14. Studio EastCape (2)

2K 451 345
                                    

A little gift;
Merry Christmas!
🎄🎄🎄

A little gift; Merry Christmas!🎄🎄🎄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I do have a little feeling for her. Just a little. But that little is all I have."

—Aska

***

Sepasang sepatu berwarna hitam yang kusam terduduk rapi di puncak teratas rak sepatu studio EastCape. Ia menemani sepatu-sepatu lain yang sama usangnya, juga empat pasang sandal jepit murah dengan inisial nama setiap anggota EastCape tertulis di sana. Cy untuk Ceye, RK untuk Rere Kenzie, BD untuk Brian Dikara, dan AA untuk dirinya, Aska Alden.

Aska tau sepatu hitam itu milik Ceye. Ia hanya heran kenapa cowok itu mau meletakkannya di rak, sebab biasanya setelah melepas sepatu Ceye akan main tendang-tendang saja.

Petikan gitar menyapa Aska sesaat kakinya menapak lantai berkarpet studio. Kemudian, punggung Ceye giliran selanjutnya yang menyapa.

Entah hanya halusinasi Aska saja atau memang punggungnya terlihat tak segagah biasanya. Seperti, lebih kurus dan turun. Kalau bukan karena tato di pergelangan tangan yang sedang memainkan gitar listrik merah, Aska kayaknya akan mengira ini bukan Ceye.

"Yang lain belum datang?" Aska berbasa-basi.

Secara refleks alis Aska menyatu, tepat kala lawan bicaranya menoleh.

Baru 2 minggu Aska tidak berjumpa Ceye, baik di studio, apartemen, bahkan kampus. Mungkin cowok itu menghindar, atau mungkin tanpa sadar Askalah yang menghindar. Tetapi, ia tidak menyangka bertemu Ceye lagi dengan keadaan yang... menyedihkan.

Kantung mata Ceye terlihat tebal di wajahnya, rambut hitamnya berantakan dan mulai gondrong. Bibirnya kering, sorot matanya sayu, tubuhnya mengurus dan yang terjelas ekspresi wajahnya seperti orang habis dipaksa begadang berhari-hari tanpa henti.

"Belum." Ceye menyodorkan kaleng minumannya, "minum, Ka. Gue bawa banyak, ada di kulkas."

Menurut, Aska mengambil sekaleng minuman yang Ceye maksud. Minuman beralkohol tentu saja. Di saat-saat penuh masalah antar anggotanya, minuman tersebut adalah hal yang wajib ada. Dulu saat Brian dan Ceye berkelahi karena Brian menyelingkuhi Yura, mereka membicarakannya sambil menegak alkohol. Sebab alkohol berbicara jujur, dan dalam keadaan jujur, anggota EastCape selalu ingin mempertahankan pertemanan mereka seburuk apapun masalah yang mereka alami.

Tapi saat mereka 100% sadar, hanya ego yang menguasai diri masing-masing. Bersikeras menjadi pemenang dalam setiap perdebatan yang ada. Merasa persahabatannya bukan hal penting, padahal sesungguhnya sudah mendarah daging.

"Lo.. udah makan?"

Ceye mendengus mendengar pertanyaan Aska. "Perhatian amat."

"Ya..., gue juga ogah temen gue mati."

CrestfallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang