33. His bro

2.4K 447 60
                                    

Aku beneran pulang bareng Yangyang hari ini walau dengan beberapa persyaratan sebelumnya dan itu termasuk MAKAN SIANG. Yamangap gayn aku juga manusia dan perlu makan.

"Re, lo mau makan apa?" ucapnya dibalik helm full face nya. Yangyang bawa motor ninja nya tapi masih kecepatan biasa jadi kalo ngomong nggak perlu hah heh hah hoh kayak tukang keong.

"Apa aja terserah. Cacingnya lagi demo," jawabku. Beneran ini nggak bohong.

"Oke," ujarnya lalu dia mulai ngebut dan mau nggak mau aku meluk pinggang dia.

🐽

Yangyang milih buat makan dipinggir jalan. Ya kalo di tengah jalan pasti bakal ditabrak.

Yangyang parkirin motornya lalu ngajak aku. Dia milih makan bakso karena kangen rasa bakso, ujarnya.

"Re," panggilnya disaat kita udah milih tempat duduk dan jangan lupa Yangyang udah pesen makanannya.

Aku langsung nengok ke arah di karena sebelumnya aku mainin box tissue yang ada didepanku. "Kenapa?" tanyaku setelah ngambil beberapa lembar tissue lalu aku sobek jadi kecil. EMANG HOBI BANGET NYAMPAH AKU TUH.

"Lo gapapa nih gue culik bentar?" tanyanya.

"Ya kan lo emang nyulik gue walau dikasih konsumsi sih hehe," ujarku lalu minuman yang kita pesen dateng. Yangyang beli es jeruk dan aku es teh. ES TEH NUMERO UNO.

Raut muka Yangyang nggak kayak biasanya. Kali ini kayak sedih dan murung. Bukan Yangyang yang usil dan banyak tingkah kayak biasanya.

"Yang, lo ada masalah?" tanyaku memberanikan diri. Dia awalnya cuma natap gelasnya kosong lalu tatapannya beralih ke aku. GILA SIH INI YANGYANG KENAPA MELAS BANGET.

"Gue gapapa," ujarnya sambil senyum. "Emang gue keliatan kayak orang bermasalah?" tanyanya lagi.

Aku ngangguk. Yangyang malah ngacak rambutku bentar abis itu dia ketawa kecil.

"Masalah gue ilang kalo ngeliat lo," ujarnya tepat saat makanan kita dateng.

🐽

"Gue takut Yang," cicitku. Masalahnya Yangyang nggak bilang kalo mau ke rumah sakit dan dia bilang mau jenguk kakaknya. TAU GINI KAN GUE BELI BUAH DULU.

"Udah gapapa. Kakak gue bukan setan," ujarnya.

"Oh iya kan lo setannya," celetukku lalu aku  dapet jitakan di atas kepalaku.

"Sembarangan," ujarnya lalu dia jalan mendahuluiku.

Yangyang dan aku udah berdiri didepan ruangan yang aku yakini tempat kakaknya dia di rawat.

"Nomor 85 kan tadi?" tanyanya ke aku. Aku ngangguk karena tadi kita sempet nanya ke resepsionis.

Setelah itu dia ngetuk pintunya pelan lalu masuk ke dalam disusul aku dibelakang dia. Ngintil mulu ya gue.

"Eh ada Yangyang? Udah pulang kamu nak?" ujar wanita paruh baya yang duduk disebelah kasur pasien. Aku yakin ini mamanya Yangyang.

"Udah ma," jawab Yangyang setelah salim sama mamanya.

Mama nya Yangyang nengok ke arahku lalu balik ke arahnya Yangyang, "Dia siapa? Pacar kamu?" tanya beliau.

Yangyang noleh ke belakang, "Dia temen sekelasku. Namanya Renji. Kalo urusan pacar mah itu masih calon ma," ujarnya lalu aku salim ke mamanya Yangyang.

"Halo tan. Saya Renji," ucapku dengan nada halus dan manis. Nggak kayak ke anaknya.

Beliau senyum, "Tante Yuri. Panggil aja gitu ya. Jangan malu-malu oke?"

Young: Yangyang [ R E V I S I O N ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang