[4]

8.6K 1K 40
                                    

"Apa?" aku menatap Kim Yohan dengan malas. Lelaki itu sedari tadi mengikutiku dan memohon kepadaku agar aku mengikuti taekwondo. Bukan hanya hari ini. Ini sudah 3 hari Kim Yohan memaksaku untuk mengikuti seni bela diri itu.

"Ikut ya?" timpalnya memelas.

Aku memutar kedua bola mataku "Tidak" dan aku memilih untuk melanjutkan menyerup susu cokelat yang ku bawa sedari tadi.

"Hei! Kembalikan!" kali ini kesabaranku di ambang batas. Kim Yohan merebut susu cokelat yang ku minum.

"Kau tidak sadar sebesar apa tubuhmu saat ini?"

"Kau tahu kandungan lemak dalam susu ini ada berapa?" dan lelaki itu kini memamerkan komposisi susu cokelat yang tadinya ku minum itu.

Here we go again.

"Coba kau bayangkan, kalau lemak ketemu lemak jadinya apa?" lanjutnya lantas membuang kotak susu cokelat itu.

Oh tidak. Susu cokelat berhargaku.

Aku mendengus lantas beranjak mendahului Kim Yohan.

Lelaki itu kembali mengejarku, kembali menyamakan langkahku dengan langkahnya. Kali ini ia merongoh handphonenya dari dalam saku celananya.

Yohan membuka kamera dan menyodorkan kamera itu ke wajahku "Kau harus lihat betapa gendutnya dirimu saat ini"

Aku menaikkan sebelah alisku "Lalu?"

"Aku yakin kau tidak ingin terus seperti ini, bukan?"

"Just shut up" aku memutar kedua bola mataku.

"Tidak, tidak. Apapun yang terjadi kau harus ikut." dan kali ini giliran Kim Yohan yang berjalan mendahuluiku.

Aku mengerucutkan bibirku. Sebenarnya apa yang diinginkan lelaki itu?

"Ikut atau lapor wali kelas? Kau tidak punya pilihan lain lagi" lelaki itu menoleh ke belakang, tersenyum penuh kemenangan kearahku, sebelum ia kembali melanjutkan langkahnya.

Aku menghela nafas panjang. Ancaman itu lagi.

Kim Yohan benar-benar menyebalkan.

Sekalipun lelaki itu satu-satunya temanku disini, aku berharap jika semester baru nanti kelas kami di rombak, dan aku tidak harus sekelas dengan lelaki menyebalkan itu lagi. Kurasa seperti itu lebih baik. Lebih tentram dan lebih damai.

Dan yang benar saja. Kim Yohan benar-benar berhasil menyeretku ke tempat latihannya. Latihan taekwondo tentu saja.

Begitu sekolah usai, lelaki itu langsung menarikku dan memaksaku untuk ikut dengannya, beranjak pergi ke tempat latihan lelaki itu dengan sepeda motor miliknya. Sebelum itu Yohan menyuruhku untuk mengganti pakaianku terlebih dahulu di apartemenku.

Berbicara tentang sepeda motor, Kim Yohan memang mulai memberanikan diri untuk membawa sepeda motor begitu ia merasa sudah terbiasa dengan lingkungan di sekitar sini.

Kim Yohan senantiasa menarik tanganku dan memperkenalkan diriku kepada beberapa teman latihannya. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menarik tanganku, dan tangan yang satunya ia gunakan untuk menyentuh kepalaku, mendorongnya pelan agar kepalaku menunduk ketika Yohan memperkenalkan satu persatu temannya kepadaku.

"Diantara semua orang yang ada disini, kurasa aku paling tampan. Benar begitu, gendut?" lelaki itu berbisik kepadaku begitu sesi perkenalan itu selesai.

Terlalu besar kepala.

Aku mendengus lantas mengulurkan tanganku untuk menjitak kepalanya "Kau ingin mati, huh?"

"Aku mau pulang" lanjutku seraya menatapnya kesal.

"Ingat?"

"Wali kelas?" dan Kim Yohan kini menaik-turunkan kedua alisnya, kembali menggodaku dengan ancaman itu.

between | kim yohan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang