[22]

7.5K 855 126
                                    

Gadis itu mengelus rambut putra kesayangannya dengan lembut, tersenyum kecil melihat Riven yang tertidur begitu pulas.

Tangan mungil itu senantiasa menggenggam jemari ibunya, tidak berniat untuk melepasnya sekalipun ia sudah tertidur, membuat (y/n) sesekali mendaratkan sebuah kecupan kecil pada punggung tangan mungil itu.

Setelah kejadian reaksi alergi yang menimpa putranya, membuat dokter menyarankan Riven untuk tinggal di rumah sakit ini selama beberapa hari sebelum keadaannya benar-benar membaik.

Kepala gadis itu kemudian menoleh ke belakang, mendapati Kim Yohan yang juga tertidur pulas dalam duduknya, dengan sebuah laptop yang masih menyala diatas pangkuannya.

Kim Yohan benar-benar menyanyangi Riven, dan (y/n) selalu tahu itu. Terbukti karena lelaki itu bahkan membawa pekerjaannya ke tempat ini demi menjaga putra kesayangannya, melewati pekerjaannya di kantor. Iya. Putra kesayangan mereka.

Waktu berlalu sangat cepat, meninggalkan masa lalu yang masih membekas di benak gadis itu. Waktu itu mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas, dan sekarang lihat mereka. Kim Yohan dan karirnya, dan (y/n) sendiri sebagai seorang ibu di umurnya yang masih tergolong muda ini.

Kim Yohan. Gadis itu tidak pernah menyangka Kim Yohan seserius ini dengan perkataannya. Lelaki itu bahkan sangat menekuni masa perkuliahannya, membuatnya mendapat gelar impiannya secepat itu dan menjadi incaran bagi perusahaan karena prestasi yang lelaki itu miliki.

Iya. Itu demi mereka. Untuk seorang gadis yang tidak sengaja lelaki itu hamili. Untuk seorang gadis tangguh yang lelaki itu sakiti, dan untuk putra kecil mereka.

(y/n) bangkit dari duduknya, menarik selimut yang Riven kenakan hingga sebatas dada anak itu. Gadis itu beranjak mendekati sofa yang Kim Yohan duduki, menyingkirkan laptop yang ada diatas pangkuan lelaki itu dan meletakkannya diatas meja.

Gadis itu kemudian mengambil sebuah selimut dan memakaikan selimut itu ke tubuh Kim Yohan.

Sekali lagi sebuah senyuman kecil menghiasi wajah (y/n), membuatnya ikut duduk di sebelah lelaki itu. Sebelah tangannya terulur untuk merapikan rambut Yohan sambil sesekali memainkannya.

Gadis itu benar-benar berterima kasih karena keseriusan Kim Yohan. Mungkin kah ini saatnya gadis itu membuka hatinya sekali lagi? Untuk seorang lelaki yang gadis itu selalu cintai. Hanya saja keegoisan dan ketakutan itu selalu mengelak dari pikirannya, membuatnya berusaha untuk mengabaikan lelaki itu dan bahkan bertindak sangat jahat untuknya. Karena terkadang gadis itu ingin menguji sampai dimana keseriusan Kim Yohan kali ini.

"Sudah puas memandangi ketampananku?" gadis itu tersentak kaget begitu Kim Yohan membuka kedua matanya, membuat sebuah senyuman menghiasi wajah lelaki itu.

(y/n) menarik tangannya dari rambut lelaki itu, menggaruk tengkuknya dan tersenyum kikuk kearah Kim Yohan.

Senyuman itu semakin merekah setelah Yohan mendapati sebuah selimut yang menutupi tubuhnya.

"Terima kasih untuk selimutnya" lelaki itu mengulurkan tangannya untuk mengacak rambut (y/n), kembali ke kebiasaan lelaki itu ketika mereka masih menjalin hubungan dulu. 

Wajah gadis itu memerah tentu saja. Jangan lupakan perasaannya yang masih ada untuk Kim Yohan.

"Terima kasih, Han" (y/n) menundukkan kepalanya sambil memainkan jemarinya, berusaha untuk menyembunyikan wajahnya yang sudah mulai memerah.

"Untuk apa?"

"Untuk semua yang kamu lakukan demi Riven" timpal gadis itu, masih menundukkan wajahnya.

"Aku juga minta maaf karena selama ini aku berusaha membuat Riven jauh dari kamu" lanjutnya.

Kim Yohan tersenyum, meraih dagu gadis itu dan membuatnya mendongkak agar kedua mata mereka bertemu.

between | kim yohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang