26. Apartemen Rere dan Rani

2.4K 442 408
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue gatau mau ngomong apa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue gatau mau ngomong apa. Di chapter selanjutnya aja ya."

—Uci dan segenap populasi di EastCape Universe


***


"Yhaaa, sendiri lagi deh kita."

"Dih? Lo, lo, sama lo yang sendiri." Rere menunjuk satu-satu kawannya yang sedang duduk dengan wajah menampakan ketidakniatan hidup. Terutama yang paling pertama Rere tunjuk alias Ceye Wiranugraha. "Gue mau terima lo pada di sini karna inget teman aja. Kalau enggak juga—"

"Honey juga lagi dikarantina, Re... gak boleh ketemu lo dulu kata Rani. Kesepian kan lo di apart segede gini."

"Tetep aja gue gak sendiri!"

"Iya, iya. Percaya kok. Percaya," ujar Brian sembari memberikan puk-puk di pundak Rere.

"KOK LO JADI MENGASIHANI GUE—"

"Jangan ngomel, Re." Giliran Aska bersuara. "Jadi keliatan galaunya."

Dengan begitu, Rere menghempaskan bokongnya di salah satu stool di pantri. Akhirnya ia ikut dengan teman-temannya. Meratapi nasib sambil menikmati sekaleng minuman berkadar alkohol rendah dan pemandangan kota Kuala Lumpur yang sudah lenyap kebiruan di langitnya. Juga, alunan suara-suara gratis dari gemuruh kendaraan bermotor dan LRT di luar sana yang berhasil menelusup masuk lewat balkon apartemen Rere.

Empat minggu sudah berlalu semenjak Briel dikebumikan. Saat ini, seluruh personil EastCape sudah kembali ke habitat asalnya, Malaysia, untuk berkuliah beberapa hari lagi. Serta melakukan kegiatan-kegiatan lainnya.

Ceye meninggalkan Jakarta dengan perpisahannya dengan Caca. Perpisahan yang mungkin bisa dibilang lebih layak dari perpisahan mereka dulu. Lebih jelas. Brian meninggalkan Bandung dengan kerinduan yang sudah menyergap padahal ia baru mengambil satu langkah saja menjauh dari Bundanya. Rere yang... dia tidak ada urusan penting di Jakarta selain mengganggu Kak Tete dan ngapelin Honey setiap Senin sampai Jumat (karena Sabtu dan Minggu adalah waktunya Honey dengan sang ayah). Jadi perpisahannya dengan Jakarta tidak begitu berat. Malah di Malaysia yang berat, sebab Rani masih melarang Rere bertemu lama-lama dengan Honey terlebih di ruang tertutup dan pribadi. Sementara Aska untuk pertama kalinya merasa tidak rela angkat kaki dari Jakarta, meninggalkan orang tua dan rumahnya meski hanya sementara. Hubungan mereka benar-benar membaik. Ceye saja sampai berkaca-kaca(walau ia enggan mengakui) saat ia ingin menjemput Aska untuk ke bandara dan melihat bagaimana temannya yang dulu seperti musuh dengan keluarganya sendiri, kini begitu dekat.

CrestfallenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang