[19] Hujan, Pelangi dan Kata

232 15 0
                                    

Iya Hujan itu Rahmat, yang terdiri dari 1% air 99% kenangan
-Alfan-

°
°°
°

Aisyah Syaqila Anandita
Asyik tau kalau hujan,

Maulana Alfan Fahreza
Ya mungkin iya juga sih

Tapi tau ngga, hujan itu apa?

Aisyah Syaqila Anandita
Rahmat

Maulana Alfan Fahreza
Iya Hujan itu Rahmat, yang terdiri dari 1% air 99% kenangan

****

Denting suara bel sekolah berbunyi, tanda memulai pelajaran diawal pagi. Pagi ini terasa semua goyah. Entah kenapa, hatinya berubah. Suasana yang mendung dikehidupan nyata. Berbeda dengan hatinya yang sekarang.

Bahagia? Apakah yakin?

Lantas bagaimana bisa, kamu bersenda gurau dengan 'dia' yang juga dikagumi sahabatmu sendiri.

Lantas, apa kamu tega? Namun, apalah daya. Kamu tau, kamu sendiri manusia biasa. Yang terkadang tidak bisa mengkontrol egomu sendiri.

"Qilaa,... Kenapa si Alfan ga bales WA aku coba. Aku sebel. Tp bukan syapa-syapa. " rengek Nadin.

"Sabar aja. Mungkin dia sibuk Nad. Lagian kamu chat apa sih? "

"Eeeh, kepo yaa. Ada deh 😄 " ucap Nadin dengan omongan yang dilebih-lebihkan.

"iih, beneran. Apa Nad. Qila kepo"

"Cemburu yaa? " ledek Nadin.

"Apa? Ya ga lah"

"Apaan sih, ngomongin dia mulu. Kenapa ini? " interogasi Elsa yang sedari tadi melirik ke arah kami berdua.

"Ini si qila cemburu coba."

"Sama anak kelas 12-6 itu? " tanya elsa lagi.

"Eeeh segitiga nih. " timpal Dina yang langsung menutup drakornya ketika mendengar kata 12-6.

"Ih engga kawan-kawan. Kalian salah paham aja kok" alibi ku.

"Kalau suka bilang aja. Jangan diumpetin dalam hati mulu. " ucap Elsa.

"Iya, ntar orang yang kamu suka ga bakal tau apa yang kamu rasain kalo kek gini Qil"
Nadin menimpali. Walaupun ia juga menyukai sosok ikhwan itu karena kebijaksanaannya.

"Ck. Kek pernah denger kalimat itu..."

"Lah, kamu emang udah bilang ke dia kamu suka ke dia? Ya engga kan? " tanya ku pada Nadin.

"Yaa Engga sih. Hehee. Malu lah. " Ucap Nadin.

"Nah itu. Aku maunya, menjadi seperti Fatimah. Yang mencintai Ali dalam diam. Eeh. Apaan sih. Ralat tadi itu" ucapku seraya menutup wajahku dengan kedua tanganku.

"Udah deh, satu dua. Kamu atau dia aku dukung" ucap Dina seraya menunjuk jarinya pada aku dan Nadin.

"Iya, selamat berproses." dukung Elsa kemudian.

Menjaga dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang