuh Falva. Gadis berpipi chubby yang tak bersiap apapun langsung terdorong hampir jatuh, tapi sayang tangan Fajar lebih dulu menariknya membuat Falva jatuh pada pelukan Fajar.
"Hati-hati."
Falva melepas paksa pelukan itu, ia menatap sebal pada Fajar yang menatapnya dengan tatapan yang dalam. Ia tak paham apa arti dari tatapan lelaki itu, "iya, udah gih sana mandi!" seru Falva mendorong Fajar masuk kedalam kamar mandi.
"Hm, kayaknya lo kepanasan nya? Sampai muka lo merah kayak gitu"
"Hah? MANA ADA!"
〰〰〰
"Dengan mbak Palpa?"
"Iya mas, tapi nama saya Falva bukan palpa heheh" kata Falva bercanda, Falva ngasihin uang satu lembar seratus ribu sama mamang ojol.
"Makasih mbak"
"Sama-sama, hati-hati dijalan pak!" seru Falva melambai-lambaikan tangan pada mamang ojol itu dengan senyuman mengembang diwajahnya.
Fajar mendengus, "sama kang ojol aja manis bener giliran sama gue mah hasem" cicit Fajar pelan banget.
"Eh, mau kemana?"
"Mau balik fal"
"Nggak boleh!" Falva kembali menarik pergelangan tangan Fajar untuk duduk dimeja makan. "Lo makan dulu, abis itu minum obat biar nggak sakit!"
Falva mulai memindahkan makanan ke mangkuk, hatinya entah mengapa jadi menghangat. Entah kenapa sejak ia kenal dengan gadis itu ia sering sekali dibuat kesal dan nyaman dalam waktu bersamaan.
"Pokoknya makanannya harus abis gak boleh sisa!" kata Falva memperingati.
"Kenapa nanti nasinya nangis, gitu?"
Falva tak membalas gadis itu malah memasukan satu sendok penuh nasi ke dalam mulut Fajar. Lelaki itu hendak melayangkan protes tapi tak jadi ketika melihat gadis itu tersenyum menampilkan gigi rapihnya.
"Anak pintar!" ujar Falva menepuk-nepuk kepala Fajar.
Ia menukar sendoknya dengan sendok milik Fajar lalu memakan makanannya dengan lahap tanpa jaim.
Fajar menghentikan acara makannya, ia menyerong kan tubuhnya untuk menatap Falva, "lo kayak ikan buntel," kata Fajar meminum teh hangat buatan Falva.
"Hah?"
Falva melongo, tapi Fajar tersenyum miring. Ia menangkup pipi gembul Falva lalu dengan sengaja ia mengunyeng-unyeng pipi itu gemas.
"Lucu deh kayak ikan buntel" ledek Fajar.
Falva risih gadis itu berusaha melepaskan tangan Fajar dari pipinya, tapi semakin ditarik lepas malah tambah kenceng cowok itu narik pipi gembul miliknya.
Ia mengalah membiarkan Fajar mengunyel-unyel pipinya. Entahlah rasanya ada yang kembali aneh, ada perasaan hangat yang datang karena sikap lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] i love you 3000 ; mark lee, kang mina
Novela Juvenil"Yes, how do i not fall in love? Your smile and outlook look like dusk." ─ hftrdyni, 2019.