[6]

7.7K 935 23
                                    

Seseorang tolong aku.

Ini sudah hampir 2 minggu aku merasakan sesuatu yang tidak beres dengan diriku.

Aku tidak tahu kenapa aku menjadi seperti ini. Wajahku selalu memerah, jantungku berdegup tidak normal, aku bahkan merasakan sensasi yang sangat aneh ketika Kim Yohan berusaha untuk berinteraksi denganku.

Apalagi dengan senyuman itu. Oh tidak, itu bagian terburuknya, karena senyuman Kim Yohan benar-benar mempesona.

Mungkin kah aku? Tidak! Tidak mungkin. Aku tidak mungkin menyukai lelaki itu bukan? Gila.

Lagipula kurasa lelaki itu masih menyukai (y/n). Nope. Bukan aku, tapi (y/n) yang satunya.

Aku menelungkupkan kedua tanganku dan menidurkan kepalaku diatas meja. Ini sudah waktunya makan siang dan ini pertama kalinya dalam sejarah kehidupanku tidak membeli sesuatu untuk memuaskan cacing-cacing di perutku.

Entalah. Perutku rasanya sangat aneh dan itu membuatku eggan untuk mengisinya.

Aku tersentak kaget begitu seseorang datang menepuk pelan pucuk kepalaku.

Aku mendongkak dan melihat pemilik tangan itu.

Tentu saja. Siapa lagi kalau bukan Kim Yohan? Jangan melupakan fakta bahwa lelaki itu satu-satunya temanku disini.

"Kenapa tidak menyusulku ke kantin?" tanyanya seraya menarik bangku yg ada di depan mejaku, karena kebetulan pemiliknya sedang pergi.

Lelaki itu memutar balik bangku tersebut dan duduk disana, berhadapan denganku.

"Aku memintamu untuk menyusulku sebelumnya"

"Aku harus makan siang sendirian karenamu" lanjutnya seraya mengerucutkan bibirnya.

Lucu.

Kumohon jangan seperti itu Kim Yohan.

Aku menggeleng pelan seraya tersenyum tipis.

"Aku tidak begitu lapar"

Yohan mendengus "Tidak begitu lapar? Sejak kapan kau seperti itu?" lelaki itu kemudian mengeluarkan sebungkus roti dan sekotak susu cokelat dari dalam kantung plastik yang ia bawa, lantas menyodorkannya padaku.

"Kau sakit?" tanyanya.

Aku menggeleng pelan sekali lagi.

Aku kembali terperanjat kaget. Yohan mengulurkan sebelah tangannya untuk menyentuh dahiku menggunakan punggung tangannya, sementara tangan yang satunya menyentuh dahinya, berusaha untuk membandingkan suhu tubuhku dengan suhu tubuhnya.

Aku terperanjat kaget bukan karen Kim Yohan tiba-tiba menyentuhku, tetapi karena sensasi aneh yang mendadak menyerang perutku. Geli.

"Tidak demam" ucapnya pelan.

"Makan okay, piglet?" lelaki itu kini tersenyum.

"Terima kasih"

"Untukku!"

Itu Brian, lelaki menyebalkan kedua dari Yohan. Sebagai kutipan, lelaki itu sangat sering menggangguku dengan semua ejekan yang ia telontarkan padaku. Dan Kim Yohan sangat sering bekerja sama dengan Brian untuk menjahiliku.

Brian mengambil roti yang tadinya Yohan beli untukku, dan kemudian duduk diatas meja yang ada di sebelah mejaku.

Kim Yohan mendengus, menatap Brian tidak suka begitu lelaki itu melahap dan menghabiskan roti tersebut dalam sekali gigitan.

Aku tidak begitu mempedulikannya tentu saja, membuatku lebih memilih untuk beralih meminum susu cokelat kesukaanku.

"(y/n)" Brian memanggil namaku dengan nada lembut yang dibuat-buat.

between | kim yohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang