Di dekat kampus Ceye dulu ada sebuah... sebut saja kafe. Walau tidak seperti kafe, tapi mari kita sebut saja begitu karena disebut restoran pun kurang pas. Kafe tersebut bernama SansBro.Yap, betul. Namanya adalah kependekan dari Santai Bro.
Kafe itu memiliki tukang masak seorang perantau dari Indonesia, jadi hasil masakannya seperti nasi goreng, ayam penyet, dan lain-lain itu sama persis dengan cita rasa masakan yang ditemukan di Indonesia. Selain itu, SansBro juga punya menu Indomie. Tau kan seberapa berharganya Indomie bagi rakyat Indonesia?
Hal-hal tersebut membuat SansBro dijadikan tempat tongkrongan sore hingga malam oleh mahasiswa Indonesia yang merantau ke Malaysia. Tempat itu juga kafe pertama yang membiarkan EastCape menunjukkan bakatnya. Dulu, bayaran yang didapat EastCape hanya makanan dan minuman, bukan uang. Jadi tidak perlu dipertanyakan lagi mengapa sampai sekarang SansBro masih menjadi salah satu tempat nongkrong favorit EastCape selain studio.
Oh iya, ada alasan lain kenapa EastCape cinta sekali dengan tempat ini. Yaitu harga rokok yang sangat murah. Harga normal yang biasa dibayarkan di Indonesia. Biasanya, pegawai SansBro menyelundupkan rokok-rokok tersebut agar tidak kena pajak di bandara. Karena di Malaysia, harga rokok yang sudah kena pajak bisa mencapai 70 ribu per kotak.
Mana mau sih Ceye dan kawan-kawannya rela mengeluarkan uang segitu banyak hanya untuk benda yang notabenenya menimbulkan penyakit? Mahasiswa itu biasanya hidup penuh dalam keprihatinan. Mereka akan mencari jalan termurah untuk mendapatkan apa yang mereka mau.
Terakhir, Ceye ke SansBro bersama Neta dan Brian, seminggu yang lalu mungkin? Sekarang masih dengan Neta, masih dengan orang yang sama. Tapi, Ceye tidak merasa sedang berhadapan dengan orang yang sama.
Tidak ada Neta yang cerewet digigit nyamuk —kafenya terbuka, Neta yang berisik karna bingung mau coba menu apa lagi mengingat hampir semuanya sudah dicoba, Neta yang rusuh dorong-dorong Ceye ke panggung kecil buat nyumbang lagu, atau Neta yang ngomel karena kepulan asap shisha yang membuat tempat ini seakan berkabut.
Neta yang sekarang di depannya diam, sibuk nepokin nyamuk yang cari perhatian sama dia, dan cuma dengarin cewek berjilbab yang lagi nyanyi ditemenin alunan gitar temannya.
Selama jadi teman Neta, ini yang selalu Ceye tunggu-tunggu. Sungguh, setiap saat Ceye berdoa agar setan dalam tubuh Neta dibalikin lagi ke neraka, ganti sama malaikat aja. Agar cewek itu jadi cewek pada umumnya. Cewek yang anteng untuk sekaliii saja.
Sekarang doa Ceye terkabul, tapi dia malah ingin menggoyangkan tubuh Neta dengan brutal agar cewek itu tersadar dan kembali kebentuk semula.
Pok!
Ceye ikut diam, menghisap rokoknya sembari memperhatikan Neta menepok nyamuk di tangan.
Pok!
Masih menunggu suara cempreng Neta protes.
Pok!
Dan kesabaran Ceye habis. Ia berdecak, melempar rokoknya ke tanah dan menggilasnya dengan kaki. "Sini lo!" Ceye menggertak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crestfallen
Teen FictionAlhena Queeneta Sasmaka berharap untuk pertama kalinya. Lalu, ia tersakiti. Maska Nathanael Alden berharap untuk kedua kalinya. Lalu, ia menyakiti. Ceye Wiranugraha berharap untuk kesekian kalinya. Lalu, ia menyerah. Ini tentang mereka semua yang hi...