[35] Kembali berpisah

168 16 4
                                    

Aku tahu, kita dipertemukan kembali untuk merasakan perpisahan yang kedua
-MDD-


Alfan pov.

"...."

"Wa'alaikumussalaam warahmatullahi wabarakatuh "

"...."

"Iya ga papa Syaa"

"...."

"Hati-hati dijalan. Kalau udah nyampe kabari"

"...."

"Iya. Wa'alaikumussalaam warahmatullahi wabarakatuh"

Daun pasti akan tahu kapan angin akan membawanya pergi jauh, sama seperti hati. Ia akan tahu kemana cinta ini akan dibawa pergi dan berlabuh.

"Bertemu kembali, dia masih sama. Lucu, dan geroginya dari dulu tidak hilang-hilang masih sama. Menatap, ya cuma dari dulu ia tak pernah menatapku sama sekali. Apa dia masih menyimpan perasaannya pada saya?" aku bergeming dalam hati.

"Assalamu'alaikum, Al. Ngelamun aja" ucap perempuan bergamis biru tadi. Dia bukan Dinda. Bukan wakil ketua yang pernah aku katakan pada Syaqila bahwa aku memiliki sebuah rasa padanya. Ini gadis yang beda. Mengapa Syaqila mengira seakan- akan dia orangnya.

"Wa'alaikumussalaam. Eh Lia. Iya lagi merenung aja." ucapku

"Jangan kebanyakan ngelamun deh. Awas ada yang lewat," ledeknya. Syaqila benar. Dia satu kelas denganku. Dia masih sama seperti dulu, lucu dan apa adanya.

"Husst bicaranya" cegatku

"Yya bener lah, kalo ada yang lewat nih. Kaki kamu nyelambrang dijalanan, mau orang yang lewat nyungsruk?" omelnya.

"Hehe iyya deh Lia...." jawabku sembari menggaruk kepala padahal tidak gatal sama sekali.

Hening, beberapa menit kemudian suasana biasa aja. Diam dan tak bersuara. Dia masih sibuk memainkan handphonnya. Dia, Dahlia Syaqira Putri.

"Gimana kuliahnya? Lancar teruskan?" tanyaku asal mencari topik obrolan.

"Alhamdulillah lancar Al. Gimana juga kamu kerjanya?" dia mengembalikan pertanyaanku.

"Alhamdulillah lancar juga. Beberapa tahun tuh saya sendirian di kost. Merantau. Hahaa" aku tertawa memecahkan keheningan.

Dalam pikiranku, aku memikirkan keras apa yang Syaqila ucapkan. Dia, dia orang yang Syaqila kira. Mengapa? Dia pergi begitu saja tanpa memberikan kejelasan tentang ucapannya. Hanya mengatakan, dia adalah wanita yang baik untukku.

"Apa alasannya Syaa" ucapku dalam hati.

"Yeee, kan namanya juga kerja keras ya Al. " ucapnya.

"Yya, begitulah. Mmm, gimana skripsinya?" tanyaku lagi.

"Yya lancar-lancar aja sih waktu itu. Sekarang juga lagi sibuk kerja di kantor Al." ujarnya.

"Alhamdulillah,. Gimana. Udah dapet calon?" tanyaku spontan.

"Kenapa coba tanya seperti itu. Aneh memang"

Dia terlihat langsung bertingkah aneh. Seperti salah tingkah, gelagatnya berubah. Dan perasaan geroginya bertambah. Apakah dia juga memiliki rasa yang sama pada saya?

Menjaga dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang