"At least, I'm trying to be a better man. Shouldn't you be happy for it?"
—Aska
***
"So, you saw her."
Pemuda yang terduduk bersebrangan dengan Neta mengangguk lemas. Ia mengulurkan tangannya, memberikan ponsel dengan layar berisi foto cewek yang semalam ia temukan di Twitter.
Walau mereka duduk bersebrangan, mereka tetap ada di sofa yang sama. Hanya saja Neta meminta temannya itu duduk di ujung satunya sofa. Tapi, tetap juga berhadapan. Jadi Neta tidak perlu bangkit untuk mengambil ponsel Ceye.
"Gue gak tau yang dia pake almamater kampus mana. Yang jelas dia udah kuliah lagi. Di Indonesia."
Posisi Caca sebenarnya berdiri paling depan. Fotonya pun di-zoom ke dia dengan sekitarnya blur. Makanya wajahnya langsung Ceye kenali. Tapi, poster yang ia pegang menutupi logo kampus di almamaternya.
Almamater tersebut berwarna biru tua. Sayangnya, Neta hanya tau satu warna almamater universitas di Indonesia, yakni kuning milik Universitas Indonesia.
"Gak ada yang komentar di Twitter tentang ini dari kampus mana?"
Ceye menggeleng. "Yang ada cuma cowok-cowok brengsek pada mau kenalan."
Jelas, Caca di foto itu terlihat sangat berani, namun tetap cantik. Siapa yang tidak suka? Neta saja pernah heran kenapa Caca mau dengan Ceye.
Memang Ceye tampan dan berbakat, tapi akhlaknya nol.
"Gue mau ke Jakarta."
"Mau nyari Caca? Jangan gila. Bisa aja dia bukan anak kampus Jakarta. Setau gue, demo kemarin emang diikutin kampus seluruh Indonesia," protes Neta.
"Tapi orang tuanya di Jakarta."
Napas Neta terhela kasar, "Ye, jangan bawa-bawa orang tuanya. Pas konser EastCape kemarin, udah cukup lo bete ke mereka."
"Terus gimana caranya gue cari tau, Ta?!" Ceye mengerang sambil mengacak rambutnya dengan frustasi. "Caca tertutup banget. Gue gak tau temen-temennya di Jakarta ataupun di Malaysia selain kita-kita atau mantannya. Instagramnya deactive. Gue telfon, line, atau whatsapp gak ada respon, bahkan gak nyambung. Gak ada lagi yang gue tau tentang dia selain orang tuanya."
Neta menyetujui dalam hati. Caca memang setertutup itu. Kalau ada penghargaan mahasiswa FAED paling tertutup, mungkin dia pemenangnya.
Bukannya tak punya teman. Caca punya. Tapi sebelum mengenal Ceye dan pergi dari Malaysia, semua hubungannya dengan anak-anak FAED tidak berakhir baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crestfallen
Teen FictionAlhena Queeneta Sasmaka berharap untuk pertama kalinya. Lalu, ia tersakiti. Maska Nathanael Alden berharap untuk kedua kalinya. Lalu, ia menyakiti. Ceye Wiranugraha berharap untuk kesekian kalinya. Lalu, ia menyerah. Ini tentang mereka semua yang hi...