"Jangan benci diri sendiri, itu bukan tugas kamu. Itu udah jadi tugas orang-orang yang gak suka sama kamu. Tugas utama kamu itu, sayang dengan apa adanya diri kamu."
—Briel
***
Suara tangis tertahan wanita paruh baya terdengar di lorong sepi rumah sakit. Penampilannya yang selalu rapi, berwibawa, dan cantik ciri-ciri dari seorang wanita karir kini lenyap entah kemana. Terganti wajah tanpa make up, mata sembab, dan rambut tidak tersisir.
Siapa yang masih bisa memerhatikan penampilan jika salah satu orang yang berharga dalam hidupnya sedang tebaring tak berdaya? Bahkan dokter sudah menetapkan bahwa tidak lama lagi dia ada di dunia. Siapa? Tidak ada.
Kepalanya yang selalu dipenuhi urusan kantor, sekarang hanya berisi permohonan pada Yang Maha Kuasa agar diberi keajaiban. Hatinya yang selalu tak tenang akan berhasil atau tidaknya beliau naik jabatan, kini dipenuhi rasa bersalah karena tidak pernah menjadi Ibu yang seharusnya. Sementara bibirnya yang biasa digunakan untuk bernegosiasi dengan klien, kini tak henti merapalkan doa.
Manusia memang begitu, ya. Ditegur dulu baru ingat.
"Tante..."
Kepala wanita tersebut, yang tak lain adalah Ibu dari Briel, tidak bisa menengadah. Sebab air matanya pasti akan semakin gila berjatuhan. Terlebih melihat wajah pemuda yang sekarang menghamipirinya.
"Maaf.."
Lalu, jatuh berlutut di hadapannya.
"Saya minta maaf..."
Menangis, sama keras dengan dirinya.
"Saya minta maaf, Tante..."
Terisak, sama pilu dengan dirinya.
"Saya minta maaf...."
Merasa bersalah, sama besar dengan dirinya.
"Aska minta maaf, Tante.... Aska minta maaf..."
Aska.
Baru tiba di rumah sakit, tapi tangis Aska sudah terdengar sampai ujung lorong. Wajar saja, memang sedari tadi ia menahan tangis itu. Memang selama di perjalanan, ia menggigit bibir bawahnya, menatap langit mendung serta gumpalan awan tebal yang membuat terjadinya turbulensi pada pesawat yang ditumpanginya semata-mata agar tangisnya tidak pecah.
Karena Aska tau, sekali tangis itu muncul, ia tidak bisa berhenti lagi.
"Tante.. Aska harus apa.. untuk menebus semua kesalahan Aska.. Aska harus berbuat apa..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crestfallen
Teen FictionAlhena Queeneta Sasmaka berharap untuk pertama kalinya. Lalu, ia tersakiti. Maska Nathanael Alden berharap untuk kedua kalinya. Lalu, ia menyakiti. Ceye Wiranugraha berharap untuk kesekian kalinya. Lalu, ia menyerah. Ini tentang mereka semua yang hi...