10. Apartemen Ceye (1)

2K 516 278
                                    

"The fact that she needs to think first to answer my question is enough for me to know her answer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"The fact that she needs to think first to answer my question is enough for me to know her answer. Afterall, I'm just a shadow while he is a person in everyone's life."

— Aska

***

Krekkk

Suara retakan sebuah benda memaksa Neta mengalihkan pandangannya ke lantai, melihat benda apa yang tak sengaja ia injak sampai menghasilkan bunyi. Mungkin keberuntungan Neta berhenti sampai Aska mengantarnya pulang. Karena setelah itu Neta merasa sangat sial. Mulai dari ia melupakan Ceye, ia harus membawa Ceye ke apartemennya susah payah (Vano tidak ikut, jadi Neta harus membopong pemuda itu dari basement sampai kamarnya), dan sekarang bisa-bisanya Neta menginjak stik playstation Ceye.

Jika cowok itu tau... tamat sudah riwayat Neta.

"Hnggghhh...."

Ceye yang masih dirangkulan Neta mengerang untuk keratusan kalinya. Kepalanya tiba-tiba menggusal pada dada Neta, membuat Neta mencatat dalam hati untuk menjambaknya kalau sudah sadar.

Sialan memang Ceye. Dalam kondisi sadar atau tidak kerjaannya sama saja, modus. Untung Neta masih punya rasa iba.

Konsol PS yang tadi terinjak ditendang oleh Neta entah ke mana. Ia tidak mau disalahkan atas kerusakan itu. Tapi, kalau akhirnya Ceye tau dan menyalahkan Neta, ia akan dengan senang hati menjabarkan apa-apa saja yang sudah ia korbankan untuk menggeret Ceye ke dalam rumahnya. Lagipula, kenapa juga stik PS bisa tergeletak dekat dengan pintu kamarnya. Dasar Ceye bodoh.

Sesampainya di kamar, badan Ceye langsung dihempaskan begitu saja di atas kasurnya, menghasilkan perpaduan suara antar dentuman keras dan erangan sakit Ceye yang sesungguhnya Neta tidak peduli.

Ia ingin mengambil air, tapi Ceye tiba-tiba menahan tangannya.

"C-ca.."

Neta diam, memperhatikan.

"Caca..."

"Caca.. p-plis..."

Pergelangan tangannya ditarik sampai Neta terduduk di tepi tempat tidur, seiring mata Ceye terbuka sangat sedikit. Lalu, mereka menjalar ke atas, menyentuh lengannya, lehernya, dan pipinya. Ibu jari Ceye mengusap bibir Neta dengan pelan seolah ingin mengingat setiap inch bentuk bibirnya.

Neta tetap diam. Tangannya mengepal. Seluruh energinya dikeluarkan demi menahan diri serta akal sehat untuk tidak melakukan kesalahan yang pernah mereka lakukan dulu.

Iya, dulu.

Dulu, saat pertama kali ia menemani Ceye mabuk setelah Caca hilang kabar. Dulu, saat pertama kali ia juga ikut mabuk karena stress melihat Aska pergi dengan seorang perempuan Malaysia yang luar biasa cantik nan anggun. Dulu, saat pertama—dan Neta bersumpah akan jadi yang terakhir kali juga—both of them did something that friends shouldn't have done.

CrestfallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang