Kelas 10 IPA 9 kebagian satu ruangan bersama 10 IPA 8.
Karena pembagiannya itu mulai dari kelas 10 IPA 1 sampai IPA 5, satu ruangan dengan 10 IPS.
Satu kelas terbagi atas 2 ruangan karena bergabung dengan kelas lain.
Satu meja beda kelas, yaitu percampuran antara kelas IPA 9 dan IPA 8.
Urutan nomor peserta yang tertempel di sisi meja masing-masing, dilakukan dengan zig-zag ke belakang.
Mereka memang satu angkatan dan juga satu jurusan, akankah ada peluang untuk mencotek?
Jawabannya tidak, karena pihak sekolah menganjurkan agar guru yang mengajar membuat 2 paket soal yang berbeda. Itu hanya bertujuan untuk keadaan seperti ini saja, ketika satu angkatan dengan jurusan yang sama, maka tidak perlu repot akan terjadinya kerja sama dengan mudah.
Ketika memasuki ruangan, ternyata baru hadir beberapa anak kelas IPA 9 disana, sedangkan IPA 8 sama sekali tidak terlihat di sana.
Entah memang kebiasaan mereka, atau memang belajar bersama anggota kelasnya? Entahlah.
IPA 8 dan IPA 9 berada di ruang ke-13 dan 14. Tapi, ruang ke-14 lebih sering di huni oleh anggota IPA 9 ketika istirahat dan belajar bersama. Sedangkan ruang ke-13 di dominasi oleh IPA 8.
Modelan sekarang, anak ruangan ke-13 sudah migrasi ke ruang 14 untuk diskusi bersama yang lain.
Dan anak IPA 8 juga malah memasuki ruang 13, biasanya sampai bel masuk berbunyi 15 menit lagi.
"Dari nama nya, yang duduk sama gue cowok." Ucap Sofia membuat yang mendesah malas.
"Gue juga sama cowok," ucap Wendy.
Leo menepuk pelan pundak Richard, pelan tapi Richard dengan hiperbola nya malah terkejut.
"Astaga!" Ucapnya sembari memegang dadanya.
"Rich, yang duduk sama lo bukannya mantan gebetan lo ya?" Tanya Leo, frontal.
King tertawa keras, "cak ilah! Awas clbk!" Ucapnya sembari menepuk bahu Richard dengan keras.
"Gosip mulu, pagi pagi." Ucap Johan yang baru saja datang, langsung bergabung dengan mereka yang tanpa sadar sudah membuat lingkaran.
"Rich, kalo jadi peje jangan lupa!" Ucap Carol ikut tertawa pelan.
Richard hanya melengos pelan, dan menuliskan sesuatu di buku coretan nya.
Sara menghela napas pelan, "mending lah kalo sama mantan gebetan, lah gue sama cewek yang pernah konflik sama gue anjir." Ucap Sara dengan kesal.
Alfa tersenyum miring, "bilang ae lo ngarepnya seruangan sama Bams." Ucapnya membuat Sara mendelik malas.
Aris tertawa keras, mengisi ruangan. "Sa ae lo buntut kuda!" Ucapnya.
Sara mendengus sebal, "lagian kalo se-ruangan juga gak mungkin lah, dia kan absen awal." Ujarnya pelan, namun tetap terdengar dengan jelas oleh yang lain.
Carol menggeleng pelan, "sadar Sar, lo belum gerak jauh aja udah kandas." Ucapnya dengan ekspresi yang seolah-olah tengah menghayati.
"Gue bukan Sesar!" Ucap Sara dengan menolehkan kepalanya.
"Sar, udah Sar, udah. Time for move on!" Ucap Erwin.
Sara mendelik, "lo pikir move on se-gampang lempar kertas apa?!" Tanya nya sinis.
Rudi jadi mendecak sebal, "matematika woi! Ghibah mulu lo pada!" Ucapnya yang kemudian kembali menunduk, fokus pada latihan soal dan buku coretan bersama Tri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Klasik [Re-publish] | END ✓
Teen FictionTentang aku, kamu dan kisah kita. Bukan, bukan hanya kisah kita berdua, tapi semuanya, sains sembilan. "Drama yang gue tonton bentar lagi selese, udah ada paslon baru, kapan kalian resmi? Alfred? Jean?" -Sofia "Masih belum cukup umur ikutan pilpres...