[42] Jangan Takut

174 12 7
                                    

Tutuplah matamu, jangan melihat kebawah jika kamu takut terjatuh. Tapi jika kau ingin tataplah langit malam, bulan dan bintang tengah menatap kita
-Maulana Alfan Fahreza-

"Jahat" lirihku kemudian, tapi tangan kecil Keyla menyentuh lembut pipiku.

"Angan atut," ucapnya.

Aku tersenyum dibalik niqabku, "Iya dedek tayang". Aku hanya mengucap, hatiku masih takut.
"Masa kalah sama anak kecil" Alfan meledek.

"Iya bawel siapa juga yang takut." aku belagak menutupi takutku.

"Halah, paling nih ya Ka Al, Jantung Ka Qila tuh lagi lari marathon" Syafa menuding kebenaran.

"Apaan sih dek, diem deh" aku melotot padanya.

"Ayok mas mbak, masuk" ucap Mas pelayan permainan itu.

"I-ya" jawabku terbata.

"Pegangan kalau takut mah" ucap Alfan meledek

"Eeh, aduh" aku terpeleset. Spontan memegang lengan Alfan. Beberapa detik kemudian "eh maaf, aku tadi—"

"Udah, duduk." kami berhadapan. Aku bersama Syafa dan Alfan memangku Keyla.

Bianglala itu berputar sorai. Aku memegang pinggir bianglala kencang. Syafa keasyikan mengabadikan moment kami dengan memotret.

"Dedek Keyla,... Senyum" Keyla tersenyum, Alfan juga. Aku hanya menoleh, keringat dinginku keluar. Mereka tidak menyadarinya.

"Yah kakak, kelihatan banget takutnya di foto. Hahaa" adik macam apa kau. Ucapku dalam hati, aku hanya melirik kesal.

Bianglala itu berputar, kini berhenti ditengah-tengah. Dan tepat, kami berada di keranjang teratas. Aku semakin takut. Aku menutup mataku dengan tangan. Kakiku gemetar. Aku takut ketinggian.

"Tutuplah matamu, jangan melihat kebawah jika kamu takut terjatuh. Tapi jika kau ingin tataplah langit malam, bulan dan bintang tengah menatap kita kali ini Syaa" kata-katanya membuatku seakan merasa tenang.

"Mmm, iya" jawabku lirih. Dan benar, menatap langit malam menenangkan. Bianglala itu berputar sekali lagi, dan aku sudah tidak merasakan takut.

"Yaaah, udahan?" tanyaku

"Ya udah lah kaka, katanya tadi takut?" celetuk Syafa.

"Siapa bilang, asyik tau. Yuk lagi Fa" ajakku pada Syafa.

"Ga mao, udah malam juga kaka. Ish" tolaknya.

"Yah," aku merajuk

"Iya udah malem besok lagi aja, Keyala juga udah tidur nih." liriknya pada Keyla yang tengah digendongnya

"Manis" ucapku

"Makasih" dia tersenyum sangat, mmm begitu deh.

"Apaan, bukan kamu. Tapi Keyla" aku menyangkalnya. Memang, yang manis itu dedek Keyla.

🌿🌿🌿

Menjaga dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang