Suasana kelas bisa di katakan sangat tidak damai. Sepertinya hanya kelas IPA 9 lah yang akan ribut dimana saja jika formasi lengkap.
"WOI WOI SHUT DIEM DULU ADA SUARA!" Ucap Abi dengan lantang ketika mendengar speaker kelas berbunyi, baru suara microphone yang tengah di cek.
Beberapa pandangan anak kelas jadi di alihkan kepada speaker yang ada di dalam kelas mereka.
Tapi King, Leo dan Richard masih saja berdebat membuat keadaan kelas tidak benar-benar sunyi.
"WOI SETAN! TRIO MARSUPILAMI! BERISIK WOI!" Ucap Indra kepada 3 orang itu, membuat mereka menoleh.
"Apaan sih lo anoa?!" Tanya Leo.
"Lo lebih berisik ya, reptil!" Ucap Richard.
"Ngajak ribut banget sih bangke tikus satu ini," ucap King.
"Berisik, mau ada pengumuman." Ucap Wendy membuat ketiga nya terdiam.
Mereka semua diam, hening, menunggu pengumuman apa yang akan di sampaikan.
Microphone tidak berbunyi lagi, hanya sekedar di cek.
"LAH SI BANGKE GUE NUNGGUIN WOI!" Ucap Richard.
"PHP NIH SI ANJIR," Ucap King.
"MINTA DI KATAIN BANGET GAK-" Ucapan Indra terpotong oleh suara dari microphone.
"Di beritahukan kepada seluruh kelas 10 agar memberikan 2 perwakilan kelas untuk menuju lapangan basket sekarang dengan membawa kertas dan pulpen. Sekali lagi, kepada seluruh kelas 10 agar memberikan 2 perwakilan kelas untuk menuju lapangan basket sekarang dengan membawa kertas dan pulpen, terima kasih." Pengumuman berakhir.
"Iya, sama-sama!" Ucap Leo, nyaring.
Kemudian Sara membuyarkan lamunan semuanya, "siapa nih?" Tanya nya.
"Ayo," ajak Alfred kepada Jean yang tengah sibuk dengan note book nya, membuatnya menoleh dengan tatapan memohon.
"Sama Indra aja ya, aku mager beneran please, gak papa ya?"
Alfred hendak memrotes namun tidak bisa setelah melihat wajah memohon milik Jean. Lantas ia menoleh kepada Indra, "ayo Ndra," ucap Alfred.
"Lah kok gue?" Tanya Indra dengan tidak terima.
Alfred mendelik malas, "lo kan sekretarisnya nyet," ucap Alfred dan langsung menarik Indra menuju lapangan basket.
Ketika sudah sampai di bawah, mereka di kejutkan oleh 2 manusia abstrak.
"Lah? Jean mana?" Tanya Zidan yang tiba-tiba sudah berada di samping Alfred.
"Iya nih, gue kangen sama Jean." Ucap Jeka, yang langsung dapat pelototan dari Alfred.
Zidan melengos, "ya iya makanya jangan pacaran aja sama si poni rata." Sindirnya.
"Lah Jek, jadian sama siapa lo?" Tanya Indra.
"Kok lo diem-diem aja sih Jek?" Tanya Alfred, tidak terima.
Indra kenal dengan Zidan dan Jeka karena mereka berada dalam satu ekskul yang sama, basket.
"Pacaran apaan njing, lo pada percaya Jidan? Jidan tuh anak nya si pembawa kayu bakar!" Ucap Jeka membuat Alfred dan Indra mengernyit tidak mengerti.
"Heh! Ibu gue itu dokter ya!" Ucap Zidan dengan memandang Jeka dengan tajam.
"Itu loh istri Abu Lahab, kan tukang fitnah pembawa kayu bakar kan, nah lo tuh harusnya anak itu, bukan Ibu lo." Jelas Jeka dengan nyengir.
"Lah si anjeeng!" Ucap Zidan yang langsung menghampiri Jeka dan mengapit lehernya dengan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Klasik [Re-publish] | END ✓
Teen FictionTentang aku, kamu dan kisah kita. Bukan, bukan hanya kisah kita berdua, tapi semuanya, sains sembilan. "Drama yang gue tonton bentar lagi selese, udah ada paslon baru, kapan kalian resmi? Alfred? Jean?" -Sofia "Masih belum cukup umur ikutan pilpres...