9 - 4 Members

41 6 0
                                    

Jean datang ke sekolah bersama Alfred lagi, karena Alfred menjemputnya pagi-pagi sekali. Padahal Jean sudah menyuruhnya untuk berhenti mengantar-jemput seperti ojek pribadi.

Tapi tetap saja, Alfred si keras kepala itu sangat susah di beri tahu.

Seperti sekarang, mereka sudah menjadi bahan tontonan karena datang berdua ke sekolah.

Memangnya kenapa sih datang berdua dengan laki-laki yang notabene nya adalah temannya sendiri. Teman kelas pula. Harusnya itu bukan hal yang janggal kan?

Jean mendengus pelan dan turun perlahan dari motor KLX berwarna putih milik Alfred.

Jean jalan terlebih dahulu, padahal Alfred sudah minta untuk di tunggu.

Alfred mensejajarkan langkahnya dengan langkah Jean.

"Kok duluan sih?!" Tanya Alfred dengan alis bertaut.

Jean mendengus pelan, "udah gue bilang jangan berangkat bareng ngapa sih? Banyak yang liatin, gue risih." Ucap Jean.

"Udah sana jauh-jauh," sambung Jean.

Alfred mendelik malas, "iri aja mereka yang ngeliatin." Ucap Alfred yang masih enggan menjauhkan dirinya dari Jean.

"Jaga jarak dikit, Al." Ucap Jean pelan.

"Kenapa sih? Mana yang liatin?" Tanya Alfred sedikit menundukkan kepala nya agar Jean bisa memberitahunya dengan berbisik.

"Arah jam satu dari gue." Ucap Jean, pelan.

Alfred mengangguk paham dan segera mengedarkan pandangannya.

"Eh? Ngapain ngeliatin orang gitu? Gak pernah liat cewek-cowok jalan bareng di koridor ya?" Tanya Alfred dengan garang ke arah dua perempuan kelas sepuluh yang sedang memperhatikan mereka.

Dua orang perempuan tersebut pun sedikit mundur karena takut, dan melenggang pergi.

"Udah pergi," ucap Alfred.

"Pedes banget kak kata-katanya!" Ucap Jeka dari arah belakang mereka.

"Beuh kak! Tepat banget kak!" Celetuk Zidan.

"Sarkas banget kak!" Ucap Leo.

Ternyata Jeka, Zidan, Leo, Erwin dan Carol kebetulan bertemu di parkiran.

Jeka, Leo, Carol dan Erwin menghampiri Jean dan menjauhkannya dari Alfred.

Tersisa Zidan dan Alfred di belakang mereka.

"Pedekate nya mulus amat, masih pagi oi." Ucap Zidan.

"Biarin," ucap Alfred tidak ada mood berbicara dengan Zidan.

"Lo...beneran pedekate an sama Jean?" Tanya Zidan, memastikan.

"Emang napa sih?" Tanya Alfred.

"Jean kalo udah kecewa, lo hidup aja gak di anggap. Jadi, yaa, cewek kemaren yang di koridor berdua sama lo, urusin dulu." Ucap Zidan.

"Ini kan masalah gue, napa ngikut sih?" Tanya Alfred.

"Kalo Jean sakit hati, lo berurusan sama gue." Ucap Zidan penuh dengan penegasan.

"Kenapa? Lo suka sama Jean?" Tanya Alfred.

Zidan menggeleng, "dia segalanya buat gue bukan berarti gue suka sama dia." Ucap Zidan.

"Hm, support gue aja." Ucap Alfred.

"Bikin aliansi buat kalian, gue jarang-jarang sih dukung Jean pedekate sama cowok." Ucap Zidan.

Kisah Klasik [Re-publish] | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang