[3]

9.7K 1K 40
                                    

Ini sudah hampir 3 bulan semenjak kepindahan Yohan ke sekolah ini, dan selama itu juga kami berteman dekat.

Sebuah senyuman senantiasa menemani wajah Kim Yohan sedari tadi. Kedua matanya memperhatikan gerak gerik seorang gadis yang tengah menghapus papan tulis di depan kelas.

Itu (y/n).

Tidak, bukan aku. Maksudku (y/n) yang satunya lagi.

Senyuman Yohan benar-benar menggangguku, membuatku berdigik geli. Sangat menjijikan melihatnya tersenyum seperti itu.

Kurasa itu hal yang wajar. Semua lelaki di sekolah ini pasti merasakan apa yang Kim Yohan rasakan. Benar-benar terpesona dengan pandangan di depannya.

Aku mendengus "Just make your move"  timpalku dengan pandangan yang tidak lepas dari buku bacaanku, sebuah novel fiksi.

"I know you have a crush on her"

Kim Yohan mengalihkan pandangannya, menatapku dengan tatapan memelas "Aku tidak tahu harus memulai dari mana" balas lelaki itu.

Orang kasmaran benar-benar menggelikan.

"Raja bersosalisasi kau bilang?"

"My ass" lanjutku, bermaksud menyindirinya, yang di balas dengan sebuah sentilan pada dahiku.

"Hei, itu kasar!" potong Yohan.

Aku memutar kedua bola mataku.

"Menurutmu apakah gadis itu akan menerimaku?" lanjut lelaki itu.

Aku melirik Yohan dan lelaki itu kembali memperhatikan gadis yang kini sedang bercengkrama dengan beberapa rekannya di depan pintu kelas.

Tentu saja mau.

Maksudku lihat lelaki itu. Sekalipun Kim Yohan adalah orang yang benar-benar menyebalkan, aku mengakui bahwa lelaki itu memiliki paras yang diatas rata-rata. Kurasa mereka berdua terlihat sangat serasi bila bersama.

Berbicara soal paras dan menyukai seseorang. Maaf, aku tidak pernah mempercayai bahwa mencintai apa adanya itu benar-benar ada. Karena hal pertama yang membuat seseorang mulai menyukaimu adalah karena paras. Mereka akan melihat dan menilai itu terlebih dahulu.

Berat badanku memang diatas rata-rata, parasku juga standar, tidak ada yang menarik dariku. Tapi ayolah, aku mencintai diriku sendiri. Sekalipun dengan semua ejekan yang harus aku dengar tiap hari, terlebih dari lelaki bernama Kim Yohan yang satu ini, aku tetap mencintai diriku.

Aku mengendikkan bahuku "Setidaknya kau harus mencobanya" jawabku.

Kim Yohan kemudian bangkit berdiri, meninggalkan suara yang sangat berisik karena geseran bangkunya.

"Baiklah" jawabnya penuh ambisi.

"Wish me luck" dan lelaki itu mengedipkan sebelah matanya sebelum ia beranjak menghampiri (y/n) yang satunya, yang masih berdiri di depan pintu kelas.

Aku memutar kedua bola mataku jengah.

Lihat itu. Kim Yohan kini tersenyum penuh kemenangan kearahku, berhasil memulai pembicaraan dengan gadis yang sekarang bisa kalian sebut sebagai gadis yang lelaki itu sukai.

Aku mendengus, setelah itu kembali fokus dengan bacaanku.

Cukup lama Kim Yohan bercengkrama dengan gadis itu. Mungkin memang benar jika lelaki itu selalu memanggil dirinya sebagai raja bersosialisasi, karena ia benar-benar mudah untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya, sekalipun orang itu adalah orang yang baru ia kenal.

Seandainya saja aku semudah itu berinteraksi dengan seseorang, mungkin aku tidak akan berakhir menyedihkan seperti ini. Beruntung Kim Yohan ingin berteman denganku, membuat semuanya mulai membaik.

Bel sekolah berbunyi, menandakan jam pelajaran selanjutnya sebentar lagi menyapaku.

Kim Yohan kembali ke tempat duduknya. Tidak dengan senyuman manisnya lagi, namun kembali dengan wajah lesunya.

"Bagaimana?" timpalku begitu lelaki itu menghela nafas panjang.

"She had a boyfriend" jawab Yohan.

Aku baru mengetahui bahwa gadis itu sudah memiliki seorang kekasih. Oh. Aku lupa, aku tidak pernah dekat dengannya. Tentu saja aku tidak tahu.

Aku mengangguk pelan. Tidak heran kenapa gadis itu sudah memiliki seorang kekasih sekarang. Ayolah, siapa yang tidak ingin bersanding dengannya? Jika aku seorang lelaki mungkin aku akan menyukainya juga.

"You still have a chance tho. Just wait for her"  timpalku seraya tersenyum miring.

Kim Yohan melirikku "Should i?" tanyanya, ikut tersenyum.

Aku kembali mengendikkan bahuku "Why not?"

***

Aku mengerucutkan bibirku. Kim Yohan benar-benar menyebalkan. 

Ingin rasanya aku beranjak pulang detik ini juga, namun lelaki itu memaksaku untuk menunggunya yang sedang latihan taekwondo di lapangan sana, membuatku harus duduk sendirian, tanpa kerjaan dan mau tidak mau harus mengamati latihan lelaki itu dengan bosan, karena tidak ada kegiatan lain selain menontonnya latihan.

Bodohnya lagi aku lupa membawa handphone-ku yang tidak sengaja ku tinggalkan di meja makan tadi pagi. Mungkin jika handphone-ku ada, setidaknya aku bisa mendengarkan musik atau menonton beberapa video untuk menghilangkan rasa bosanku.

Ini semua karena ujian matematika minggu lalu. Ini memang karena kemalasanku untuk belajar, membuatku harus membuat beberapa contekan kecil agar ujianku berlangsung dengan baik. Contekan itu ketahuan tentu saja, namun Kim Yohan berhasil membelaku, membuat wali kelasku percaya dengan pembelaannya. 

Kim Yohan memang berhasil menyelamatkanku dan dia juga berhasil menggunakan hal itu sebagai ancaman untukku. Tidak menunggunya atau lelaki itu akan membeberkan ke wali kelasku bahwa contekan itu adalah milikku.

Aku melempar botol air mineral kearah Yohan begitu lelaki itu menghampiriku.

"Kau sudah selesai, bukan?" aku bangkit dari dudukku, berniat beranjak dari bangku penonton detik itu juga.

Dan lelaki itu menahan tanganku sebelum aku benar-benar berhasil pergi "Kau mau kemana?"

"Aku belum selesai, gendut" lanjutnya.

Aku mendengus "Kau lama sekali" timpalku.

"Kau ingin menunggu atau aku melaporkan semuanya kecuranganmu tadi?" ancamnya.

Aku kembali mendengus dan kembali duduk di tempatku sebelumnya, membuat lelaki itu tersenyum puas.

"Sebentar lagi selesai"

"(y/n)?" panggilnya.

"You know, since you are overweight, kau tidak berniat untuk latihan bersamaku?" lanjutnya.

Aku memutar kedua bola mataku "Tidak terima kasih"

"Tidak ada pilihan untukmu, kau harus ikut. Ikut atau lapor?" potong Yohan lantas mengedipkan sebelah matanya kearahku, kembali memberikan sebuah ancaman sebelum lelaki itu berlari kecil kearah lapangan, melanjutkan latihannya.

Yang benar saja

***

between | kim yohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang