5. SPBU

2.2K 560 219
                                    

"Saat gue mengenalkan orang terdekat gue ke lo buat dijadikan pasangan, tandanya gue percaya lo orang yang gak akan nyakitin dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saat gue mengenalkan orang terdekat gue ke lo buat dijadikan pasangan, tandanya gue percaya lo orang yang gak akan nyakitin dia. Tapi kalau ujung-ujungnya lo sakitin... jangan tanya kenapa tiba-tiba hal yang paling berharga buat lo hilang. Kepala dibayar kepala. Gitu aturan mainnya."

—Ceye Wiranugraha—

—Ceye Wiranugraha—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aska punya satu alasan kenapa dia tidak pernah mau punya hubungan dengan cewek manapun di Malaysia serta kenapa dia lebih fokus dengan studi dan bandnya saat ini. Alasan itu adalah, Malaysia untuk Aska ibarat mesin perbaikan, tempat di mana dirinya diperbaiki dan kelak menghasilkan manusia dengan kualitas lebih baik.

Tempat di mana dia seharusnya jadi orang yang sukses baik dalam bidang musik —bandnya—ataupun akademik. Dengan adanya kehadiran wanita, sudah pasti fokus Aska pada EastCape dan kuliah akan terpecah lagi. Ujung-ujungnya semua berantakan lagi. Impiannya berantakan, lagi. Angan-angannya berantakan, lagi. Dirinya berantakan, lagi.

Terpenting, orang disekitarnya akan kecewa, lagi.

Aska tidak mau. Lagi, kata itu terlau menyeramkan untuk Aska. Ia ingin meninggalkannya saja di Jakarta. Semua yang sudah terjadi di sana, Aska mau tetap tinggal di sana. Lalu bagaimana dirinya di Malaysia, tumbuh menjadi Maska yang sesungguhnya.

Tapi, Aska juga yang hari ini tidak menepati janji pada dirinya sendiri.

"Ka, kalau ada SPBU berenti dulu ya. Gue mau pipis."

Katanya ingin fokus pada studi. Nyatanya, ketika ia seharusnya duduk manis mendengarkan dosen mengoceh di dalam kelas bersama 21 mahasiswa lain, Aska justru duduk manis di balik kemudi mobilnya. Tidak ada 21 orang di dalam mobil itu, hanya ada 1. Menjadi 2 dengan dirinya.

Hanya ada Aska dan Neta.

"Liatdeh berapa jauh lagi," pinta Aska, melirik ponsel Neta yang layarnya diisi oleh map dari aplikasi Waze.

Uniknya, atau bisa disebut gilanya, Aska tidak merasa bersalah pada diri sendiri untuk bolos kelas kali ini. Untuk pertama kali Aska berpikir tidak ada salahnya bolos hanya karena ingin, bukan urusan penting seperti masalah EastCape.

CrestfallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang