M.W 1

6.6K 349 5
                                    

Hai perkenalkan nama ku Byun Baekhyun aku adalah anak bungsu dari keluarga Byun dan mendengar kata perjodohan saja sudah membuat ku pusing, tapi justru itu yang aku alami sekarang, menikah dengan pilihan kakek yang bahkan aku sendiri benar-benar tak mengenalnya? Apa kalian fikir ini mudah? Tentu tidak semudah itu, ada beberapa hal yang perlu aku fikirkan, dan lagi umurku baru menginjak 18 tahun dua bulan yang lalu, ini hampir membuatku gila.

Semua ini terjadi hanya karena sebuah perjanjian kakek pada sahabat karib nya untuk menyatukan keluarga mereka, dan yang menjadi pertanyaan besar dalam benakku adalah, kenapa harus aku? Kenapa bukan kakak ku saja? Ah! Aku lupa satu fakta bahwa kakakku sudah memiliki suami, dan tidak mungkin kakakku yang akan menikahin pemuda itu, tentu dia tidak gila. Kenapa juga aku harus terjebak dalam permasalahan seperti ini?

Sebenarnya perjanjian macam apa yang kakek buat dengan temannya itu hingga mengorbankan cucu nya yang sangat manis ini ini bahkan belum resmi mendapatkan kelulusan dari sekolah nya. Apakah kakek di ancam? Atau kakek memiliki banyak hutang, sehingga mengorbankan cucu nya? Tidak-tidak itu justru lebih mengerikan jika di bayangkan. Sayangnya semuanya sudah terlambat, untuk menyesali semua nya, yang dapat aku lakukan sekarang hanya lah pasrah menghadapi kenyataan.

Aku sekarang bahkan sudah berdiri berdampingan dengan pemuda yang akan mengucapkan janji nya kepada pendeta yang disaksikan banyak orang. Nama nya Park Chanyeol, pemuda yang sedang mengucapkan janjinya itu berumur tiga tahun lebih tua dariku dan bulan lalu ia sudah menyelesaikan kuliah S2 nya dibidang kefarmasian dan ia juga memiliki predikat sebagai mahasiswa terbaik dalam seangkatannya.

Huft~,, aku menghela nafas, pemikiran itu sungguh sia-sia. Nyata nya dalam beberapa menit ia sudah sah menjadi suamiku. Rasa nya aku ingin berbalik saja kemudian pergi sejauh mungkin dari orang-orang aneh seperti kakek, sayangnya aku terlalu mencintai kakek yang sudah membesarkanku dam memanjakanku. Ah! Terkutuk lah aku dan fikiran ku untuk menghilangkan kakek. Dan tentu saja ini bukan dunia dongeng dimana seorang peri mungkin akan datang untuk menolongku, melainkan sebuah kenyataan yang harus aku hadapi antara rela dan tidak rela.

"Kau melamun?" tanya pemuda ini pada ku yang masih Setia duduk di sampingnya. Aku kaget, tentu saja! , bagaimana tidak? Dia tiba-tiba menggenggam tanganku dan berbicara dengan lembut. Rasa nya sangat malu, ini pertama kali nya untukku berinteraksi dengannya sedekat ini.

"Maaf" gumamku pelan, dia hanya mengangguk seolah mengerti apa yang aku maksudkan. Ya tuhan, ternyata aku tidak apes-apes amat karena calon suamiku ini lumayan ganteng juga, meski aku akui kakak ipar ku lah yang lebih tampan darinya.

Setelah ku amati lagi pemuda ini cukup tinggi dengan kulit bersih, dia juga pintar, baik dan penurut, itu beberapa hal yang aku dengar dari kakakku. Kakakku bilang dulu calon suamiku ini adalah adik kelas nya yang cukup populer, dan banyak di puji guru-guru. Yah, aku bisa melihatnya bahkan dari wajahnya saja aku tau dia orang baik. Tapi tetap saja, menikah tanpa tau sifat calon suamimu bahkan tanpa dasar Cinta yang jelas merupakan masalah besar.

Aku tidak sadar kapan dia selesai mengucap janjinya? Bahkan sampai sang pendeta menyuruh kami untuk berciuman pun aku tidak sadar. Karena aku terlalu banyak berfikir "kenapa aku harus dijodohkan?".

Akhirnya pemuda ini yang sudah resmi menjadi suamiku, melakukan apa yang pendeta suruh tadi. Yap! Dia mencium bibirku dengan sangat lembut dan penuh kasih sayang agar untuk mengakhiri rangkaian pernikahan ini. Tidak banyak yang diundang hanya beberapa orang penting dan beberapa keluarga maupun teman saja, karena tentunya hal ini masih dirahasiakan untuk pihak sekolahku dan sebab itu lah pesta pernikahannya hanya dibuat sederhana.

Untuk urusan kehidupan ku selanjutnya, tentu keluarga ku dan keluarga pemuda itu sudah mengadakan kesepakatan bahwa kami baru akan mulai tinggal bersama setelah umurku menginjak 20 tahun dan sebelum itu aku masih akan tetap tinggal bersama ayah dan ibu. Itu yang membuatku cukup tenang untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Meski sudah dikatakan bahwa kebutuhanku masih akan di penuhi keluarga, dia tetap meminta untuk mengirimkan uang padaku sebagai bentuk tanggung jawab. Yah, mungkin kami tidak akan bertemu dalam waktu yang lama, dan hanya akan berhubungan lewat sosial media saja.

Aku tau dia akan sibuk dengan bisnis yang sudah ia mulai tahun lalu, jadi aku juga tidak boleh kalah, karena itu aku juga memilih fokus lebih dulu dengan melanjutkan belajar dan masuk ke universitas terbaik. Aku melirik nya pelan, dan mata kami saling bertabrakan. Astaga! Itu membuatku merasa malu, apalagi ketika mengingat kalau dia baru saja mencium bibirku?. Kenapa suasana kami jadi sedikit canggung sih? Memikirkan nya membuat kedua belah pipiku bersemu samar.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
#bersambung.

My Wedding (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang