Disebuah ruangan gelap yang bergantung pada setitik cahaya yang berasal dari jendela kaca yang terbuka sedikit. Vincent menatap peta lokasi dimana keberadaan Siwei Huang. Hylos mencoba menjelaskan secara terperinci tentang rencana penyergapan mereka terhadap Siwei Huang dalam waktu dekat ini.
Mata tajamnya memang terlihat seperti fokus menatap semua kegiatan itu, namun tidak dengan pikirannya.
Sudah berbulan-bulan lamanya dirinya sudah tidak berhubungan dengan wanita itu. Sekuat tenaga Vincent mencoba untuk tidak terlalu memikirkan tentang nya dan mengalihkan semua itu kepada pekerjaan menumpuknya. Bisa saja Vincent menghubungi wanita itu dan semua akan beres, rasa rindunya akan terbayar walaupun hanya dengan via suara, setidaknya itu cukup. Namun yang dilakukan nya sekarang adalah bersembunyi dibalik sikap pengecut dan tidak melakukan apapun selain meratapi nasibnya.
Di dalam tujuan hidupnya tidak ada tertulis wanita yang akan melengkapi hidupnya. Ternyata semua salah, Tuhan itu ada dan semua ini adalah ulah Tuhan yang membuat hari beratnya semakin berat. Jika tidak dalam kondisi ini, Vincent benar-benar melupakan kehadiran Tuhan sang maha pengatur seluruh makhluk hidup beserta isinya di dunia ini. Takdir membuat hidupnya semakin rumit dan bertambah rumit dari hari ke hari. Meskipun demikian, tak sedikitpun rasa sesal memenuhi hatinya. Setidaknya dengan ini dirinya belajar bahwa, kehilang adalah sesuatu yang mutlak.
Ditambah dengan melihat wajah Mario semakin membuat Vincent merasa muak dan tidak mengerti jalan pikirannya sendiri. Dirinya yang memulai semua ini dengan sengaja dan sekarang kesempatan untuk menyingkirkan Mario telah terbuka lebar namun yang dilakukan nya sekarang adalah hal yang tidak berguna dan membuang-buang waktu.
Bagi manusia sepertinya, mencintai adalah hal tabu yang tidak pernah dipikirnya akan dirasakannya dalam waktu dekat. Atau tepatnya adalah tidak merasakannya seumur hidup. Itu jauh lebih baik ketimbang memiliki seorang wanita yang sangat merepotkan. Namun itu tak terjadi pada Jasmine, wanita itu tidak pernah merepotkan nya sama sekali.
"Aku memiliki feeling bahwa hari ini akan diundur lagi." ucapan samar-samar yang Greg katakan ternyata mampu di dengar oleh telinga tajam Vincent.
"Kau benar Greg, dan kita akan kembali lagi besok. Aku mempunyai urusan yang lebih penting sekarang."
Vincent merapatkan resliting jaket abu-abunya dan bergegas pergi meninggalkan ruangan itu. Greg dan Hylos hanya saling pandang dan mendesah lelah. Ini sudah dilakukan berulang kali.
Greg kini telah kembali bersama mereka setelah berhasil meloloskan dirinya dari tawanan Siwei Huang beberapa waktu lalu. Rupanya Vincent tidak salah menjadikan Greg yang cerdas sebagai bagian dari organisasi mereka.
Tak memperdulikan tatapan seakan protes yang di layangkan Greg dan Hylos, Vincent berjalan acuh dan sibuk merutuki pikirannya sendiri. Bahkan urusan penting itu tidak ada.
"Ikut aku." perintah Vincent tak ingin di bantah saat dirinya berpapasan dengan Peter di depan pintu utama.
"Anda ingin kemana, boss?"
"Kantor."
Vincent menutup penghalang antara kursi kemudi dan kursi penumpang. Mencari letak keberadaan kemeja dan jas nya yang selalu tersedia di dalam mobil ini jika sewaktu-waktu dirinya harus mengganti peran jaket nya seperti sekarang.
Tatapan nya mengarah kepada dasi berwarna hitam. Tidak ada yang spesial dengan dasi itu, hanya saja dirinya kembali teringat bahwa Jasmine pernah memasangkan dasi itu kepadanya.
Tak ingin berlarut-larut, Vincent memutuskan untuk tidak memakai dasi sialan itu. Bukan tidak ingin mengingat tentang Jasmine lagi, setidaknya dengan begini hidupnya tidak terlalu menyedihkan yang berharap pada sesuatu yang tidak pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
SCANDAL [COMPLETED✔️][#RodriguezSeries1]
Romance[HIGHEST RANK #1 In SCANDAL 20/7/19 #2 In Mafia 22/9/19 #15 In Bitch] #RodriguezSeries1 [COMPLICATED✔️] • • Be smart readers. If you like, vote and comment. If not, please go away and don't judge. ________________________________________________ Ja...