"Panggilan untuk Alfred Elbert Weizsacker dan Jean Joseph kelas sepuluh Sains sambilan, di tunggu kehadirannya oleh Mr. Daji di ruang guru. Sekali lagi, panggilan untuk Alfred Elbert Weizsacker dan Jean Joseph kelas sepuluh Sains sembilan, di tunggu kehadirannya oleh Mr. Daji di ruang guru. Terimakasih."
Panggilan dari speaker sekolah yang menggema ke seluruh penjuru sekolah membuat Alfred dan Jean berpandangan sembari mengernyitkan dahi.
"Ayo." Ucap Alfred yang telah bangkit terlebih dulu.
Jean ikut berdiri untuk memenuhi panggilan Mr. Daji, "kita ngapain ya di panggil sampe pengumuman gitu? Kita ada salah ya?" Tanya Jean yang sudah berada di samping Alfred.
"Mungkin aja-" Ucapan Alfred terpotong begitu saja ketika mendengar celetukan tak henti dari anak kelas nya.
"CIHUYYYY! MENANG BANYAK LO YA ALPRED!" Ucap Leo nyaring di halaman kelas, ya halaman kecil untuk duduk santai menikmati angin.
"WOI ELAH, AL. KASIAN JEAN DI GANTUNG." Ucap Indra dengan cengiran khas.
"Eh, emang Alfred sama Jean mau ngapain?" Tanya Nancy yang tidak terlalu keras namun masih terdengar.
"EH LO GAK TAU? MEREKA MAU DI KAWININ SAMA MR. DAJI." Ucap Carol menambah suasana menjadi panas.
"NIKAH BUKAN KAWIN, DODOL!" Ucap King.
"WOI TOBAT!" Ucap Erwin.
"LAH BUAYA!" Ucap Sara.
"ALPRED! NI KEKASIH GELAP LO MISUH MISUH AJA, GAK TERIMA HUBUNGAN LO SAMA JEAN." Ucap Abi menunjuk Leo yang sedang misuh misuh ke musuh di Pubg nya.
Alfred berdecak pelan, dan segera berbalik menatap mereka semua garang. "Gak usah berisik di luar kelas, ganggu kelas lain." Ucap Alfred dengan penuh penegasan.
Jean hanya diam, entah ingin menyanggah atau bagaimana yang pasti ia malah diam tidak berkutik.
"Lo napa si diem aja? Kenapa gak ikut marahin mereka?" Tanya Alfred dengan intonasi makin tinggi.
Jean menghembuskan napas kasar, "gue dengernya aja udah capek, apalagi kalo gue ladenin." Ucap Jean.
"Gue pusing sama anak kelas, bacotnya gak pernah bisa diem." Ucap Alfred.
Jean mengusap bahu Alfred pelan, "nikmati aja, nanti nanti kita kangen sama suasana gini." Ucap Jean membuat Alfred menoleh sepenuhnya kepada Jean.
Entah, seolah olah Alfred terhipnotis oleh pandangan teduh milik Jean.
Jean menarik Alfred pelan, ketika ada yang hendak melewati mereka. "Jangan ngelamun aja." Ucap Jean, pelan.
"Je, tumben ya lo bener." Ucap Alfred, "biasanya kan udah marah marah gak jelas kayak gorila." Alfred langsung tertawa melihat perubahan ekspresi wajah Jean.
"Terus aja gitu, Al! Bikin darah gue naik." Ucap Jean, melengos keras.
"Tuh kan udah berubah lagi. Darah lo naik kemana? Badan aja kecil gini kayak anak sd." Ucap Alfred tertawa lagi.
"Ngapain kalian ketawa ketawa di koridor gini?" Tanya salah satu guru yang lewat.
"Saya gak ketawa pak, dia doang." Ucap Jean sembari menunjuk Alfred.
"Kenapa kamu?" Tanya guru itu.
"Anu pak... itu-" ucapan Alfred terhenti ketika ada teriakan dari atas belakang sana.
"HAHAHAHAHAHA, MAMPUS ALPRED!" Ucap Jeremy Kalingga atau biasa di sebut Jeka.
Alfred hampir saja mengumpat melihat Jeka lari larian di sana sembari tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Klasik [Re-publish] | END ✓
Teen FictionTentang aku, kamu dan kisah kita. Bukan, bukan hanya kisah kita berdua, tapi semuanya, sains sembilan. "Drama yang gue tonton bentar lagi selese, udah ada paslon baru, kapan kalian resmi? Alfred? Jean?" -Sofia "Masih belum cukup umur ikutan pilpres...