[16] Antara

216 20 1
                                    

Menjadi sosok yang dikagumi bukan pilihan, namun tadir mengatakan harus begitu. Dan, situasi meng-iya-kan. Dan aku? Hanya mengikuti alurnya.
~Alfan~
__________________

Entah hari keberapa telah dilalui, menjadi anak kelas 12 semester awal intinya.
Tugas demi tugas, mulai berjatuhan. Belum lagi agenda ngumpulin laporan PKL. Sungguh, rasanya sudah membuat otak ini pusing tujuh turunan. Eh, tujuh keliling. Bagaimana tidak, dikejar date line dan belum lagi, koreksi para pembimbing.

Akhwat yang kini berusia 17 tahun itupun sampai menangis, karena masih banyak hasil laporannya yang harus direvisi ulang. Sungguh, ingin ia banting komputer Lab.A yang kini sedang berada dihadapannya. Tapi untunglah, rasa sadarnya masih ada. Pasal nya, itu komputer praktek disekolahnya. Masa iya, karena kekesalannya komputer tak berdosa itu terkena imbasnya. Lucu memang.

Jam menunjukan pukul 16.35, sudah sore untuk anak SMK masih berada dilingkungan sekolah. Tapi, apalah daya dia hanya memanfaatkan apa yang ada. Dirumahnya, tak ada benda kotak itu. Bagaimana ia bisa menyelesaikan laporannya jika ia tidak bertarung dulu dengan egonya untuk menahan diri pulang lebih awal.

"Nadin udah selese ya? Aaah, pulangnya nungguin Qila yaa, aku masih belum selesai ini. Masih banyak... 😭 " ucapku  sembari mengetikkan kata perkata di keyboard komputer.

"Iya, Nadin juga masih banyak.. " ucap Nadin yang tengah serius membaca ulang revisian Laporan PKLnya.

Meskipun Nadin memiliki laptop dirumahnya tapi ia tetap mau menemani Qila dan kedua sahabatnya lagi, Dina dan Elsa.

"Eh udah sore tapi. Takut engga ada angkutan yang ke kompleks. Udah yuk dilanjutkan besok aja... ",  cemas Dina.

Dina itu, anaknya panikkan. Jadi kaga heran, kalau apa-apa dibikin panik sendiri. Padahal yang lain mah biasa aja. :v

"eh iya ding bener, ini udah hampir jam 5. Takut ada apa-apa. Udah yuk.. ", rengek Elsa kemudian setelah matanya tertuju pada arloji hitam ditangannya.

"Tup tutup tutup. Jam 5 jam 5 jam 5, Lab mau tutup. Pulang - pulang. Udah sore, ",  suara penjaga Lab alias Pak Cip sudah meng koar-koarkan suaranya. Tandanya, semua yang berada di Lab komputer harus segera meninggalkan ruangan tersebut.

"Yaah pak nanti dong,.." rengekku seraya mengklik tombol save.

"Yah ga bisa atuh neng, kan bapak mau pulang juga udah sore. Besok lagi ya neng. Tolong itu di shut down komputernya neng",  ucap Pak Cip lirih dan dibuat selembut mungkin ala orang jawa asli.

"Yah, Pak Cip ga seru lah. Ya udah, makasih ya pak Cip. Besok qila kesini lagi loh. "

"Siap atuh neng",.

" ya sudah, saya duluan pak. Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh pak. Kami duluan. Permisi".
Salam dari  ke empat anak itu hampir berbarengan.

"Wa'alaikumussalaam warahmatullahi wabarakatuh "

***

Dibuka ponselnya itu, dan mendapati sebuah story dari sosok yang ia kenal sebagai ketua, eh mantan ketua Rohis.

Tangan ini nakal, dan mengklik balas pada bagian bawah kolom snap WA.

Menjaga dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang