"I should've stop playing game."
Aska***
Baju berbahan tebal melindungi tubuh seorang gadis dari terpaan udara yang keluar dari kisi-kisi AC mobil. Bukan hanya itu, rambut hitam panjangnya juga dibiarkan terurai dengan tujuan melindungi lehernya yang tak tertutup kain. Celananya panjang, kaki bersepatu lengkap dengan kaos kaki. Tangannya bersedekap. Kalau tak malu pakai sarung tangan, sepertinya ia juga akan pakai. Apapun demi menghindar dari kemungkinannya merasa dingin.
"Ta, kedinginan?"
"Enggak!" Seru Neta langsung, tanpa basa-basi, dan terkesan membentak.
Sepertinya Neta agak trauma dengan kata dingin setelah kalimat Aska beberapa waktu lalu. Gila saja. Apa maksudnya kalau Neta kedinginan akan Aska peluk? Mau benar atau hanya bercandapun, Neta tidak bisa terima. Hatinya tidak bisa terima.
Tadi, setelah Aska mengatakan kalimat sialan itu, Neta langsung ngibrit ke unit. Mengganti piyamanya dengan baju terhangat yang ia punya. Ya, walaupun bukan baju hangat yang biasa ia pakai saat berlibur ke Eropa juga. Tapi ia rasa cukup hangat untuk berjalan-jalan tengah malam di Malaysia.
Malaysia negara tropis, kan? Sedingin-dinginnya pasti tidak terlalu gila.
Setelahnya, ia kembali menemui Aska di lobi. Kali ini sembari membawa kartu akses dan tas kecil yang menyilang di dada. Mengajak pria itu untuk langsung pergi tanpa menatap matanya pun mengucap satu-dua patah kata. Neta malu. Seorang Queeneta akhirnya punya malu.
"Serius?" Pikiran Neta buyar ketika pandangan periferalnya menangkap Aska sedang melirik ke arahnya. "Kalau dingin bilang a—"
"Enggaaaak! Pokoknya gak dingin! Gue gak mau dipeluk lo!"
Sontak, Aska menoleh bersamaan dengan lampu lalu lintas yang menyala merah. Ia terkejut, tidak mengira Neta akan membahas masalah peluk-pelukan itu lagi. Dan sebenarnya Neta memang tidak mau membahas. Ia hanya bodoh saja pakai keceplosan.
"Hahaha, gue bercanda doang tadi... Walaupun hangat dari tubuh lebih bagus buat meningkatkan suhu tubuh orang lain, gue gak akan peluk-peluk orang sembarangan kok. Terutama perempuan."
Bercanda, katanya.
Tadi bilangnya mau bercanda atau tidak, Neta tidak bisa terima. Tapi, saat ini mengapa rasanya lebih tidak terima lagi? Tidak konsisten sekali perasaan Neta. Ia jadi kesal, entah kepada Aska atau dirinya.
Neta lantas berdecak, menutupi kegugupannya. "Gak lucu ah bercandanya."
"Sorry, really." Sungguh Aska. "I thought you're used to some cheesy line like that. I mean... Ceye did it a lot to you."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crestfallen
Teen FictionAlhena Queeneta Sasmaka berharap untuk pertama kalinya. Lalu, ia tersakiti. Maska Nathanael Alden berharap untuk kedua kalinya. Lalu, ia menyakiti. Ceye Wiranugraha berharap untuk kesekian kalinya. Lalu, ia menyerah. Ini tentang mereka semua yang hi...