4 - Tersangka [utama]; Zidan

66 9 3
                                    

Jean menghembuskan napas gusar, "gue sama Jidan gak ada hubungan apa apa. Dia temen kelas gue dari kelas 7 SMP dulu." Jelas Jean.

Alfred hanya mengangguk dan tidak melanjutkan pertanyaan yang ada di otaknya. Ia memilih untuk tidak membahas lebih tentang 'siapa itu Zidan.'

Mereka memasuki kantin yang sudah mulai sepi, dan langsung melihat pemandangan tiga laki laki dan satu perempuan yang sedang fokus dengan ponselnya semua. Bermain Pubg.

Alfred menghampiri meja mereka, sedangkan Jean malah di tarik oleh Zidan.

"Dan, gue masih ngambek ya sama lo." Ucap Jean sembari mendengus.

"Yaudah nih, udah di beliin makan sama Abang Zidan terganteng. Makan gih, maag lo kambuh nanti gue yang repot." Ucap Zidan.

"Repot apanya? Yang ada lo malah gak jelas." Ucap Jean mengambil nasi yang sudah Zidan belikan.

"Yaiya gue repot gara gara elu, bego! Bayangin aja setiap lo maag atau gak sembelit, pasti minta anter gue ke UKS terus nanti jambak jambak rambut gue." Ucap Zidan mengingat kebiasaan Jean.

"Untung gak botak." Celetuk Leo, yang memang meja mereka sebelahan.

"Udah makan, nanti keburu masuk." Ucap Zidan menyuruh Jean untuk fokus makan.

"Emangnya lo udah makan?" Tanya Jean kepada Zidan yang hanya memandangnya sembari menyeruput es capuccino.

Zidan menggeleng, "belum." Ucap Zidan santai.

Jean melotot kaget, "berarti ini punya lo?" Tanya Jean.

"Yaiyalah dodol! Kan gue yang beli, tapi gue kasih ke elo!" Ucap Zidan yang auto-tinggi.

"Lah, yaudah lo juga makan." Ucap Jean menyodorkan sendok yang sudah ada nasi dan lauknya ke depan Zidan.

Zidan menerima suapan itu, membuat mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang lebay.

Hal itu membuat Alfred menoleh, dan melihat wajah santai dari keduanya.

Alfred mengalihkan pandangannya kembali dan hembusan napas gusar nya terdengar.

"Oh iya, lo juga belum makan Al." Ucap Jean, menoleh pada Alfred.

"Gak laper." Ucap Alfred seadanya, padahal ia sudah lapar namun entah kenapa jadi tidak nafsu makan sekarang.

Jean manggut manggut dan menghabiskan nasi nya bersama Zidan.

"Lo udah keterima jadi anggota basket?" Tanya Jean sembari menyeruput es teh nya.

"Udah dong! Gue kan udah ganteng, pinter, tinggi, tajir, masa di tolak di basket yang perfect gini?" Ucap Zidan dengan bangga.

"NAJIS!" Ucap Jean sedikit tersedak dengan minumannya karena mendengar ucapan Zidan.

"Latihannya sering njir. Mulai senin, rabu, jumat, sabtu. Gila sih gue gak ada waktu luang ini mah." Ucap Zidan.

"Latihannya mulai kapan?" Tanya Jean.

"Minggu depan, gercep banget gak tuh?" Ucap Zidan memainkan sedotannya.

"Berarti minggu ini lo free dong?" Tanya Jean.

Zidan mengangguk, "Nonton yu? Gue pengen banget nonton Bumi itu bulat." Ucap Jean.

"Boleh aja sih, tapi gue pengen yang horror." Ucap Zidan.

"Yaudah liat nanti, nonton dua film juga gak papa sih." Ucap Jean sembari terkekeh.

"Lah iya ribet amat dah ya." Ucap Zidan ikut terkekeh.

Kisah Klasik [Re-publish] | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang