Aku memberikan sebuah kecupan pada pucuk kepala Riven sebelum anak itu berlari masuk ke dalam preschool-nya, melambaikan tangannya kearahku dengan semangat.
"Setelah ini bunda akan menjemputmu, okay?" aku setengah berteriak, membuatnya mengangguk seraya mengacungkan jempolnya.
Aku tersenyum kecil begitu melihat Riven berbaur dan menghampiri beberapa teman sebayanya.
Aku bahkan belum bisa mempercayai bahwa Riven sudah sebesar ini. Perasaan tidak rela itu selalu ada ketika aku mulai membayangkan Riven bertumbuh menjadi seorang remaja dan menjadi seorang pria kelak, menjadi masa dimana anak itu akan berjalan meninggalkanku.
Iya. Kurasa semua ibu akan merasakan perasaan ini.
Ayolah (y/n), masih terlalu awal untuk memikirkan semua itu.
Aku merongoh saku celanaku dan mengeluarkan handphoneku dari dalam. Sebuah pesan masuk dan itu dari Kim Yohan.
Hari ini sudah menjadi jadwal fitting pakaian pernikahan kami, membuat lelaki itu mengirim sebuah pesan bahwa akan menemuiku di tempat fitting pakaian yang sudah menjadi tujuan kami.
Sebuah pernikahan. Kurasa itu sudah menjadi impian semua gadis yang ada di muka bumi ini. Membayangkan bagaimana indahnya pernikahan mereka kelak, dress apa yang harus mereka kenakan, dan bagian yang terpenting adalah ketika mereka akan bersanding dengan lelaki impian mereka.
Aku sangat bersyukur dengan semua yang terjadi dalam kehidupanku. Sekalipun awalnya itu tidak berjalan dengan mulus, membuatku harus menerima kepahitan. Namun ayolah, sebuah masalah harus menjumpaimu terlebih dahulu sebelum kau menjadi seorang gadis yang benar-benar tangguh. Karena pada akhirnya sebuah masalah akan mendewasakanmu.
Aku beranjak menuju sebuah halte bus terdekat, memutuskan untuk menaiki bus tersebut mengingat tempat tujuanku memang tidak begitu jauh dari preschool Riven.
Bersemangat? Tentu saja aku sangat bersemangat menunggu hari ini akan datang. Karena fitting pakaian pernikahanmu bersama calon suamimu kedengarannya selalu menyenangkan.
Aku memutuskan untuk turun di sebuah halte yang tidak jauh dari tempat fitting pakaian kami. Ini adalah sebuah kawasan dimana terdapat banyak butik disini, jadi aku bisa memilih dan mengunjungi butik itu satu persatu.
Seorang penerima tamu tersenyum sopan lantas membungkuk kepadaku begitu aku memasuki butik mereka.
Aku memutuskan untuk duduk di sebuah sofa yang ada disitu, berniat untuk menunggu Kim Yohan disana.
Untuk menghilangkan rasa bosan, aku menjalahi internet menggunakan handphoneku, dan menyempatkan diri untuk menonton beberapa video dari youtube.
Aku melirik jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kiriku, membuatku sedikit terkejut setelah menyadari bahwa hampir satu jam berlalu aku duduk disini dan menunggu kedatangan Kim Yohan.
Apa yang membuat lelaki itu menjadi sangat lama? Bukankah pekerjaan lelaki itu sudah seharusnya selesai dari tadi? Sekalipun aku sendiri mengetahui bahwa Kim Yohan harus meminta izin kepada atasannya agar pulang lebih awal hari ini.
Pada akhirnya aku memutuskan untuk menelepon Kim Yohan, berjalan keluar dari butik ini agar lebih leluasa berbicara dengan lelaki itu.
Lelaki itu tidak mengangkat teleponku.
Apa yang sedang Kim Yohan lakukan?
Sekali lagi aku menelepon lelaki itu.
Tidak diangkat.
Kedua mataku memicing begitu melihat sebuah mobil berhenti beberapa meter jauh dari tempatku berdiri.
Aku tersenyum kecil setelah menyadari bahwa itu adalah mobil Kim Yohan.
Senyuman itu kemudian luntur.
Kim Yohan ternyata tidak sendirian. Terbukti karena seorang gadis baru saja turun dari dalam mobilnya.
Itu (y/n). Kalian tahu maksudku? (y/n) yang menjadi alasan Kim Yohan meninggalkanku saat itu. (y/n) yang satunya tentu saja.
Apa yang Kim Yohan lakukan bersama gadis itu?
Oh. Tidak heran kenapa kedatangan lelaki itu menjadi sangat lama.
Seketika pikiranku menjerit, tengah meneriaki diriku sendiri.
Bodoh.
Dasar bodoh.
Apakah Kim Yohan sedang berusaha untuk mempermainkanku?
Seharusnya aku tahu itu.
Seharusnya aku tahu Kim Yohan memang tidak pernah seserius itu padaku.
Luar biasa Kim Yohan. Kau benar-benar merusak hariku. Sekali lagi kau menghancurkan kepercayaanku hanya karena gadis yang bernama sama denganku itu.
Selamat. Kau benar-benar seorang bajingan Kim Yohan.
Aku memutuskan untuk beranjak dari tempatku berdiri, berusaha untuk menghindari mobil yang kini melaju kearah butik yang menjadi tujuan awal kami.
Aku mengetik sebuah nama pada handphoneku, menyambungkan sebuah panggilan telepon dengan nama itu.
"Hey?"
"Kau bisa menjemputku?"
"Ada apa? Bukankah hari ini kau harus melakukan fitting?"
Aku menggigit bibir bawahku, berusaha untuk menahan agar tangisan itu tidak terjatuh.
Persetan dengan pernikahan bodoh ini.
Persetan dengan Kim Yohan.
Tidak. Kau yang bodoh. Dasar gadis bodoh. Bagaimana bisa kau terbuai dengan semua ini?
5 tahun memang bukan waktu yang lama, dan selama itu juga Kim Yohan terlihat sangat serius dengan semua perkataannya. Namun diluar dari itu apakah kau mengetahui apa yang lelaki itu lakukan? Lagipula kau tidak mengetahui bagaimana keseharian Kim Yohan bukan? Karena sebelum semua ini terjadi, dalam sehari Kim Yohan tidak setiap saat bersamamu. Benar begitu?
"(y/n)?"
"Kau baik-baik saja?"
Aku menarik nafas panjang, tertawa miris dalam hati betapa kelamnya skenario percintaanku.
"Aku melihat Yohan bersama gadis itu"
**
Siap-siap ending yah hehe. Semoga kalian suka :)
KAMU SEDANG MEMBACA
between | kim yohan
Hayran KurguKarena hamil diluar nikah selalu membawamu ke dalam sebuah bencana ©2019 by deeongg