—Pardon all the typos and nonsense story line bcs I just wrote it right beforw I publish it. Thank you and please enjoy—
***
Neta merasakan ponselnya bergetar di dalam tas ketika sedang menunggu Aska di lobi apartemennya. Pria itu semalam mengajaknya pergi beribadah bersama mengingat mereka biasa beribadah di Gereja dan waktu yang sama. Ia juga menawarkan diri menjemput Neta. Katanya, toh dari apartemen Aska ke Gereja juga searah dengan ke apartemen Neta, jadi kenapa tidak berangkat bersama saja?
Tentu Neta setuju, tanpa basa-basi. Beribadah bersama Aska sudah menjadi impiannya sejak dulu, saat pertama ia tau Aska dan dirinya beribadah di gereja yang sama. Memang sih, dari dulu juga sudah sering bertemu. Tapi, mereka akan sekedar menyapa lalu berdiri di ujung-ujung berbeda Gereja. Neta tidak berani mendekat pada Aska dan Aska tidak merasa perlu juga berdekatan cewek itu meskipun secara teknis mereka saling mengenal.
Lalu nanti, mereka akan berdoa secara berdampingan. Gila, membayangkannya saja Neta sudah ingin terbang ke langit ketujuh. Rasanya... gimana gitu. Berhadapan dengan Tuhan bersama orang yang selama ini dalam doanya.
Astaga, itu berlebihan sekali. Tapi, yasudahlah. Namanya juga lagi dimabuk kasmaran.
Semenjak hampir dua minggu belakangan, setelah kejadian di apartemen Ceye. Mereka semakin dekat. Aska semakin sering, atau bahkan hampir setiap saat, bersama Neta. Pergi ke kampus bersama, pulang bersama, makan siang juga bersama. Cewek itu yakin penjaga-penjaga kantin pun sedang bingung karena dirinya tidak membuat kebisingan bersama Ceye. Malah senyum-senyum manja bersama pemuda lain, yakni Aska.
Bahkan, tidak jarang sehabis pulang kampus Aska mengajaknya pergi. Sekedar menonton film yang sedang Aska ingin lihat atau mencari cemilan sore. Intinya saat ini, semua kegiatan Aska pasti ada Neta di dalamnya. Begitu juga sebaliknya.
Bagaimana Neta tidak semakin bertekuk lutut pada cowok itu?
Ya, walau pada waktu-waktu tertentu Neta juga dibuat pusing karena status mereka. Dibilang teman... sepertinya tidak bisa. Neta tau, Aska bukan tipikal laki-laki yang sering membawa cewek kemanapun ia pergi. Tapi, Neta selalu dibawa bak hal paling penting yang tak boleh tertinggal.
Dibilang pacarpun, apalagi. Hanya Neta yang pernah mengungkapkan perasaannya. Tidak dengan Aska.
Cowok itu juga tidak pernah membahas perasaan Neta lagi. Ia hanya memperlakukan Neta dengan manis. Terlalu manis, malah. Ia bahagia, tentu saja.
Namun, Neta sedikit demi sedikit sadar, bahwa coklat yang terlalu manis, kelamaan akan terasa pahit. Dan ia takut, pahitnya itu benar-benar akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crestfallen
Teen FictionAlhena Queeneta Sasmaka berharap untuk pertama kalinya. Lalu, ia tersakiti. Maska Nathanael Alden berharap untuk kedua kalinya. Lalu, ia menyakiti. Ceye Wiranugraha berharap untuk kesekian kalinya. Lalu, ia menyerah. Ini tentang mereka semua yang hi...