Entah kenapa, mungkin karena faktor datang bulan membuat mood Jean tidak bagus sedari tadi.
"Ck! Argh, kesel!" Ucap Jean membuat Jeka dan Zidan menoleh begitu saja.
"Udah nih jambak aja Je," ucap Jeka menunjuk kepala Zidan.
Zidan pun hanya menyodorkan kepala nya dengan pasrah ke hadapan Jean.
"Udah ah sana kalian pergi," usir Jean sembari mengibaskan tangannya kepada mereka.
"Kan di temenin sama kita Je." Ucap Zidan berusaha tenang.
"Gak guna lo berdua ah!" Ucap Jean dengan kesal.
"Lah? Oh jadi yang berguna cuma Alfred ya? Alfred nya juga lagi nemuin doi noh di luar." Celetuk Jeka.
"Sono deh Jek, mending pergi." Ucap Jean.
"Hee? Gak baik berduaan aja." Ucap Jeka. "Nanti yang ketiga nya setan," sambungnya.
"Ya elo berarti setannya, goblok!" Ucap Zidan mengumpat.
"Ah udah lah gue balik ke kelas," ucap Jean sembari bangkit dari duduknya.
"Eh lo mau ngapain ke kelas? Emang udah enakan?" Tanya Zidan menahan pergelangan tangan Jean.
"Kalau gue belom enakan, gak bakal ke kelas dan tetep duduk tenang kali." Ucap Jean, ketus. "Udah sana lo bedua cari gebetan biar gak ngenes dan kurang belaian gitu ke gue." Sambung Jean yang langsung keluar UKS.
Jeka langsung mengikuti Jean, "yeuu! Kan gue nge-gebet elo, gimana sih?" Tanya Jeka yang sudah berada di samping Jean.
"Enak aja lo!" Ucap Zidan menoyor kepala Jeka dari belakang, "punya gue." Sambungnya.
"Kalian tuh ya, nolep, no love pula. Ngenes banget." Ucap Jean menyilangkan tangannya di depan dada.
"Makanya dong bikin gak ngenes," ucap Zidan dan Jeka secara bersamaan, dan langsung mendelik bersama.
"Dah, lo berdua pantes jadi homoan sana!" Ucap Jean mendorong keduanya ke depan kelas mereka.
Jeka dan Zidan malah berjalan santai mengikuti Jean menaiki tangga, "mau ngapain lagi sih?" Tanya Jean, sewot.
"Mau jagain tuan puteri sampai ke istana nya dengan selamat." Ucap Jeka.
"Mau jagain puteri angsa dari para reptil yang haus akan belaian." Ucap Zidan.
Jawaban dari keduanya malah membuat Jean tertawa. "Receh!" Ucap Jeka dan Zidan secara bersama, lagi.
Itu malah membuat Jean kembali tertawa melihat keduanya mendelik satu sama lain.
"Upin ipin banget sih." Ucap Jean sembari masih ada sisa tawanya.
"Ya mending daripada homoan." Celetuk Zidan.
"Lah iya dah, nanti nanti lo julukin kita kayak kartun Turtle Island lagi. Gue jadi raja nya , si kura-kura. Zidan jadi burung beo yang bego. Dan lo jadi si galak, Ingrid." Ucap Jeka sembari tertawa terbahak-bahak.
"Gue lagi yang di nista." Ucap Zidan dengan wajah malasnya.
Tanpa sadar, Jean jadi diam tidak ikut bersuara, berceloteh ataupun tertawa receh seperti tadi. Entah kenapa.
"Udah udah, sana balik." Ucap Jean.
"Nanggung ah, bentar lagi juga sampe." Ucap Zidan.
Mereka bertiga kembali membuka obrolan sembari menuju kelas Jean yang berada di ujung sana.
Jean yang sepertinya melihat Alfred sedang berbicara dengan seseorang membuat matanya menyipit penuh selidik.
Dan –oh shit kenapa harus dengan perempuan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Klasik [Re-publish] | END ✓
Fiksi RemajaTentang aku, kamu dan kisah kita. Bukan, bukan hanya kisah kita berdua, tapi semuanya, sains sembilan. "Drama yang gue tonton bentar lagi selese, udah ada paslon baru, kapan kalian resmi? Alfred? Jean?" -Sofia "Masih belum cukup umur ikutan pilpres...