Di hari senin yang terik ini, Carol hampir kesiangan karena sempat terjebak macet.
Carol berlari menuju kelasnya yang berada di lantai 2 dan di ujung, membuatnya menggerutu seketika.
"Ck! Capek tau di kasih kelas ada di atas, ujung pula! Kalo siang panas karena kelas aquarium, kipas gak kerasa lagi–" Carol yang tengah menggerutu itu jadi terdiam ketika melihat lelaki di depannya yang rapi dengan baju putih abu dan simpul dasi sempurna, menuruni tangga yang pasti nya menuju lapangan utama untuk melaksanakan upacara.
Carol jadi blank seketika, kemudian kembali bergegas menuju kelasnya.
Pasti Jean sudah misuh-misuh sendiri karena Carol menahannya untuk tetap di kelas menunggunya datang.
Langkahnya terhenti tepat ketika ada suara berat dari arah belakangnya, tanpa intonasi dan terkesan dingin.
"Lo Carol kan?" Tanya lelaki itu membuat Carol menoleh untuk memastikan bahwa dugaan nya benar.
Tepat ketika ia membalikkan tubuhnya seratus delapan puluh derajat, dugaannya seratus persen benar.
Seketika, ia merasa bahwa waktu melambat di sekitarnya.
Carol hanya diam, memandang lelaki itu dengan tatapan tak dapat di artikan.
Di sisi lain, Carol ingin berteriak keras 'AKHIRNYA GUE DI NOTICE SAMA DOI!' sekarang juga, namun di urungkan niatnya.
"Lo yang minta id Line gue kan?" Tanya lelaki itu kembali dengan intonasi bicara yang sama, namun ekspresi wajah berubah sedikit ada seringaian disana.
Carol kaget, ia pikir hidupnya akan berubah seperti di cerita-cerita yang ia baca, namun nyatanya dunia tak se-mudah itu dalam memberi tantangan.
Carol hanya membisu, dan akhirnya mengangguk lemah.
Lelaki itu berbalik, dan menjawab dengan santai. "Oh," ucapnya yang langsung hilang di balik tangga.
Lutut Carol lemas, ia ingin menangis saja sekarang.
"EH UPACARA!" Teriak Carol pada diri sendiri dan langsung bergegas ke kelasnya.
"Lama banget anjir," ucap Jean sembari mendengus keras dan berjalan ke arah pintu kelas.
Carol terkekeh, "maap dah tadi gue kena serangan fajar di koridor," ucap Carol yang telah menaruh tas nya dan berjalan menghampiri Jean.
Jean mengernyit tak paham, "lo ngomong apaansi?" Ucap Jean.
"Id Line Oji mana dah? Gue dah minta dari minggu lalu ya Je," ucap Carol.
"Oji nolak, Jidan yang liat sampe ketawa gak berenti-berenti." Ucap Jean, menghela napas pelan.
"Berarti bener ya," ucap Carol yang lagi-lagi membuat Jean bingung.
"Seorang berlian kayak dia, gak mungkin bisa sama gue yang cuma sekedar nebula." Sambung Carol menjadi melankolis, "NEBULA ANJIR NEBULA! DEBU!" Ucap Carol sembari memegang kepala nya, frustasi.
"Kisah cinta lo gak mungkin stuck di situ," ucap Abi dari arah belakang membuat mereka menoleh. "Liat ke belakang lo, siapa tau ada yang lagi nungguin lo peka." Sambungnya dan segera melewati Jean dan Carol yang berjalan tidak secepat Abi.
"Dih? Apaan dah pagi-pagi gak jelas," ucap Carol.
Jean jadi lelah sendiri, kenapa kisah teman-temannya jadi memprihatinkan seperti ini?
"Lo sadar gak sih?" Ucap Jean membuat Carol menoleh dengan ekspresi bertanya-tanya.
"Lo sendiri aneh, dateng tiba-tiba jadi yang puitis." Ucap Jean membuat Carol tersentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Klasik [Re-publish] | END ✓
Fiksi RemajaTentang aku, kamu dan kisah kita. Bukan, bukan hanya kisah kita berdua, tapi semuanya, sains sembilan. "Drama yang gue tonton bentar lagi selese, udah ada paslon baru, kapan kalian resmi? Alfred? Jean?" -Sofia "Masih belum cukup umur ikutan pilpres...