[24] Ingatan

180 18 0
                                    

Disarankan membaca Part [17]

Hari kemaren sukses membuatnya bingung dan merasa aneh setengah hati. Bagaimana tidak, apa yang diucapkan sahabatnya itu benar? Apa maksudnya dari move on itu? Melupakan seseorang, tapi siapa?

Perasaannya kini, mengulang kembali saat dulu ia pernah berusaha keras melupakan seseorang. Yang Syaqila yakini, itu adalah hal yang teramat sulit. Namun, jika jalan dan takdir dari Allah swt. Harus begitu bagaimana lagi?

Takdir Allah itu pasti, cuma manusia saja yang tidak mau menunggu dan menjalankan prosesnya.

Sosok akhwat yang masih mengenakan seragam sekolahnya terbaring diatas tempat tidurnya. Enggan melakukan apapun. Bagaimana jika hati tidak ingin melakukan apapun namun fikiran tak mau berhenti memikirkan apa yang tak seharusnya difikirkan.

"Qila, makan nduk. Jangan baring-baring kaya gitu terus. Bunda sama Syafa udah nungguin dari tadi. Ayok, makan " ucap Elva pada putri sulungnya itu.

"Tapi qila lagi males ngapa-ngapain bunda. Qila mau disuapin aja sama bunda... ", rengek qila seperti anak kecil.

Tak heran jika ayahnya, bunda nya, saudaranya, tetangganya, bahkan teman-teman nya pun mengatakan adiknya seperti kakaknya dan kakak sulungnya sebagai adik bungsu nya.

Aisyah Syaqila Anandita, ya mungkin sudah menduduki kelas 12 SMK namun kebiasaan manjanya kepada bunda nya tidak bisa dihilangkan. Entah sampai kapan.

Menurutnya, tempat terbaik adalah bunda nya. Tempat berbagi keluh kesah, sedih bahagia cerita ini, cerita itu. Tidak heran, bunda dan dirinya sangatlah akrab. Bahkan seiring berjalannya waktu mereka terlihat seperti saudara Senandung. Bukan seorang anak dan ibu. Menurut pemandangan orang lain yang baru melihat mereka.

"Olala nduuk... Mau disuapin, lagi kenapa ini kok loyo banget. Padahal pulangnya lebih awal. Kenapa nduk?" tanya Elva seraya ia mencoba duduk disamping badan qila yang masih tengkurap memeluk bantal guling.

"Aaah, bunda. Syaqila sedih bun. Qila boleh peluk bunda, sebentar saja. Yaa bund" ucap qila seraya bangkit dan duduk menatap bunda satu-satunya itu.

"Boleh nduk. Sini" seraya membuka lebar tangan nya.

"Lagi ada masalah apa atuh. Apa ada yang nakal ya disekolah...? "

Pertanyaan itu bukankah pantas untuk anak usia dibawah 6 tahun?
Tapi, bagi Elva siapapun yang membuat anaknya sedih harus menjelaskan semuanya padanya. Karena, bagaimanapun bahagianya anak adalah bahagianya juga. Pun sebaliknya.

"Engga bund. Syaqila lagi sedih aja, kayak ngerasa bersalah gitu bund. Tapi Syaqila bingung apa yang salah dan apa yang harus qila lakuin bund.. " jelas qila tatkala ia melepaskan pelukannya dari bunda nya.

"Nduk, jangan berlalu pada kesedihan. Ingat, adakalanya Allah swt. Itu mendatangkan kebahagiaan maupun kesedihan atau ujian. Jadi jangan terlalu berlarut nduk" ucap wanita paruh baya itu sembari mengusap kepala Syaqila yang masih berbalut kerudung.

وَأَنَّهُۥ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى
Dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,
[Qs. An Najm:43]

"Bunda, Qila kangen nenek. Qila pengin dipeluk nenek, Qila kangen bund, kangen banget..." isak tangis nya tak terbendung.

Tahun ini, 2018 sosok yang selalu mendukung langkahnya menyemangatinya, selalu menyayanginya kini telah menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya didunia.

Beribu kali Elva mengatakan pada putrinya, bahwa nenek telah tenang dialam sana. Bahkan mungkin kini sudah berada di syurga bersama orang-orang yang sholeh lagi sholeha.

Menjaga dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang